Kegiatan BKM akan ditunda hingga akhir UTS dan hanya menyisakan inaugurasi.
ADADIMALANG – Sebanyak 13 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) yang tengah mengikuti akhir kegiatan Bina Karakter Mahasiswa (BKM) mengalami histeris pada hari Minggu lalu (25/09/2022).
Hal tersebut dibenarkan oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FK UB, dr Eriko Prawestiningtyas, SpF saat memberikan keterangan resmi di hadapan awak media siang hari tadi.
Menurut dr Eriko, 13 orang mahasiswa yang mengalami histeris yang disebut sebagai reaksi konversi tersebut adalah ketidakmampuan fisik mengontrol kondisi yang dialami oleh seseorang.
“Reaksi Konversi ini biasanya didominasi oleh faktor fisik atau psikologis. Misalkan karena faktor kelelahan setelah melakukan berbagai aktivitas mengingat kejadian histeris tersebut terjadi saat menjelang kegiatan BKM tersebut selesai,” ungkap Wakil Dekan III FK UB.
Dari pemantauan dan pemeriksaan saat kejadian, tiga orang mahasiswa baru yang mengalami histeris tersebut akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) karena mengalami gangguan pernafasan berupa nafas pendek dan cepat.
“Namun setelah diperiksa dokter jaga RSUB, ketiga mahasiswa tersebut telah diizinkan kembali pulang karena kondisinya telah normal kembali,” ujar dr Eriko.
Bahkan ditegaskan, setelah mengalami kejadian histeris tersebut, hampir seluruh mahasiswa yang mengalami histeris telah mengikuti perkuliahan secara normal.
“Berdasarkan hasil evaluasi dari kejadian tersebut, akhirnya pihak Dekanat FK UB memutuskan menunda kegiatan KBM selama dua minggu. Karena berhimpitan dengan waktu Ujian Tengah Semester (UTS), maka penundaan kegiatan KBM yang merupakan bagian dari kegiatan Krida Mahasiswa tersebut kami tunda hingga UTS selesai,” ujar dr Eriko.
Dalam keterangan resminya didampingi Kepala Sub Bagian Humas UB, Kotok Gurito, dr Eriko membantah kejadian di FK UB tersebut sebagai kejadian kesurupan massal seperti yang beredar di masyarakat.
“Yang jelas itu bukan kesurupan atau kesambet yang berhubungan dengan supranatural tapi histeris dimana yang mengalaminya itu masih dalam keadaan sadar. Kekakuan otot atau yang dikira kejang yang terjadi juga akibat histeris,” ungkap dr Eriko.
Dengan menunda pelaksanaan KBM yang hanya tersisa dua kali pelaksanaan lagi, dr Eriko berharap penundaan tersebut dapat merelease atau mengendorkan kondisi psikologi mahasiswa baru.
“Kalau dikatakan massal sebenarnya 13 orang itu kan jumlahnya sedikit jika dibandingkan keseluruhan peserta KBM yang jumlahnya lebih dari 700 orang. Mungkin saja mereka kecapekan karena sebelum Krida Mahasiswa itu mereka sudah mengikuti kuliah yang juga ada tugas dan lain sebagainya,” ujar dr Eriko. (A.Y)