
Mengusung konsep Desa Wisata Nusantara dengan nuansa kebudayaan Bali.
ADADIMALANG – Meski sempat terkendala faktor device komputer dan laptop yang kurang mendukung hingga harus menurunkan kualitas karya animasi yang dibuatnya, Maksimilianus Jata dan Alessandro Pareira Saputra Wula yang merupakan mahasiswa Arsitektur S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang berhasil menjadi Juara 1 ajang Architecture Rendering Competition Acsent tahun 2021.
Dalam lomba yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Udayana Bali ini diselenggarakan sejak bulan April 2021 lalu dan baru diumumkan pada hari Minggu lalu (20/6/2021) tersebut, dua orang mahasiswa Arsitektur ITN Malang ini mengusung karya berupa konsep desa wisata nusantara dengan kebudayaan Bali.
Dua mahasiswa asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengangkat konsep ‘Desain Desa Wisata Nusantara – Destinasi Wisata Nusantara dengan Kebudayaan Bali’ dengan mengembangkan obyek wisata rumah tinggal bergaya tradisional.
“Setiap peserta diberi tantangan membuat desain 3 dimensi (3D) modelling dasar dari panitia sebagai acuan rancangan desain, dimana peserta diminta untuk merender objek, mengeksplorasi dan berkreasi dalam menentukan material, lighting, suasana dengan tema yang sudah ditentukan. Rendering difokuskan pada eksterior objek dengan skala kawasan (Desa Wisata Nusantara) secara keseluruhan, dan interior bangunan yang didesain secara bebas yang disesuaikan dengan kondisi new normal,” jelas Max, sapaan akrab Maksimilianus Jata.
Menurut Max, banyak sekali perubahan material bangunan, interior yang harus dilakukan termasuk memperbaiki modeling 3D sehingga yang dirasa masih kurang baik dan kurang realistis bisa diperbaiki.
“Kami menyajikan konsep rendering dengan menceritakan mengenai pentingnya mempertahankan serta merawat warisan budaya nusantara yang merupakan jati diri bangsa Indonesia,” tutur Max.
Karya mahasiswa ITN Malang tersebut disajikan dalam bentuk video animasi berdurasi tiga menit dan panel poster yang menceritakan Desa Wisata Nusantara di Pulau Bali sebagai destinasi wisata dengan tema nusantara, serta memberikan pola massa yang baik dan lega.
Harapannya dengan desain yang dibuatnya tersebut akan mampu menghadirkan pengalaman berwisata dengan tidak mengurangi nilai luhur yang dipresentasikan melalui corak dan arsitektur nusantara.
https://youtu.be/McQ8EPHatKM
Dalam konsep kedua mahasiswa Arsitektur ITN Malang tersebut menonjolkan empat area dalam rendering yaitu area entrance taman wisata, area entrance museum, communal space dan interior gedung teater dimana setiap area didetailkan dengan wujud fasilitas gedung teater, amphitheatre, museum, tempat ibadah, restoran, dan tempat berjualan buah tangan khas Bali oleh masyarakat sekitar.
“Kami harus membuat sedetail mungkin konsep fungsi bangunan, suasana dan masih banyak lainnya. Kesesuaian tema, estetika, penyajian karya, kerapian, dan pengambilan view animasi pada panel gambar kami jadikan daya tarik,” imbuh Max.
Meskipun dikerjakan bersama, namun Max dan Sandro mengakui tetap ada kesulitan dalam membuat rendering mengingat device (laptop dan komputer) yang digunakan memiliki spesifikasi standard padahal lomba yang diikuti termasuk dalam skala kawasan.
“Bahkan saat pertengahan pengerjaan kami sempat kebingungan karena komputer dan laptop yang kami gunakan nyaris tidak bisa mengerjakan modeling pada saat masuk proses rendering animasi di software. Namun, kami tidak kehilangan trik untuk menyelesaikan rendering ini. Meskipun dengan berat hati, akhirnya kami harus menurunkan kualitas animasi karena ada beberapa keterbatasan pada komputer,” ungkap Max.
Sementara itu Sandro menambahkan bahwa timnya sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyiapkan animasi serta panel poster baik dari teknik pengambilan angle kamera dan narasi video yang dirasa sudah cukup seimbang baik penyajian foto dan deskripsinya sangat proporsional.
“Saya berharap akan semakin banyak masyarakat yang peduli pada pentingnya tempat wisata dengan tema nusantara sehingga generasi masa depan bisa mempertahankan kelokalan dan identitas bangsa sebagai daya tarik wisata. Kami juga berharap ke depannya semakin banyak lomba rendering arsitektur mengingat skill rendering, foto, dan animasi sangat diperlukan pada saat kami terjun di dunia kerja khususnya bidang arsitektur,” ungkap Sandro.
Ajang Acsent ini diharapkan menjadi sarana dan upaya untuk menggali bakat dan kreativitas calon arsitek-arsitek muda dalam berbagai keterampilan dalam bidang arsitektur. (A.Y)