ADADIMALANG – Dengan tujuan meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap sejarah yang berimplikasi terhadap rasa nasionalisme tanpa bermaksud menggurui, Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berhasil membuat konsep pendidikan yang bisa diterima oleh generasi muda.
“Awal ceritanya adalah karena kekhawatiran kami di Dirjen Kebudayaan melihat generasi muda Indonesia yang sangat jauh dari sejarah,”ujar Amurwani Dwi Lestariningsih, Kepala Subdit Sejarah Nasional Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Dari diskusi dan berbagai pertimbangan, akhirnya pola pendidikan yangg diberikan adalah dalam bentuk Pekan Nasional Cinta Sejarah (Pentas) yang diharapkan bisa diterima generasi muda karena tidak terkesan terlalu menggurui.
“Dalam Pentas itu ada berbagai hal seperti lomba karya tulis ilmiah tentang sejarah , lomba tutur sejarah, lomba komik sejarah, lomba cccerdas sejarah, diskusi sejarah dan banyak hal lainnya,” ujar Amurwani.
Pekan Nasional Cinta Sejarah tahun 2016 kali ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Negeri Malang sebagai pelaksanaan tahun ke enam, dengan jumlah peserta yang lebih banyak daripada jumlah peserta lomba yang diadakan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini luar biasa sekali animo anak muda, karena kami menerima jumlah karya yang lebih banyak daripada tahun lalu, dan yang lebih mengejutkan adalah kualitas karya yang lebih bagus daripada tahun-tahun sebelumnya,” jelas Amurwani saat penutupan Pentas, Minggu (04/9).
Makin banyaknya jumlah peeserta lomba Pentas menurut Amur merupakan salah satu parameter keberhasilan pencapaian tujuan Dirjen Kebudayaan agar generasi muda Indonesia tidak jauh dari sejarah.
“Pesertanya dari SMA/SMK se Malang Raya dan mahasiswa dari seluruh Indonesia,” jelas perempuan berkacamata ini. (A.Y)