ADADIMALANG– Pentingnya penggunaan teknologi informasi khususnya internet yang sangat berpengaruh dengan hampir semua lini kehidupan masyarakat, Universitas Merdeka (Unmer) Malang menggelar webinar ‘Cerdas Berdemokrasi’ di gedung PPI Unmer Malang Kamis kemarin, (01/04/2021).
“Kami ingin agar generasi muda paham dan bijak menggunakan gawai mereka. Jangan sampai jempol mereka lebih cepat bereaksi daripada akal sehat dan hati nurani mereka. Artinya sebelum mengirim suatu informasi tersebut harus dipastikan terlebih dahulu kebenaran informasi yang diterima dan akan disebar luaskan tersebut,” ungkap Koordinator Informasi Komunikasi Bidang Politik dan Pemerintahan Kementerian Kominfo, Dwi Aningsi.
Kegiatan webinar yang mengambil tema ‘Jaga jempol, jaga hati, jaga Indonesia’ ini dilaksanakan luring di gedung PPI Unmer Malang dan secara daring (hybrid) yang diikuti sekitar 400 orang peserta.
Penggunaan gawai untuk berselancar di dunia maya tanpa memiliki kesadaran dan pemahaman yang cukup akan bahayanya berita bohong (hoax) membuat berita bohong banyak bertebaran di dunia maya khususnya di media sosial dan dikonsumsi atau dipercaya masyarakat yang membacanya.
Salah satu akademisi Unmer Malang yang menjadi pemateri webinar, Dr. Prihat Assih, SE.,M.Si.,Ak.,CSRS. Menyampaikan bahwa dalam kebebasan berekspresi di dunia maya tersebut yang harus dipahami adalah adanya kebebasan orang lain pula yang harus dijaga dan dihormati.
“Di era industri 4.0 saat ini internet memiliki peranan sangat penting yang membuat interaksi di dunia maya ini justru jauh lebih besar dari pada interaksi konvesional. Kondisi ini seharusnya dimanfaatkan untuk berdemokrasi dengan baik, bukan malah memanfaatkan media sosial untuk tindakan yang kurang tepat seperti menghujat atau menyebarkan berita bohong (hoax),” ujar Prihat Assih yang sehari-hari menjabat sebagai Wakil Rektor II Unmer Malang ini.
Penggunaan gawai milik pribadi seringkali menurut Prihat Assih membuat para pemilik gawai seringkali merasa bebas untuk mengekspresikan ide dan pendapat mereka di media sosial secara bebas dan akhirnya lupa akan kebebasan orang lain yang sama seperti mereka.
“Oleh karena itu generasi muda harus paham dan bijak dalam menggunakan gawai mereka saat berselancar di dunia maya dengan berdemokrasi yang baik,” ujar Prihat Assih.
Sementara itu saat ditanya terkait dengan maraknya penyebaran hoax oleh masyarakat, Tenaga Ahli Utama Kedeputian Informasi dan Komunikasi Publik Kantor Staf Presiden, Widiasri Agustina menyampaikan bahwa setiap orang sebenarnya telah memiliki alarm yang bersumber pada nalar dan apa yang mereka miliki.
“Yang harus dibiasakan untuk dilakukan saat ini adalah mencari tahu terlebih dahulu kebenaran suatu informasi sebelum menyebarluaskannya. Jika itu bukan urusanmu ya ojo crigis (cerewet) atau ikut campur,” ungkap Widiasri Agustina.
Widiasri Agustina juga menyoroti adanya peran masyarakat dalam menciptakan mis informasi yang kemudian terkonsumsi oleh masyarakat dan tersebar luas.
“Sayangnya media kita misalkan saja media online yang ada saat ini menerapkan disiplin verifikasi yang lemah. Sebagai contoh saja, media justru menjadikan akun media sosial sebagai narasumber tanpa melakukan memastikan kebenaran (cross check) terlebih dahulu sumber pastinya. Jika media terus seperti itu maka media telah menyumbang mis informasi,” ungkap Widiasri Agustina.
Media menurut Widiasri harus membersihkan akar kebencian, kekerasan ataupun stigma sejak dari awal tahapan pembuatan berita yakni di ruang redaksi sehingga pemberitaan dan informasi yang di sampaikan adalah benar-benar suatu kebenaran.
“Kenapa tidak bersinergi dengan masyarakat yang menjadi citizen journalist? Justru bekerjasama atau bersinergi bersama mereka berarti media sudah turut serta mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan hoax,” harap Widiastri Agustin. (A.Y)