Home / Berita / Umum / Menyingkap Sejarah Peradaban Perbankan Indonesia Di Museum Bank Indonesia

Menyingkap Sejarah Peradaban Perbankan Indonesia Di Museum Bank Indonesia

Jakarta | ADADIMALANG.COM — Jakarta selalu menyajikan segudang destinasi yang sayang untuk dilewatkan saat kita datang kesana. Mulai dari ikon modern seperti Monas dan Stadion Gelora Bung Karno hingga pesona sejarah di kawasan Kota Tua. Namun, bagi siapa pun yang ingin menyelami denyut nadi sejarah ekonomi dan peradaban keuangan bangsa, Museum Bank Indonesia (MUBI) adalah sebuah destinasi istimewa yang tak boleh dilewatkan.

Karena mengunjungi MUBI tidak sekadar berkunjung atau melihat sebuah gedung tua semata, melainkan membaca dan menyaksikan perkembangan sejarah Bangsa Indonesia melalui perkembangan perekonomian di dalamnya.

Museum Bank Indonesia (MUBI) yang ada di Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan Kantor Pertama Bank Indonesia sebelum menjadi MUBI (Foto : Agus Yuwono)
Museum Bank Indonesia (MUBI) yang ada di Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan Kantor Pertama Bank Indonesia sebelum menjadi MUBI (Foto : Agus Yuwono)

Berada di wilayah Kota Tua Jakarta, MUBI berdiri megah dengan arsitektur gaya klasik Eropa yang didominasi warna putih dan pilar-pilar kokoh yang dulunya merupakan cikal bakal sistem perbankan di Nusantara yakni De Javasche Bank, bank sirkulasi pertama di masa Hindia Belanda.

Salah satu kisah paling menarik dari sejarah gedung ini adalah proses nasionalisasinya. Alih-alih diambil paksa setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang dramatis namun legal melalui pembelian saham. Proses ini dilakukan layaknya transaksi jual beli biasa, di mana Pemerintah Indonesia berhasil mengakuisisi hingga 97 persen saham, diana tiga persen sisanya konon tak terlacak keberadaan pemiliknya. Aksi pembelian ini menandai transisi penting menuju kedaulatan penuh Indonesia dalam mengatur keuangannya.

Memasuki MUBI, pengunjung akan disambut dengan protokol keamanan layaknya memasuki kantor bank masa kini, termasuk pemeriksaan barang bawaan dan penitipan tas di loker yang telah disediakan. Setelah itu, perjalanan waktu dimulai dengan sajian film animasi yang mengisahkan perkembangan pembangunan MUBI. Ornamen-ornamen indah, termasuk kekayaan kaca patri cantik yang memvisualisasikan cerita-cerita mitos, turut dipamerkan di gedung yang kemudian menjadi Kantor Pertama Bank Indonesia ini.

Perjalanan ke MUBI tentu tak lengkap tanpa membahas uang atau yang di masa lalu kerap disebut duit. Dalam sesi tur yang dipandu oleh educator museum, terungkap bahwa sejarah mata uang Rupiah berakar pada uang pertama yang dicetak oleh penjajah Jepang yang sudah mencantumkan nama Rupiah di dalamnya.

Educator Museum bank Indonesia, tanti saat menjelaskan tentang sejarah ORI dan ORIDA (Foto : Agus Yuwono)
Educator Museum bank Indonesia, Tanti saat menjelaskan tentang sejarah ORI dan ORIDA (Foto : Agus Yuwono)

“Jadi dulu kita memakai ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai mata uang, tetapi ORI sering disita dan dibakar oleh penjajah jika ketahuan membawanya,” jelas Tanti, seorang educator yang mendampingi kunjungan.

Kondisi tersebut memaksa Pemerintah Indonesia kemudian berinovasi dengan mengizinkan Pemerintah Daerah untuk mencetak ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah) yang hanya berlaku di daerahnya masing-masing.

Tanti juga menyingkap sisi gelap sejarah uang di masa penjajahan, yakni keberadaan “uang kebon” atau uang perkebunan yang disebut token. Uang token ini, kata Tanti, menunjukkan sisi perbudakan dan monopoli.

“Karena selain hanya bisa dipergunakan di perkebunan yang mengeluarkan uang token tersebut, uang tersebut dipergunakan membeli bahan kebutuhan yang dijual oleh si pemilik perkebunan tersebut,” tambahnya.

MUBI menyajikan informasi yang berlimpah, tidak hanya seputar sejarah uang dan gedungnya semata. Keberlimpahan rempah-rempah Nusantara sebagai daya tarik penjajah hingga perkembangan kondisi perekonomian Indonesia juga disajikan secara interaktif dan mudah dicerna, bahkan bagi pengunjung yang awam.

Antusiasme publik terhadap sejarah peradaban perbankan ini terlihat jelas. Meski di hari kerja, rombongan siswa dari jenjang TK, SD, hingga SMA nampak memadati museum. Dalam sehari, setidaknya 1.000 orang datang berkunjung ke MUBI yang beroperasi mulai Selasa hingga Minggu, dari pukul 08.00 WIB hingga 15.30 WIB.

Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau yakni hanya Rp5.000 untuk masyarakat umum dan gratis bagi mahasiswa dan pelajar, MUBI menjadi destinasi wajib bagi setiap anak bangsa. Mengunjungi museum ini adalah cara terbaik untuk memahami dan menghargai sejarah perkembangan peradaban dan ekonomi Indonesia. (A.Y)

Tag: