
Jakarta | ADADIMALANG.COM – Hanya berselang dua hari dari pemilihan yang digelar Sabtu lalu (4/10/2025), Ir. Supriatna Adhisuwignjo, S.T., M.T., hari ini, Senin (6/10/2025), resmi dilantik sebagai Direktur Politeknik Negeri Malang (POLINEMA) periode 2025-2029 di Jakarta. Pelantikan kilat ini merupakan strategi Kementerian untuk mencegah kekosongan jabatan, mengingat masa jabatan Direktur sebelumnya berakhir pada 5 Oktober 2025.
Proses yang cepat ini dikonfirmasi oleh Kuasa Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi, Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie, Ph.D. “Hal tersebut sudah diperhitungkan oleh pihak Kementerian, di mana pelantikan akan segera dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan jabatan. Terlebih masa jabatan Direktur POLINEMA yang lama akan berakhir pada tanggal 5 Oktober 2025. Satu hari setelah prosesi pemilihan Sabtu lalu,” ungkap Prof. Tjitjik.
Dalam sambutannya, Prof. Tjitjik menitipkan harapan besar kepada kepemimpinan baru ini agar POLINEMA mampu menjawab tantangan pendidikan tinggi yang kian berat. Ia menekankan pentingnya sinergi dan kepemimpinan yang kuat.
“Tanpa adanya leadership yang kuat dan juga kolaborasi yang kuat, tentunya itu akan menghambat kemajuan dan menjadi hambatan bagi kita dalam menghadapi tantangan ini,” jelas Prof. Tjitjik.
Usai dilantik, Direktur terpilih Ir. Supriatna Adhisuwignjo, S.T., M.T., menyatakan bahwa amanah ini akan menjadi dasar penyusunan program-program prioritas ke depan. Fokus utamanya adalah menyelaraskan langkah kampus dengan Rencana Strategis (Renstra) Kemendikti Saintek sekaligus mewujudkan visi POLINEMA.
“Yang kita akan susun pertama adalah yang terkait dengan Renstra Kemendikti Saintek dan yang kedua kita juga memiliki satu visi-visi, memiliki rencana hidup pengembangan, memiliki Renstra yang harus kita jadikan sebagai acuan untuk kita membangun kampus POLINEMA ini ke depan,” ujar Supriatna.
Salah satu program unggulan yang akan diintensifkan adalah transformasi Tridharma Perguruan Tinggi agar selaras dengan program kementerian, khususnya Kampus Berdampak. Menurut Supriatna, ini adalah kunci untuk memastikan aktivitas akademik memberikan manfaat nyata.
“Dengan demikian maka kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi akan kita dorong agar dapat memberikan manfaat baik secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi masyarakat bangsa dan negara kita khususnya dan juga masyarakat dunia pada umumnya,” tegasnya.
Kebijakan ini sudah mulai terasa di tugas akhir mahasiswa. Saat ini, skripsi atau tugas akhir di POLINEMA wajib berbasis pada penyelesaian permasalahan riil di masyarakat. Supriatna mengungkapkan, hal ini telah membuahkan hasil konkret.
“Dari potensi sekitar 1.500 tugas akhir, beberapa waktu lalu kami telah menyerahkan sebanyak 200 karya akhir mahasiswa yang harapannya akan dapat menjadi solusi persoalan masyarakat termasuk UMKM dan pelaku industri dan lainnya,” ungkap Supriatna.
Selain fokus pada dampak sosial-ekonomi, Supriatna juga mematok target tinggi lain: mewujudkan POLINEMA sebagai Kampus Internasional dan Kampus Digital. Layanan pendidikan berbasis teknologi informasi dianggap krusial untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi. Ia juga berharap POLINEMA dapat bertransformasi menjadi Politeknik University di masa depan, meskipun hal ini masih bergantung pada kebijakan Pemerintah Pusat.
Di tengah ambisi tersebut, aspek kelestarian lingkungan tidak dilupakan. POLINEMA juga tetap berkomitmen menjadi Kampus Ramah Lingkungan, Kampus Hijau, dan berkelanjutan.
“Kita juga ikut mengkontribusikan kampus kita untuk masalah krisis iklim,” tutup Supriatna, menegaskan bahwa semua program tersebut akan diharmonisasikan dalam ‘klaster-klaster’ agar upaya transformasi di POLINEMA dapat berjalan menyeluruh dan terintegrasi. (A.Y)