Ada tiga prasyarat agar bisnis ekonomi dan keuangan pesantren dapat maju.
ADADIMALANG – Pengembangan kemandirian ekonomi pesantren memiliki peran yang sangat penting untuk membangun basis ekonomi nasional yang kuat.
Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam kegiatan peluncuran Program Pengembangan Ekosistem Rantai Nilai Halal (Halal Value Chain) di Solo pada hari Sabtu lalu (05/0/2022).
Menurut Gubernur Bank Indonesia, jika suatu pesantren menginginkan bisnis ekonomi dan keuangan pesantren tersebut dapat maju membutuhkan tiga prasyarat dengan pendekatan manajemen ekonomi dan bisnis modern yakni keuletan dan daya tahan, memperkuat jejarings atau ilaturahmi bisnis dan yang terakhir adalah memperkuat pengetahuan dan pemberdayaan ekonomi pesantren melalui Ekosistem Rantai Nilai Halal.
“Pengembangan kemandirian ekonomi pesantren menjadi bagian dari strategi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dalam mewujudkan pertumbuhan yang inklusif. Bank Indonesia (BI) telah menyertakan peran pesantren dalam salah satu pilar cetak biru pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yaitu penguatan ekonomi syariah melalui program peningkatan kelembagaan yang salah satunya melalui kemandirian ekonomi pesantren,” ungkap Perry Warjiyo.
Program pengembangan kemandirian pesantren diharapkan dapat mendorong pesantren sebagai penggerak utama dalam ekosistem rantai nilai halal.
Selain itu, sinergi dan linkage dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan korporasi juga perlu terus dilakukan untuk semakin memperkuat peran pesantren dalam pengembangan ekosistem rantai nilai halal.
Kebijakan pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) Bank Indonesia (BI) menurut Perry Warjiyo merupakan bagian dari bauran kebijakan BI termasuk sebagai bentuk respons kebijakan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) saat ini.
“Dalam upaya mengembangkan EKSyar ini, BI bersama pemangku kepentingan lainnya akan senantiasa bersinergi dalam membangun rantai nilai halal (halal value chain) melalui pengembangan industri halal di sisi input, produksi, proses produksi dan pemasaran,” ungkap Direktur Bank Indonesia.
Beberapa inisiatif, kolaborasi, dan sinergi telah dilakukan termasuk dengan pesantren yang memiliki potensi yang sangat besar sebagai pelaku industri halal ke depan.
Di tengah upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional terutama dalam menghadapi tantangan dan mengambil peluang di era kenormalan baru (new normal), kegiatan peluncuran program pengembangan rantai nilai halal diharapkan dapat membangkitkan spirit positif dan optimisme bagi seluruh rakyat Indonesia. (A.Y)