Home / Berita / Umum / UB Buka Raja Brawijaya 2025 dengan Bahasa Isyarat dan Lima Bahasa Asing, Tunjukkan Komitmen Global dan Inklusif

UB Buka Raja Brawijaya 2025 dengan Bahasa Isyarat dan Lima Bahasa Asing, Tunjukkan Komitmen Global dan Inklusif

Kota Malang | ADADIMALANG.COM Universitas Brawijaya (UB) memulai rangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MABA) 2025 dengan cara yang unik dan inklusif. Opening ceremony Raja Brawijaya yang digelar di Lapangan Rektorat UB pagi tadi (11/8/2025) menampilkan penggunaan bahasa isyarat serta lima bahasa asing sekaligus yakni Inggris, Prancis, Jepang, Arab, dan Mandarin.

Sebanyak 6.000 mahasiswa dari 17 fakultas dan Pusat Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Kediri mengikuti acara secara langsung, sementara lebih dari 11 ribu mahasiswa baru lainnya menyimak secara daring.

Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D., Med.Sc., menjelaskan bahwa format hybrid dipilih untuk menghindari kemacetan di kawasan sekitar kampus.
“Ya kita itu mendengarkan aspirasi dan juga pendapat banyak orang, jika 17 ribu orang itu keluar bersamaan saat PK2MABA UB maka dapat dipastikan jalan Veteran, Suhat hingga sekitar kampus UB akan macet. Oleh karena itu kita gelar secara hybrid, ada yang datang ke kampus UB ada yang mengikutinya secara daring,” ujarnya dalam konferensi pers usai acara.

Salah satu momen menarik adalah ketika ribuan mahasiswa baru Universitas Brawijaya ini mempraktikkan bahasa isyarat secara serentak. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP., hal tersebut selaras dengan komitmen UB sebagai pelopor kampus ramah difabel.

“Di tahun ini saja kita menerima sebanyak 51 orang difabel yang secara akademik memenuhi syarat dan akan mengikuti perkuliahan dengan sistem pendampingan yang akan kita fasilitasi, karena itu seluruh sivitas akademika UB khususnya mahasiswa baru harus aware bahwa sivitas kita, keluarga kita itu ada yang penyandang difabel,” tutur Prof. Imam.

Penggunaan lima bahasa asing, lanjutnya, mencerminkan reputasi global UB yang setiap tahun menerima mahasiswa internasional.

“Setiap tahun kita menerima mahasiswa asing, baik yang dibiayai penuh oleh beasiswa Kementerian maupun yang dibiayai full scholarship oleh Universitas Brawijaya. Karenanya kita di UB ini sangat mengapresiasi diversity, keragaman, dan juga internasionalisasi. Karena itu kita pakai beberapa bahasa asing dimana UB juga memiliki beberapa program studi bahasa asing,” jelasnya.

Dari sisi teknis, Ketua Panitia Raja Brawijaya 2025, Amelia Rizky Ramadhan (Mahasiswa FIA 2023), menuturkan bahwa tahun ini PK2MABA mengusung konsep paperless dan berbasis teknologi.
“Tahun ini penugasan lebih banyak berbasis digital dan paperless. Kami membangun Integrated System Raja Brawijaya, website internal untuk memantau progres kerja, notulensi, hingga absensi berbasis QR Code. Semua ini kami rancang agar koordinasi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Menurut Amelia, inovasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kesiapan mahasiswa baru menghadapi era serba cepat.

“PK2MABA adalah gerbang adaptasi dari SMA ke dunia kampus. Kami ingin MABA bisa mengenal lingkungannya, mengeksplorasi peluang, dan menemukan dunia baru mereka di UB,” pungkasnya.

Dengan konsep inklusif, multibahasa, dan berbasis digital, UB menegaskan posisinya sebagai universitas berkelas dunia yang merangkul keberagaman sekaligus mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. (A.Y)

Tag: