ADADIMALANG-Kebersihan kandang sapi perah menjadi salah satu fokus PT Nestlé Indonesia agar produksi susu meningkat. Hal ini diungkapkan Sustainability Agriculture Development & Procurement Director PT Nestlé Indonesia R Wisman Djaja saat peringatan berdirinya perusahaan Nestlé di dunia yang ke-150 tahun di Koperasi Susu “SAE” Pujon, Jawa Timur, Sabtu (8/10).
Wisman mengatakan, kebersihan kandang termasuk dalam tiga aspek yang harus diperhatikan selain pakan yang cukup, dan menjaga bibit sapi.
“Jika level stress tinggi maka sapi produktivitasnya akan rendah. Kandang yang kotor juga membuat sapi tidak nyaman untuk memamah-biak, karena proses ini justru sangat penting untuk mengubah makanan menjadi susu,” terangnya.
Kenyamanan sapi lainnya yang harus diperhatikan adalah pemotongan kuku secara teratur, sirkulasi udara segar yang cukup serta pemberian air minum secara ad libitum atau tak terbatas. Ada pula upaya penggantian tali penuntun sapi yang umumnya diikatkan pada hidung dengan tali biasa sehingga sapi akan lebih nyaman saat makan.
Oleh karena itu, imbuh Wisman, pihaknya telah mencanangkan program renovasi kandang kepada sejumlah peternak yang diharapkan akan menjadi program nasional.
“Ketiga hal ini, yaitu kecukupan pakan, kebersihan kandang dan terjaganya genetik sapi tentu membutuhkan peran serta pemerintah, khususnya bantuan dana,” tegasnya.
Menurut Wisman upaya-upaya ini bertujuan meningkatkan profesionalisme dalam budi daya sapi perah agar pendapatan peternak meningkat. Pemerintah diharapkan dapat membantu kesejahteraan peternak lewat subsidi renovasi kandang serta penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan grace period atau masa tenggang pembayaran yang disesuaikan, sehingga tidak memberatkan peternak.
Saat disinggung mengenai harga susu perah yang dianggap masih terlalu rendah, Wisman kembali menekankan pentingnya menerapkan praktik-praktik peternakan yang berkelanjutan daripada menaikkan harga. Saat ini peternak menjual susu dengan harga sekitar Rp 5.000 per liter kepada Nestlé.
“Jika susu dijual dengan harga Rp 7.000 sekalipun, tidak akan berarti apabila peternak hanya menerima keuntungan Rp 500 saja, akibat biaya produksi yang tinggi,” paparnya.
Keberlanjutan usaha peternak ini menjadi salah satu kunci jangka panjang perusahaan, mengingat keberlanjutan bisnis Nestlé sangat bergantung pada pasokan bahan baku yang dihasilkan para petani dan peternak, khususnya dari Jawa Timur.
“Oleh karena itu kami selalu membangun kemitraan dengan peternak melalui koperasi-koperasi susu di Jawa Timur, apalagi di sini kualitas susu adalah grade A,” akunya.
Kerja sama selama lebih dari 40 tahun ini melibatkan sekitar 27.000 peternak sapi perah di Jawa Timur, dengan penyerapan 500.000 liter susu setiap harinya yang diolah di pabrik Nestlé Kejayan di Pasuruan.
Eko Yuliawan, 43, warga Dusun Sebaluh, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon merupakan salah satu contoh peternak sapi perah yang cukup baik mengelola usaha ternaknya. Hal ini dapat dilihat dari produksi susu sapinya, yakni sekitar 16 liter per ekor, dimana rata-rata hasil produksi peternak lain hanya delapan hingga 10 liter per ekor dari 2 kali pemerahan setiap hari.
Pria yang biasa disapa Wawan ini mempunyai lima ekor sapi produksi, sehingga menghasilkan rata-rata 80 liter susu per hari. Ketua Kelompok Peternak yang membawahi 123 orang ini pun berpenghasilan lebih dari Rp 8 juta lebih per bulan. Ia juga telah memanfaatkan limbah ternaknya sebagai energi alternatif dengan pemanfaatan biogas.
“Kendala tetap saja ada, khususnya pakan hijauan, namun saya coba atasi lewat kerjasama penggunaan lahan dengan Perhutani,” ungkapnya. Wawan berharap koperasi yang menaunginya selama ini akan terus berkembang, sehingga kesejahteraan para peternak akan meningkat.
Peringatan 150 tahun berdirinya perusahaan Nestlé di dunia yang berpusat di Swiss ini diberi tajuk ‘Apresiasi Peternak 150 Tahun Nestlé’. Kegiatan yang dihelat di Koperasi Susu “SAE” Pujon ini mengundang para peternak dari sejumlah koperasi mitra dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Para peternak dan keluarganya berkesempatan mengikuti sejumlah kegiatan interaktif yang menggambarkan rantai nilai produk susu dalam beberapa booth. Dimulai dengan pemerahan susu sapi, pemanfaatan biogas, pengolahan di pabrik Nestlé di Kejayan-Pasuruan, pemasaran produk di berbagai toko mapun minimarket, distribusi produk hingga ke tangan konsumen serta pengolahan limbah melalui proses daur ulang.
Selain itu para peternak dapat menikmati produk susu secara gratis, yang merupakan hasil akhir dari susu yang mereka hasilkan dari sapi perah mereka selama ini.
Dalam acara ini digelar pula sesi bincang-bincang dengan tema “Menuju Peternakan Rakyat yang Berkelanjutan”, yang menghadirkan sejumlah narasumber mulai dari Wisman Djaja, Ketua Umum Kop SAE Pujon Abdi Suwasono, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Ir Sudjono dan Hariyanto, salah seorang perwakilan peternak dari Pujon. (edi)