Jakarta | ADADIMALANG.COM – Siapa yang tidak butuh uang? Alat tukar yang sehari-hariada yang menyebutnya dengan duit, duwek, atau dokat ini telah menjadi jantung aktivitas ekonomi. Namun, di balik nilai dan fungsinya, mata uang resmi kita, Rupiah, menyimpan sejarah dan fakta-fakta unik yang jauh lebih menarik daripada sekadar alat pembayaran.
Ingin tahu lebih banyak tentang seluk-beluk Rupiah, yang dulunya bernama ORI (Oeang Republik Indonesia)? Berkunjung ke Museum Bank Indonesia (MUBI) di kawasan Kota Tua Jakarta adalah pintu gerbangnya. Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau yakni hanya Rp5.000 untuk umum, bahkan gratis bagi pelajar atau mahasiswa membuat akses ke sejarah perbankan Indonesia menjadi sangat mudah didapatkan masyarakat.
Di antara berbagai koleksi sejarah perbankan yang dipamerkan, salah satu area di MUBI mengungkap tujuh fakta unik tentang uang Indonesia. Beberapa fakta unik tentang uang ini antara lain :
1. Asal-Usul “Duit” dan “Uang”
Istilah “duit” yang sering kita gunakan ternyata dipercaya berasal dari koin Belanda era VOC yang bertuliskan ‘doit’. Sementara itu, kata “uang” sendiri memiliki dua teori asal muasal. Pertama, dari kata ‘wang’ yang berarti alat pembayaran berbahan emas, yang memang sejak dahulu kala dipakai sebagai alat tukar di berbagai belahan dunia. Kedua, ada yang menyebut “uang” berasal dari kata “daluwang”, yaitu kertas yang terbuat dari pohon paper mulberry. Keberadaan “daluang” bahkan telah tercatat dalam naskah Kakawin Ramayana pada abad ke-9.
2. Koin Rupiah Menjadi Penentu di Final Piala Dunia 1974
Salah satu kisah paling mengejutkan adalah keterlibatan uang koin Indonesia dalam ajang sepak bola dunia. Koin pecahan Rp2.000 edisi tahun 1974 pernah digunakan oleh wasit berkebangsaan Inggris, Jack Taylor, untuk menentukan kick-off pada pertandingan final Piala Dunia 1974 antara tuan rumah Jerman Barat melawan Belanda.
Uang logam seberat 25,31 gram ini sangat istimewa. Dibuat terbatas hanya tiga keping atas kerja sama Bank Indonesia dengan lembaga konservasi dunia (IUCN) dan WWF, koin ini memiliki dua sisi: gambar Burung Garuda dan teks “Bank Indonesia” di satu sisi, serta gambar Harimau Jawa di sisi lainnya. Dana hasil penjualannya disumbangkan untuk penyelamatan hewan langka di Indonesia.

3. “Setali Tiga Uang” dan Makna di Balik Peribahasa
Peribahasa “setali tiga uang” yang berarti “sama saja” ternyata berakar kuat pada nilai mata uang di masa lalu, mirip dengan peribahasa “seringgit dua kupang”. Pada masa lalu, nilai setali setara dengan 25 sen. Menariknya, tiga uang merupakan kombinasi dari dua ketip (10 sen) dan satu kelip (5 sen), yang totalnya juga 25 sen. Kesamaan nilai inilah yang melahirkan peribahasa tersebut.
4. Uang Gobog Banten: dari Mitos Pelet hingga Alat Tukar Bernilai Tinggi
Replika uang Gobog Banten berukuran besar di MUBI seringkali menjadi spot foto pengunjung. Uang kuno ini menyimpan mitos yang unik, yakni dipercaya memiliki kekuatan untuk memikat lawan jenis (pelet). Mitos ini beredar dari mulut ke mulut, konon berasal dari kisah tentang Raja Banten yang membawa uang Gobog Banten saat ingin mendapatkan Permaisurinya. Namun, di luar mitos, uang Gobog Banten kala itu memang memiliki nilai tukar yang tinggi.

5. Jejak Perbudakan di Balik Uang Perkebunan
Pada masa penjajahan, terdapat uang yang disebut uang kebon atau Token yang sangat lekat dengan nuansa perbudakan. Uang Token ini dikeluarkan oleh tuan tanah atau pemilik perkebunan dan memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai asal perkebunan yang membuatnya. Ironisnya, uang ini hanya dapat dipergunakan untuk membeli bahan kebutuhan yang dijual oleh si tuan tanah itu sendiri, sehingga membatasi kebebasan ekonomi para pekerja.

6. Lahirnya ORIDA untuk Menangkal Sitaan Penjajah
Setelah kemerdekaan, Republik Indonesia memiliki ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) yang berlaku di seluruh wilayah. Namun, karena keberadaan penjajah yang masih sering menyita dan membakar ORI, Pemerintah Daerah diberi izin untuk menerbitkan ORIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah). ORIDA memiliki nominal yang sama dengan ORI, tetapi hanya berlaku di daerah yang mengeluarkannya saja, menjadikannya strategi efektif untuk menjaga ketersediaan uang tunai.
Selain tujuh fakta unik ini, MUBI menyajikan informasi lengkap tentang perkembangan perbankan di Indonesia dari masa kolonial hingga era modern. Berbagai informasi menarik ini tentu sangat sayang untuk dilewatkan. Jadi, jika Anda berada di Jakarta, jangan tunda lagi, kunjungi Museum Bank Indonesia yang buka dari hari Selasa hingga Minggu. (A.Y)