Memperingati 84 tahun mangkatnya Mbah Reni secara sederhana dan patuh Prokes Covid-19.
ADADIMALANG – Ada yang berbeda dengan suasana Kampung Budaya Polowijen (KBP) hari Sabtu Pahingkemarin (14/08/ 2021). Nampak beberapa warga dan penari berkumpul di panggung KBP sementara yang lainnya tengah mempersiapkan kembang setaman, cok bakal, dupa, kemenyan serta menata topeng-topeng di atas meja.
Suasana yang berbeda tersebut ternyata disebabkan masyarakat Kampung Budaya Polowijen (KBP ) tengah memperingati peringatan ke-86 tahun wafatnya Empu Topeng Malang Ki Condro Suwono yang akrab dipanggil mbah Reni.
“Peringatan ini telah dilakukan sejak tujuh tahun yang lalu ketika makam Mbah Reni dipugar kembali yang dilaksanakan setiap bulan Suro (tahun Jawa) atau Muharram (tahun Islam) selang satu hari setelah hari Jumat Legi sebagai hari pertanda dimulai bersih desa Polowijen. Biasanya hari Jum’at Legi bulan Suro di petren ada kegiatan ritual selametan di punden Joko Lolo. Setelah itu hari berikutnya Sabtu Pahing di Makam Mbah Reni selalu ada kegiatan ritual Sesekaran Topeng Malang yang di selenggarakan oleh KBP,” ungkap Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi.
Menurut pria yang akrab disapa Ki Demang ini, gelaran Sesekaran Topeng Malang selama lima tahun berturut-turut selalu meriah dan dinanti-nantikan para pecinta seni topeng serta menjadi di tontonan bagi para wisatawan.
“Acara selalu dihadiri oleh para pegiat pelaku seniman topeng seMalang Raya dari kantong-kantong topeng Malang seperti dari Kedungmonggo, Lowok Permanu Pakisaji, Tumpang, Jabung, Glagahdowo, Senggreng, Pijiombo Jambuwer, Kromengan dan Jatiguwi. Selain nyekar, para seniman topeng tersebut juga turut serta memeriahkan dan menyumbang acara dalam bentuk tari Topeng Malang,” ungkap Ki Demang.
Namun dalam kondisi pandemi akibat Covid19, tahun di lalu Sekaran Topeng Malang diselenggarakan secara virtual. Status Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Malang Raya yang masih belum berubah membuat Sesekaran Topeng Malang akhirnya diselenggarakan dengan sangat sederhana.
“Kali ini Sesekaran Topeng Malang dilaksanakan dengan berziarah ke makam Mbah Ren , memanjatkan doa serta tasyakuran tumpeng dan bubur suro dimana peserta acara yang jumlahnya hanya sepuluh orang ini beriringan berjalan menuju makam Mbah Reni dengan membawa cok bakal, uborampe, dupa, menyan, kembang setaman, topeng dan kostum topeng,” ungkap Ki Demang yang memimpin acara Seserahan Topeng Malang tersebut.
Sesampai di makam Mbah Reni semua topeng di taruh diatas makam yang dipandu oleh seorang kolektor, pegiat dan budayawan Topeng Malang Yudhit Perdananto dan tujuh penari topeng Malang dari KBP.
“Sesekaran ini memang agenda rutin tahunan dan sudah menjadi tradisi bagi pegiat seniman topeng Malang untuk berziarah dan memanjatkan doa pengampunan bagi Mbah Reni kepada Allah SWT. Bahwa kita ini yang sebagian hidup bergantung dari kesenian topeng hendaklah mensyukuri kepada para pahlawan, pejuang kesenian karena lewat almarhum beliau ini kita bisa mengembangkan,” ujar Yudhit Perdananto usai sesekaran ziarah di Makam Mbah Reni.
Masih dalam momen yang sama, seniman pengukir topeng Malang yang lainnya yakni Yulianto mengajak para penari yang selama ini memakai topengnya untuk membawa topengt-openg ke makam sebagai bentuk ekspresi bahwa sampai hari in ada generasi yang meneruskan membuat topeng serta berkesinian menari topeng.
“Tiap kali saya berziarah ke Makam Mbah Reni saya merasa diingatkan untuk tetap produktif berkarya membuat topeng. Cuma sekarang kendalanya pasar memang lagi jatuh yang pesan sangat jarang,” ungkap Yuli yang selama ini mengarsiteki KBP. (A.Y)