Pentingnya THINK Before TALK
(Oleh : Achmad Nasor, S.Pd*)
Karakter seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata, adakalanya kita perkataan lisan kita bisa menyelamatkan, adakalanya membahayakan diri sendiri. Berhati-hatilah dengan lisan kita, “Wahai Rasulullah, ceritakan padaku suatu hal yang aku jadikan pedoman. Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakan Rabb-ku Allah kemudian beristiqamahlah.’ Kemudian aku bertanya lagi. Wahai Rasulullah apa yang paling anda takutkan padaku? Beliau memegang lidah lalu menjawab, “Ini”,” dikutip dari Hadist Riwayat Tirmidzi : 2334. Permasalahan lisan manusia sangat banyak dan diawali dari kesalahan berucap dari lisan ini pula dapat menimbulkan malapetaka, kebencian, putus silaturrahmi, bahkan sampai kehilangan nyawa. Ada istilah “Mulutmu Harimaumu” sepenggal kata yang menggambarkan betapa lisan ini bisa memberikan efek yang luar biasa. Positif atau negative nya suatu lisan masih bergantung pada orang yang memiliki lisan tersebut, jika orang tersebut pandai dalam hal menjaga lisanya maka ia akan selamat dengan lisanya, namun naas jika seseorang tersebut tidak mampu menguasai lisanya, maka akan timbul suatu permasalahan.
Dilansir dari Kominfo Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Teguh Arifiadi menyatakan Berdasarkan data putusan Mahkamah Agung terkait UU ITE tahun 2020, dari 193 putusan yang diunduh dan dianalisa dari direktori putusan Mahkamah Agung, 33 persen putusan berkaitan dengan pasal pencemaran nama baik, kemudian 21 persen putusan berkaitan dengan ujaran kebencian. “Adapun 18 persen putusan berkaitan dengan pasal 27 ayat 1 atau pidana konten kesusilaan dan sisanya berkaitan dengan tindak pidana akses ilegal, pengancaman, pemalsuan, dan pemerasan,” demikian data yang dijabarkan menandakan banyaknya kasus yang baru terblow-up dan masuk ke ranah hukum peradilan. Masih terkait masalah lisan, diluar konteks peradilan masalah kasus menjaga lisan ini juga merebak diusia para remaja atau generasi pemuda pemudi. Para remaja sepertinya sudah kehilangan kendali diri sendiri untuk menata lisanya dalam hal berkomunikasi, bersosialisasi, bahkan sampai pada taraf kehidupan bermasyarakat, tak ayal banyak kita jumpai pemuda pemudi sekarang yang gampang sekali mencibir, melontarkan kata-kata yang kurang pantas, namun yang parahnya menururt mereka itu adalah sudah menjadi bagian bahasa gaul keseharian mereka. Mereka cenderung tumbuh menjadi pemuda pemudi yang liar dalam penyampaian pendapat, cenderung menjadi “haters” dalam dunia netizen yang memberikan pendapat/opini asumsi pribadi yang lepas dari pengemasan tata bahasa yang sopan santun dan menghormati sesama manusia sebagai pribadi individu yang memiliki hak yang sama.
Perkembangan lisan ini pun semenjak diawali dengan perkembangan teknologi yang semakin massif berkembang, maka lisan mulai beralih dari mulut menjadi kata yang berjarak dengan spasi pada gadget bernama media komunikasi. Banyak dari para pemuda pemudi dengan istilah “Netizen” ini merasa benar dengan komentar-komentarnya, merasa menang dengan banyak dukungan ketika melontarkan barisan opini atau asumsi tanpa dasar mereka ke ruang public dan mendapatkan apresiasi dukungan. Sebenarnya ini adalah bentuk kelemahan pribadi. Kelemahan ini hendaknya lekas disadari dari peranan orang yang lebih tua, peranan orangtua dirumah, guru disekolah, sampai pada taraf penegak keadilan pun jika dirasa perlu, harus turun tangan, bahu membahu membenarkan, membelajarkan kepada generasi penerus bangsa ini tentang sikap menjaga lisan dan nama baik individu, keluarga bahkan bangsa. Harus ada sinergi antara beberapa stakeholder terkait penanganan kasus lisan ini, agar hal klise menganai kesalahan lisan ini mampu disadari dan diberikan nasihat ataupun penjelasan kepada mereka para generasi muda untuk dapat saling menghormati dan menghargai dimulai dari hal yang dasar, yakni berucap, berkomunikasi yang baik, sopan dan santun.
Adapun cara yang mampu kita berikan kepada para pemuda pemudi ini salah satunya adalah dengan mengenalkan akronim “THINK”. Akronim THINK ini terdiri atas 5 huruf yang memiliki kepanjangan dan makna disetiap awalan huruf nya. THINK terdiri atas “T” yakni True (Benar). “H” yakni Helpful (Membantu). “I” yakni Inspiring (Menginspirasi). “N” yakni Necessary (Perlu). “K” yakni Kind (Kebaikan). Hendaknya kita kenalkan Akronim “Think” ini kepada generasi muda. Kita berikan logika berpikir yang mampu dicerna dengan mudah, dengan bahasa mereka. Ketika kita ini berucap, bekomentar, berkomunikasi baik melalui lisan ataupun media komunikasi gadget dan lain sebagainya maka harus memahami “THINK” ini. “T” yakni True (Benar) ini jika kita ingin berkomunikasi melalui lisan kita hendaknya mencari tahu kebenaran informasi, kebenaran darimana informasi itu berasal, yang tidak menutup kemungkinan ada beberapa informasi yang tidak valid sumber informasinya yang dikelola sebagian oknum atau dengan istilah “Buzzer” yang dengan provokasi informasi kepada masyarakat untuk kepentingan golongan sehingga banyak menimbulkan polemik panjang hingga pada kasusnya bisa masuk kepada ranah kasus pencemaran nama baik.
“H” yakni Helpful (Membantu) sebagai huruf kedua memiliki makna apakah kata yang keluar dari lisan kita ini memiliki peranan membantu seseorang dalam masalahnya, dalam polemik yang terjadi pada dirinya, hal ini perlu diajarkan, artinya generasi muda nanti akan bisa memberikan peranan yang baik, memberikan dampak positif untuk kebaikan bersama. Banyak contoh generasi muda yang sukses dikancah internasional mewakili negara untuk masuk kepada rapat PBB menganai kasus Irian, kasus Palestina, kasus terorisme, mereka mampu mengajukan argument, lontaran literasi opini berdasar yang kedepanya mampu merubah wajah negara Indonesia di kancah dunia. Hal ini lah yang harusnya kita ingingkan, dan mapu kita ajarkan kepada seluruh generasi muda Indonesia tanpa pandang usia, strata ekonomi, social dan budaya, karena pada hakikatnya kita sebagai sesama manusia ini sama tataranya dihadapan tuhan. Yang membedakan kita dengan yang lainya adalah masalah amal ibadah masing-masing terhadap pertanggung-jawaban kepada Tuhan. “I” yakni Inspiring (Menginspirasi) sebagai huruf ketiga memiliki makna menginspirasi. Yakni apakah dengan lisan kita ini mampu menumbuhkan semangat, memberikan motivasi kepada lawan bicara kita, jangan menganggap cercaan, sindiran, hinaan adalah suatu hal yang wajar, itu semua adalah salah, karena yang benar adalah memberikan perubahan kepada seseorang itu sangat bisa dilakukan walau hanya dilakukan dengan menggunakan lisan. Jika lisan kita tak mampu memberikan inspirasi yang jatuhnya malah membuat depresi, sebaiknya kita diam, karena dengan diam kita bisa menjaga perasaan, menjaga semangat lawan bicara kita.
“N” yakni Necessary (Perlu) sebagai huruf keempat ini memiliki makna, perlukah lisan kita untuk berkomunikasi, kebanyakan kita terlalu luwes dalam berucap sehingga kita tidak tahu kapan harus berhenti dalam berbicara. Hal yang timbul di masyarakat adalah istilah “Nyinyir” yakni mengghibah, merasani, bergunjing terhadap seseorang yang belum tentu seseorang itu malah justru bisa lebih baik dari kita. Kemampuan menahan diri dari godaan untuk menggunjing ini harus kita latih semenjak dini, melihat dan mendengar adanya obrolan yang sebenarnya bersifat asumsi hendaknya cepat-cepat kita hindari. “K” yakni Kind (Kebaikan) hadir dihuruf terakhir memiliki arti kebaikan, jika tak ada yang bermanfaat dari lisan kita yang berguna, maka hendaknya kita diam. Banyak sekali contoh public figure di televise sering kita jumpai mereka jatuh taraf keartisanya hanya karena tidak bijak dan salah dalam berucap. Kebaikan lisan ini hendaknya bisa dikontrol dengan latihan diam. Diam bukan berarti menutup diri dari lingkungan social, namun lebih memilih bersikap untuk belajar menjaga lisan, sehingga nantinya tak ada lagi yang tersakiti karena lisan kita.
Generasi pemuda pemudi harus kita ajarkan kebaikan dan kemampuan dalam menjaga lisan baik dari mulut atau jari yang beralih dengan macam media komunikasi. Kepada generasi “Tua” dalam hal ini orangtua dan semuanya yang lebih dewasa, wajib memegang peranan untuk mengajarkan pentingnya menjaga lisan. Semoga generasi muda bangsa ini memiliki kemampuan berucap dengan baik, memiliki kedewasaan dalam berkomunikasi dan mampu merubah wajah Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju yang berdaulat dan mampu memberikan yang terbaik kepada dunia. Generasi muda nyawa bangsa, generasi muda yang berkarya, generasi muda yang bersahaja.
*Penulis adalah Guru Sejarah SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School
Isi tulisan sepenuhnya ada pada si penulis