Kab. Malang | ADADIMALANG.COM — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) sukses merampungkan program pengabdian masyarakat di Desa Benjor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Kegiatan ini merupakan wujud nyata pelaksanaan salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan fokus pada pelatihan inovasi desa demi menguatkan ketahanan lingkungan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Program yang diinisiasi oleh Ibnu Asqori Pohan ini dirancang untuk mendampingi Desa Benjor dalam menciptakan inisiatif-inisiatif progresif. Tujuannya bukan hanya memaksimalkan potensi sumber daya setempat, melainkan juga memperkuat struktur kelembagaan dan mendorong partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, diharapkan Desa Benjor dapat mewujudkan perubahan sosial-ekologis yang adaptif sekaligus mengerek daya saing ekonomi lokal secara berkelanjutan.
“Latar belakang pelaksanaan program ini bermula dari masih rendahnya capaian indikator strategis dalam pembangunan desa, khususnya indeks ketahanan lingkungan. Indikator ini sangat vital karena mencerminkan kemampuan sebuah desa dalam menghadapi tekanan ekologis dan dinamika ekonomi yang senantiasa berubah,” jelas Ibnu Asqori Pohan.
Oleh karena itu, pengembangan inovasi desa menjadi pendekatan sistematis dan partisipatif untuk memicu lahirnya gagasan-gagasan kreatif, solusi-solusi kontekstual, dan praktik-praktik adaptif yang berorientasi pada peningkatan kapasitas lingkungan dan ekonomi desa.
Dalam pelaksanaan program ini, Ibnu Asqori memilih pendekatan Human-Centered Design (HCD) dimana metode ini menitikberatkan pada penyelesaian permasalahan dengan mendengarkan langsung kebutuhan masyarakat.
“HCD membantu mengubah data menjadi ide-ide aplikatif, menemukan peluang-peluang baru, dan mempercepat efektivitas dalam menciptakan solusi-solusi inovatif. Proses HCD meliputi lima tahapan esensial yakni berempati, mengartikan, menggagas, membuat purwarupa, dan menguji,” ungkapnya.
Di tahapan Berempati, masyarakat yang mengikuti kegiatan Pengabdian Masyarakat FISIP UB ini berupaya memahami lebih dalam kehidupan dan kebiasaan warga yang dilakukan melalui observasi langsung terhadap perilaku masyarakat seperti kebiasaan masyarakat mengelola sampah rumah tangga dan limbah pertanian, ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan lingkungan. Wawancara empatik yang terasa seperti obrolan akrab dengan pertanyaan semi-terstruktur diterapkan untuk menggali akar permasalahan secara mendalam.
“Hasil dari tahap pertama ini berupa catatan observasi, kutipan langsung dari warga, dokumentasi foto atau sketsa konteks nyata, serta pemahaman mendalam tentang apa yang dibutuhkan masyarakat,” ujar pria berkacamata yang ramah ini.
Pada tahap kedua yakni Mengartikan bertujuan untuk mengkristalkan masalah-masalah paling krusial dan bermakna yang perlu dipecahkan, dimana aktivitas utamanya meliputi pembongkaran temuan-temuan dari tahap empati dengan mencetak dan menempel foto, kutipan, dan wawasan baru dari warga. Sementara pada tahap ke tiga yakni Menggagas, masyarakat mencari dan mengusulkan ide-ide solutif yang menjadi fase kelahiran gagasan yang berbasis pada kebutuhan pengguna.
“Dalam tahap ke tiga ini, masyarakat didorong untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin, bahkan termasuk ide yang terkesan “nyeleneh” dan mereka diajak untuk menggambarkan ide, mengembangkan gagasan rekan, dan tidak menghakimi ide orang lain. Setelah menghasilkan banyak ide, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan ide-ide solutif ke dalam kategori-kategori ide,” jelas Ibnu.
Pada tahap ke empat masyarakat diajak untuk membuat purwarupa atau pembuatan artefak berulang untuk menjawab pertanyaan yang mengantarkan masyarakat lebih dekat pada solusi akhir. Di awal memang membuat prototipe dengan resolusi rendah yang cepat dan murah seperti menggunakan kertas, kardus, atau melalui simulasi peran dan storyboard guna memperoleh masukan berharga dari pengguna dan kolega. Tujuan pembuatan purwarupa ini adalah untuk belajar, menyelaraskan perbedaan pandangan, memulai diskusi, menguji efisiensi, dan menemukan solusi konkret. Contoh purwarupa dapat berupa maket sistem, sketsa alur program, atau rancangan pengembangan lanjutan.
“Sementara tahapan pamungkas adalah Menguji yang bertujuan untuk mengetes solusi bersama warga guna mendapatkan umpan balik yang autentik dan mendalam. Aktivitas utama dalam tahap ini adalah simulasi lapangan, dimana selama simulasi observasi penggunaan dilakukan untuk mencermati ekspresi, interaksi, dan kebingungan warga saat menggunakan purwarupa yang telah berhasil dibuat,” ujarnya.
Seluruh hasil dari pelatihan ini akan dibukukan dalam Dokumen Inovasi Desa dan diintegrasikan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes), dimana langkah tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa inovasi yang lahir dari kolaborasi FISIP UB dan warga Desa Benjor Tumpang ini dapat diimplementasikan secara nyata untuk kemajuan bersama. (Red)