Mahasiswa FTP Brawijaya Temukan Sistem Irigasi Terbarukan untuk lahan tadah hujan

Kota Malang – Indonesia selain dikenal sebagai negara maritim yang memiliki wilayah laut yang cukup luas, juga memiliki lahan yang sangat subur dan menjanjikan sebagai negara yang produktif dalam menghasilkan banyak produksi tanaman untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor ke negara lain.

Perlu diketahui, luas total lahan kering di Indonesia hingga saat ini mencapai 78% dari total daratan yang ada, sehingga luasnya lahan ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh petani. Sayangnya, hingga saat ini potensi luas lahan yang ada tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh petani karena susahnya sistem irigasi (pengairan) yang hanya bergantung pada irigasi tadah hujan. Padahal luas lahan yang ada tersebut tentu saja memberikan potensi besar untuk bisa mengembangkan sektor pertanian.

Salah satu sektor pertanian yang menjanjikan adalah tanaman Hortikultura, dimana salah satu jenisnya adalah sayur-sayuran yang telah memberikan kontribusi PDB sebesar 38,07 % pada tahun 2008 lalu.

Namun sayuran juga merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup tinggi untuk mendukung tumbuh kembangnya, sementara petani kita masih mengandalkan air hujan sebagai sumber irigasi utamanya. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa tanaman hortikultura tidak mudah ditanam pada lahan yang hanya mengandalkan air hujan pada sistem irigasinya, karena air hujan akan cepat terserap menuju bagian bawah tanah menjauhi sistem perakaran tanaman.

Memahami peluang dan permasalahan tersebut Gigih Widyawantoro dan kawan-kawan dari Fakultas Teknik Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya berusaha mencari solusi dan kemudian berhasil menemukan dan menciptakan inovasi terbaru dalam hal sistem irigasi pertanian yang hanya menggunakan irigasi tadah hujan.

Inovasi sistem irigasi yang berhasil diciptakan Gigih dan kawan-kawannya ini diberi nama Electroosmosis Irrigation For Non Technical Field (ELEGAN CAFE) yang memiliki sistem kerja mempertahankan air hasil tadah hujan itu tetap berada dalam sistem perakaran tanaman dengan mengalirkan listrik DC kedalam sistem elektroomosis.

“Dengan adanya ELEGAN CAFE  maka air yang berada dalam sistem perakaran tanaman tidak akan cepat terserap menuju daerah yang jauh dari sistem perakaran, sehingga dapat mempertahankan kebutuhan air pada tanaman,” ujar Gigih.

Alat Elegan Cafe itu telah dilengkapi dengan sistem kontrol untuk mendeteksi kadar air pada tanah sehingga ketika kadar air tanah pada suatu jenis tanaman sudah terpenuhi, maka alat tersebut akan memutus listrik yang mengalir sehingga menghemat energi listrik yang dikonsumsi, selain itu dapat mengefisienkan penggunaan air apabila dipakai untuk pertanian green house atau polybag.

“Sumber listrik dari alat ini juga berasal dari panel surya sehingga mendukung adanya gerakan hemat energi dimana telah diketahui bersama bahwa sumber energi dari bahan bakar fosil semakin menipis,” jelas Gigih.

Perlu diketahui, penemuan ELEGAN CAFE oleh tim dari Gigih yang dibimbing langsung oleh Joko Prasetyo, STP, M.Si. selaku dosen FTP ini telah mendapatkan pendanaan pada program kreativitas mahasiswa dari Kemenristek Dikti tahun 2017 sehingga diharapkan dapat diterapkan di masyarakat khususnya di lahan-lahan non teknis atau kering sehingga dapat memanfaatkan potensi lahan yang ada.

“Dengan adanya Elegan Cafe ini, maka kebutuhan air dari tanaman Holtikultura akan terpenuhi sehingga akan menghasilkan sayur-mayur yang berkualitas bagus dengan kuantitas yang maksimal,” pungkas Gigih.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini