Home / Berita / Umum / Dokter Tanaman Diharapkan Dapat Segera Dilegalkan

Dokter Tanaman Diharapkan Dapat Segera Dilegalkan

Seminar Ilmiah Internasional dan Kongres PFI Ke XXVI

Untuk mewujudkan tanaman sehat menuju pertanian berkelanjutan.

ADADIMALANG – Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan tanaman yang membuat Indonesia banyak dilirik negara lain, bahkan dahulu menjadi salahsatu alasan Indonesia menjadi sasaran penjajahan.

Dalam rangka mempertahankan kekayaan tanaman yang dimilikinya, selain penelitian dalam pengembangannya juga dilakukan penelitian dalam hal penyakit yang menyerang tanaman yang juga kerap menyebabkan kerusakan tanaman.

Terkait dengan revolusi industri 4.0 dalam rangka mewujudkan tanaman sehat menuju pertanian berkelanjutan, Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) melaksanakan Seminar Ilmiah Internasional dan Kongres ke XXVI di Universitas Brawijaya (UB) mulai hari Jumat kemarin (29/10/2021).

Ketua Komisariat Daerah (Komda) Jawa Timur Bagian Barat yakni Luqman Qurata Aini SP., M.Si., Ph.D, beberapa isu yang diangkat dalam konferensi tersebut terkait dengan ketahanan pangan dan food safety.

“Penggunaan IOT (Internet of Things) sudah mulai banyak dilakukan di bidang Fitopatologi yang diharapkan dapat sangat membantu dalam pengenalan penyakit tanaman. Sehingga revolusi industri 4.0 ini juga berpengaruh pada bidang Fitopatologi,” ungkap Ketua Komda Jatim Barat yang dipercaya melaksanakan Seminar Ilmiah Internasional dan kongres PFI ke XXVI ini.

Sementara itu, Sekretariat Jenderal PFI Prof Dr Ir Achmadi Priyatmoko M.Sc menyampaikan bahwa dari pelaksanaan kongres PFI ke XXVI tersebut salahsatu rekomendasi yang dihasilkan adalah perlunya sosialisasi secara terstruktur tentang dokter tanaman.

Dokter Tanaman ini yang akan kita dorong kepada para pejabat pengambil kebijakan agar dapat segera dilegalkan mengingat penting sekali peran dokter tanaman ini,” ungkap Guru Besar dari Universitas Gajahmada (UGM) ini.

Menurut Achmadi Priyatmoko, sudah banyak rekomendasi tentang dokter tanaman ini dan di luar negeri profesi tanaman ini juga telah ada dan diakui.

“Tentunya dokter tanaman ini berbeda ya dengan dokter manusia dimana untuk dokter tanaman ini tidak dapat melakukan komunikasi untuk mengetahui penyakit yang menyerang. Oleh karena itu kita dari Fitopatologi perlu untuk berkolaborasi dengan profesi lain dalam hal penentuan penyakit tanaman. Ada beberapa penyakit tanaman yang tidak diketahui dan kemudian hasil panen tanaman itu dikonsumsi manusia, maka dapat berdampak pada kesehatan manusia itu juga. Ini kan penting,” ungkap Achmadi.

Saat ditanya urgenisi keberadaan dokter tanaman di Indonesia, Achmadi menjelaskan ada beberapa domain yang masuk ke ranah dokter tanaman selain mengobati penyakit tanaman yakni terkait dengan bencana yang dapat menggagalkan panen.

“Kebakaran, banjir atau bencana lain yang dapat menggagalkan panen itu juga menjadi domain dari dokter tanaman dalam hal ini domainnya adalah pencegahan. Sehingga diwujudkan dalam bentuk peramalan di ilmu penyakit agar tidak terjadi terjadi ledakan penyakit,” ujar Achmadi.

Dengan penempatan dokter tanaman dengan semua domain tugasnya tersebut, diharapkan tidak akan terjadi lagi kegagalan panen yang akan berdampak besar dalam hal stok hasil pertanian secara nasional termasuk membantu para petani agar tidak sering mengalami kegagalan panen..

Kepada wartawan, Ketua Pelaksana Seminar Ilmiah Internasional dan Kongres PFI XXVI, Dr Ir Mintarto Martosudiro MS menjelaskan bahwa dalam kegiatan seminar ilmiah internasional ada 350 peserta yang hadir secara daring dan ada 106 presentasi yang terbagi dalam beberapa bidang seperti bakteri, virus, jamur, manajemen atau pengelolaan patogen di lingkungan dan bioteknologinya.

“Nanti dari presentasi tersebut akan dipilih yang terbaik bagi para peneliti muda agar lebih produktif dalam hal penelitian lebih khususnya di Indonesia,” ungkap Mintarto Martosudiro.

Sementara itu dari panitia pelaksana Seminar Ilmiah Internasioanl dan Kongres PFI Ke XXVI yakni Muhammad Akhid Syib’li SP., MP., Ph.D menyampaikan kegiatan dan pertemuan pakar Fitopatologi tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan.

“Mengingat kondisi saat ini masih dalam kondisi pandemi yang memukul semua aspek. Harapannya jangan sampai memukul tajam dalam hal ketahanan pangan, sehingga perlu dilakukan pertemuan in,” ungkap Muhammad Akhid Syib’li. (A.Y)

Tag:

Tinggalkan Balasan