Home / Berita / Umum / MAC Buka Sekolah Rakyat Autis Untuk Keluarga Kurang mampu

MAC Buka Sekolah Rakyat Autis Untuk Keluarga Kurang mampu

Tandatangani MoU bersama FIB UM untuk dukungan operasional terapis guna pelaksanaan Sekolah Rakyat Autis.

ADADIMALANG – Prevalensi anak-anak penyandang gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) di dunia saat ini semakin meningkat.

Prevalensi yang diketahui sebagai sebuah proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu tersebut diketahui bahwa sebelum tahun 2000 lalu, prevalensi autisme 2-5 hingga dengan 15-20 per seribu kelahiran.

Data Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (CDS) tahun 2001 menunjukkan bahwa sejumlah 1 dari 88 anak menyandang autisme, dan pada tahun 2014 meningkat 30 persen yaitu sebanyak 1,5 persen atau 1 68 anak di Amerika Serikat menyandang autisme.

Di Indonesia sendiri data terkait anak-anak yang mengalami gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) pertama kali dikeluarkan oleh salah satu media cetak nasional pada 20 Juli 2015 baru di angka 475 ribu dan pada tahun 2018 sudah tembus di angka 2,4 juta anak dari data Kementerian Perempuan dan Anak pada tahun 2018. Dengan laju pertumbuhannya saat ini diperkirakan telah mencapai angka 500 ribu penyandang ASD setiap tahunnya.

Mendasari dari pentingnya intervensi atas perilaku dari anak ASD serta tren anak dengan ASD yang semakin besar dalam tiap tahunnya, mengilhami pihak Malang Autism Center (MAC) untuk membantu anak ASD terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu dengan cara mendirikan Sekolah rakyat Autis.

“Sekolah Rakyat Autis ini adalah sekolah atau tempat terapi untuk anak-anak ASD khusus bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu,” ungkap Founder dan Managing Director Malang Autism Center, Mohammad Cahyadi.

M. Cahyadi yang saat ini tengah menempuh pendidikan di S2 Pendidikan Khusus di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (FIB UM) tersebut menyampaikan gagasan pendirian Rumah Rakyat Autis tersebut mendapat dukungan sepenuhnya dari  FIB UM khususnya jurusan Pendidikan Luar Biasa.

“Pendirian sekolah ini tidak mungkin dapat saya realisasikan sendiri, dimana dengan penandatanganan MoU kali ini jurusan pendidikan Luar Biasa FIB UM akan mengirim para mahasiswa untuk menjadi tenaga terapis pada proyek Sekolah Rakyat Autis yang merupakan wujud CSR Malang Autism Center (MAC) ini,” ungkap M. Cahyadi.

Sekolah Rakyat Autis yang didirikan MAC ini memberikan berbagai fasilitas seperti jam terapi sebanyak 20 jam untuk setiap pekannya dan anak penyandangASD akan didampingi oleh 2 terapis atau pendamping hingga melakukan konsultasi dan evaluasi setiap bulannya.

“Memang Sekolah Rakyat Autis ini dikhususkan bagi ASD yang berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga biaya terapi setiap bulannya akan disesuaikan dengan budget atau kemampuan orang tua masing-masing anak ASD. Syarat pendaftaran dapat didapatkan melalui https://forms.gle/Nc8sya3j91Tu8q557 atau secara offline dengan cara mengirimkan pengajuannya dikirimkan ke alamat kantor Malang Autism Center (MAC) di Jalan Manggar nomor 8, Dau-Sengkaling, Kabupaten Malang,” ungkap Tjahjadi.

Pendaftaran siswa Sekolah Rakyat Autis di Malang ini menurut Tjahjadi akan ditutup pada tanggal 20 Mei 2022, dimana semua pendaftar harus bersedia rumahnya  dikunjungi tim Sekolah rakyat Autis jika pendaftaran melebihi dari kuota yang ada.

Menanggapi adanya pembuatan MoU antara Jurusan PLB FIB UM dengan MAC terkait Sekolah rakyat Autis, Dekan FIP Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd menyampaikan apresiasi positif dengan harapan kerjasama tersebut dapat membawa manfaat bagi kebaikan kedua belah pihak dalam kaitan membantu para penyandang autis.

“Saya kira ini sangat baik sekali mengingat jumlah anak autis ini terus bertambah, sehingga perlu adanya bantuan pendamping yang akhirnya mungkin nanti dapat mandiri. Kerjasama ini juga selaras dengan visi misi Departmen PLB FIP UM yang berkewajiban untuk dapat mendidik anak-anak berkebutuhan khusus termasuk untuk magister (S2),” ungkap Bambang Budi Wiyono.

Penandatanganan MoU antara Malang Autism Center dan Departemen Pendidikan Luar Biasa FIB Universitas Negeri Malang (Foto : Agus Yuwono ~ AdaDiMalang.com)
Penandatanganan MoU antara Malang Autism Center dan Departemen Pendidikan Luar Biasa FIB Universitas Negeri Malang (Foto : Agus Yuwono ~ AdaDiMalang.com)

Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Mohammad Cahyadi dari MAC dan Mohammad Efendi dari Departemen Pendidikan luar Biasa FIB UM disaksikan Dekan FIB dan tamu undangan lainnya di Aula FIB Universitas Negeri Malang.

“Dengan kerjasama bersama MAC ini maka mahasiswa Pendidikan Luar Biasa FIB UM yang akan magang menjadi terapis di Sekolah Rakyat Autis Malang ini akan mendapatkan banyak keuntungan. Ini jelas tinggi added value dengan bergabung atau magang di Sekolah Rakyat Autis ini,karena mahasiswa akan memiliki pengalaman berpraktik langsung dan memiliki kompetensi yang komplit. Dampaknya nanti lulusan kita akan betul-betul mengembangkan kemampuan dari sisi keilmuanya di masyarakat setelah lulus nantinya,” ungkap Efendi.

Menurut Prof Dr Mohammad Efendi, M.Pd., M.Kes tersebut, kerjasama dengan Sekolah Rakyat Autis Malang tersebut menjadi kesempatan untuk link and match yang sangat diperlukan mahasiswa untuk dapat menjadi sarjana yang sesuai dengan kompetensinya.

“Semoga Dengan adanya kerjasama kemitraan yang baik antara PLB FIB UM dengan MAC ini kesempatan tidak hanya terbatas pada kalender akademik saja,” ujar Efendi.

Sementara itu saat ditanya terkait added value bagi mahasiswa yang magang di Sekolah rakyat Autis tersebut, Tjahjadi mengungkapkan setidaknya ada lima hal yang menjadi keuntungan para mahasiswa.

“Yang pertama mereka akan mendapatkan keilmuan untuk menangani atau mendampingi termasuk melakukan terapi penyandang ASD dari kami di Sekolah Rakyat Autis, mendapat kesempatan praktik langsung dengan melakukan pendampingan atau terapi dan kemudian mereka juga akan mendapatkan e-certificate yang tentunya akan berguna bagi pendidikan mahasiswa tersebut,” ungkap pria yang 20 tahun lebih bergerak di perusahaan telekomunikasi ini.

Keuntungan lainnya menurut Tjahjadi adalah mahasiswa yang magang akan mendapatkan konsumsi selama melakukan aktifitas di Sekolah rakyat Autis termasuk uang transport bagi kegiatan magang mereka serta berkesempatan direkrut menjadi terapis di Sekolah Rakyat Autis.

Sebelum mendirikan Sekolah Rakyat Autis, Malang Autis center menjadi lembaga pendidikan dan terapi bagi anak penyandang ASD di wilayah Malang Raya yang diakui oleh Tjahjadi hingga saat ini sangat diminati orang tua anak-anak penyandang Autis.

“Karena keterbatasan tempat yang ada dan minat yang tinggi, akhirnya peminat sekolah pemondokan di Malang Autis Center ini sampai ada waiting listnya untuk beberapa waktu lamanya,” pungkas M. Tjahjadi.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) kerap kali disebut anak istimewa yang membutuhkan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak akibat keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik  fisik maupun psikologis.

Autisme merupakan salah satu jenis kebutuhan khusus yang merupakan bagian dari gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) yang mengalami gangguan pada perilaku, bahasa atau komunikasi serta interaksi sosialnya, sehingga penanganan sejak dini melalui terapi terhadap anak-anak tersebut mutlak diperlukan.

Mengenai Malang Autism Center
Malang Autism Center adalah sebuah Boarding House dengan metode utama ABA yang ditujukan untuk melatih pemahaman, kemandirian perilaku, dan juga interaksi sosial, bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Mempunyai staf yang berpengalaman di bidang masing-masing, dan juga penggunaan bahan-bahan Organik yang di khususkan untuk kebutuhan anak. Berlokasi di daerah yang tenang dekat dengan alam, dilengkapi dengan CCTV dan juga Air Pegunungan.

Malang Autism Center memiliki lima kamar boarding, dan 5 ruang belajar untuk masing-masing anak. Dua gazebo dan apur digunakan sebagai ruang kelas di luar agar tidak bosan dengan ruang tertutup.

Setiap anak didampingi dua pengajar dan guru olahraga, juga ahli gizi yang akan terus memantau perkembangannya. Pada aktivitas sehari-harinya, anak akan diajarkan cara mengatasi kebutuhan dasarnya sendiri mulai dari pelatihan bina diri serta kemampuan akademiknya, sehingga nantinya diharapkan anak akan menjadi mandiri dari sisi perilakunya dan juga akademiknya. (A.Y)

Tag:

Tinggalkan Balasan