Unikama Kembali Gelar Kegiatan Seni Budaya Di Kampus Multikultural

Kali ini menggelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon Udoro Waris.

ADADIMALANG – Memperkuat icon sebagai kampus multikultural, Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) kembali menggelar kegiatan seni budaya untuk kesekiankalinya di tahun 2019 ini.

Kegiatan seni budaya yang dilaksanakan kali ini adalah pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Bagus Baghaskoro yang mengambil cerita Udowo Waris di halaman kampus Unikama pada malam hari ini, Rabu (06/11).

Kegiatan pagelaran wayang ini dilaksanakan selain memperingati Hari Wayang Nasional dan PGRI, juga dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur PPLP PT. PGRI Unikama yang melaksanakan tasyakuran.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua PPLP PT. PGRI Unikama, Soedjai yang menyatakan bahwa pagelaran wayang kulit itu juga sebagai upaya untuk memperkuat icon Unikama sebagai kampus Multikultural.

“Tidak lucu rasanya jikalau kampus Multikultural tapi tidak pernah menggelar kegiatan seni budaya,” ungkap Soedjai.

Upaya mengenalkan berbagai seni budaya itu diakui Soedjai terus dilakukan oleh kampus Unikama agar kekayaan bangsa Indonesia tersebut tetap lestari ada di bumi nusantara.

“Karena diakui atau tidak, saat ini pembelajatan budaya nusantara ini sudah banyak dilakukan oleh negara-negara lain. Jika kita tidak melestarikannya, bisa saja berapa puluh tahun ke depan kita harus menyaksikan budaya asli kita itu di luar negeri,” ungkap Soedjai.

Senada dengan Ketua PPLP PT. PGRI Unikama, Rektor Unikama Pieter Sahertian juga menegaskan bahwa kampus Unikama memberikan ruang kepada para mahasiswa untuk mengekspresikan seni budaya yang dibawanya dari daerahnya masing-masing.

“Oleh karena itu setiap peringatan hari nasional, Unikama akan mengafakan kegiatan seni budaya sebagai ruang ekspresi mahasiswa. Karena mahasiswa kita memang berasal dari berbagai daerah di Nusantara,” ujar Rektor Unikama.

Menurut Pieter, Unikama ingin mewarisi budaya-budaya Nusantara yang memiliki nilai-nilai yang perlu dipertahankan.

“Jangan sampai di era revolusi industri 4.0 ini budaya-budaya nusantara justru punah,” ungkap Pieter Sahertian.

Dalam pagelaran wayang kulit ini juga melibatkan beberapa unsur civitas akademika Unikama termasuk mahasiswa yang tertarik akan seni budaya Jawa tersebut. (A.Y)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini