Hikmah Ramadan Hari Ke-11
ADADIMALANG – Menjadi suatu keharusan bagi umat Islam untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah SAW yang telah memberikan anugerah kenikmatan khususnya umur panjang sehingga di bulan Ramadan hingga hari ke 11 ini kita semakin istiqomah dalam beribadah.
Untuk menggapai berkah dan ridha Allah SAW, umat Islam diharapkan dapat menjalankan segala perintahNya dan menjauhi semua laranganNya, terlebih lagi pada bulan Ramadan.
Terkait status keimanan dan ketakwaan menandai perintah Allah SAW terkait dengan ibadah puasa termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
“Kita perlu perhatikan bahwa ayat ini diawali dengan keimanan dan diakhiri dengan ketakwaan.
Di awal ayat, Allah SAW memerintahkan secara langsung berpuasa di bulan Ramadan kepada orang-orang yang beriman dan mengakhiri ayat ini dengan tujuan dari berpuasa yakni agar menjadi insan yang bertakwa,” ungkap Pengasuh PPIQ Darul Hidayah, Gus Hisa Al Ayyubi.
Orang yang beriman akan senantiasa menjaga diri untuk senantiasa tidak melanggar perintah Allah dan melakukan hal yang dilarang oleh Allah, sementara orang yang bertakwa akan menjalankan segala perintah dan meninggalkan larangan Allah didasari dengan keimanan dari hati tanpa ada keterpaksaan.
“Jika kita termasuk orang-orang yang beriman, maka tidak akan ada rasa keberatan sedikit pun dalam jiwa kita untuk melaksanakan perintah berpuasa ini dengan keikhlasan. Akan berbeda dengan seseorang yang tidak ada keimanan dalam dirinya. Pastilah ia akan merasakan berat untuk menjalankan puasa karena harus menahan diri dari segala yang membatalkan seperti makan dan minum serta perbuatan lain yang bisa menggugurkan pahala puasa,” ungkap pria yang mengasuh Majelis Hikmah Islam kota Malang ini.
Bukti ketakwaan menurut Gus Hisa adalah menaati Allah dengan tidak sekalipun durhaka, mengingatNya dengan tidak sesaatpun melupakanNya, mensyukuri nikmatNya dengan tanpa sekalipun atau sekecil apapun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan manusia.
“Dari hal ini kita menyadari bahwa hubungan antara ketakwaan dengan keimanan harus bersumber dari dalam hati. Jika tidak didasari dari hati, maka bisa jadi keimanan tidak membawa kapada ketakwaan dan sebaliknya ketakwaan tidak akan maksimal dan tidak akan menguatkan keimanan. Maka keimanan dan ketakwaan inilah yang diolah kualitasnya melalui ibadah puasa agar keduanya bisa tertancap dengan baik pada diri seorang Muslim,” ungkap Gus Hisa Al Ayyubi.
Puasa menurut Gus Hisa sangatlah penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci, oleh karena itu para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa di seperti untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya.
“Orang yang beriman dan bertakwa dalam puasanya harus peka dan mampu merasakan penderitaan orang lain dengan berbagi di bulan Ramadan dan bukan malah mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. Jika ini yang terjadi, maka puasa yang dilakukan hanya dimaknai sebagai sebuah ritual ibadah dan tidak memberi dampak kebatinan dan sosial,” ungkap Gus Hisa.
Predikat takwa yang memang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, dan merupakan pencapaian akhir dari prosesi puasa, seharusnya bukan hanya membekas secara individu dan hanya bentuk melaksanakan perintah Allah SAW. Derajat ketaqwaan yang didapat harus memiliki dimensi yang lebih luas yakni untuk kemanusiaan. (A.Y/Humas PPIQ Darul Hidayah)