Diberangkatkan kampus STIE Malangkuçeçwara ke luar Indonesia selama satu tahun demi masa depan yang cemerlang.
Kota Malang | ADADIMALANG.COM — Pelukan yang tak bisa diberikan, ucapan restu yang hanya terdengar dari layar, dan air mata yang menetes dalam diam, itulah yang mengiringi keberangkatan empat mahasiswa STIE Malangkuçeçwara (ABM Malang) ke Jepang.
Mereka bukan sekadar pergi untuk belajar bekerja dalam program internship, tapi juga menempuh perjalanan hidup yang tidak semua orang berani ambil.

Salah satu dari mereka adalah Regina Agustin, mahasiswi semester enam yang sudah tiga tahun tak berjumpa langsung dengan orang tuanya di Kalimantan Barat. Sejak awal kuliah, Regina belum pernah pulang kampung. Kini, ia bahkan memperpanjang perpisahan itu dengan satu tahun lagi demi mengikuti program magang di perusahaan suku cadang mobil di Jepang.
“Sempat ragu waktu mau daftar, tapi Puji Tuhan, orang tua saya mendukung penuh, meskipun kami belum pernah bertemu lagi sejak saya masuk kuliah semester satu dulu,” ujar Regina, matanya berkaca-kaca saat prosesi pelepasan digelar secara virtual.
Momen itu bukan hanya formalitas. Di balik layar, tampak para orang tua yang berusaha menahan tangis saat anak-anak mereka meminta izin untuk pergi jauh. Rasa bangga dan haru campur aduk menjadi satu. Mereka sadar, anak-anak mereka sedang melangkah menuju masa depan, meski harus berkorban banyak.
Regina adalah salah satu dari empat mahasiswa yang berangkat ke Jepang. Mereka menyusul dua mahasiswa lain yang baru saja pulang setelah menyelesaikan magang di perusahaan berbeda di negara yang sama. Program magang ini merupakan bagian dari kerja sama internasional STIE Malangkuçeçwara yang sudah berlangsung lama.
Keputusan Regina untuk mendaftar tak lepas dari peran sang kakak, yang juga kuliah di kampus yang sama. Informasi dan dukungan dari keluarga menjadi kunci keberanian Regina menembus ketakutan dan keraguan.
Yang membuat hati terenyuh, Regina memperkirakan baru akan bertemu kembali dengan orang tuanya saat hari kelulusannya nanti.
“Mungkin nanti ketemunya pas wisuda ya. Langsung wisuda. Karena saya juga sedang mengerjakan skripsi,” ucapnya dengan senyum tipis yang menyimpan kerinduan.
Natal tahun ini pun akan berbeda bagi Regina. Tak ada pelukan hangat orang tua atau suara gereja dari kampung halaman. Sebagai gantinya, ia akan merayakan hari besar itu di Jepang bersama rekan-rekan magang dari berbagai negara. Ini bukan hanya tentang menjalani profesi, tapi juga menempa karakter, menguji ketahanan hati, dan membentuk pribadi tangguh.
Langkah kecil dari Malang menuju Jepang ini mungkin tak terdengar luar biasa bagi sebagian orang. Tapi bagi Regina dan keluarganya, ini adalah cerita tentang pengorbanan, harapan, dan cinta yang melintasi waktu dan jarak demi mencapai tujuan masa depan yang cemerlang. (A.Y)