Menjadi Teman Bagi Remaja
Oleh : Fatkhul Aisyah, S.Kp
Dewasa ini, remaja adalah salah satu sumber dari setiap topik kehidupan bermasyarakat. Di media online, cetak, bahkan di tempat tempat hiburanpun remaja menjadi banyak perbincangan. Mulai dari berita berprestasi hingga kasus kasus yang tidak sampai nalar manusia. Maka sebenarnya ada apa dengan remaja? Siapa sih mereka? Kenapa sih mereka? Kemudian saya tertarik untuk mempelajari banyak hal tentang mereka. Bertepatan sekali dengan saya bekerja dimana setiap hari saya bertemu dengan mereka.
Remaja itu sangat unik, kata “remaja” muncul pada proses perkembangan manusia yang mencakup usia belasan tahun. Menurut John W. Santrock dalam buku Life-span Development, remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak anak ke masa dewasa ditandai dengan perubahan biologi, kognitif, sosial, dan emosional. Masa remaja awal dimulai pada usia 12 hingga 15 tahun dan berakhir pada masa remaja akhir di usia 18 hingga 21 tahun. Pada masa itu, mereka tidak mau disebut anak anak tapi belum mempunyai kematangan untuk menjadi dewasa. Ketika memasuki usia remaja, mereka mempunyai tahap dan tugas perkembangan diantaranya mengenal dirinya sendiri, teman, dan sekitarnya. Mencapai peran sosial dan merasa diterima keberadaannya. Beberapa istilah generasi muncul pada masa perkembangan remaja, diantaranya generasi X yang lahir pada tahun 1960-1980 saat terjadi konflik global politik, mereka mengalami kehadiran internet untuk pertama kali dan sering disebut Digital Immigrant, kelebihannya mereka mampu beradaptasi dengan cepat. Yang kedua generasi Y dengan ciri ciri lahir pada tahun 1980-1995, mereka pengguna multi screen yang pertama, mengalami kehadiran media sosial seperti facebook, twitter, Youtube, mereka optimis dan cenderung narsistik, suka selfie berlebihan. Setelah itu muncul generasi Z yang sering disebut genZ lahir pada 1995-2012 saat mulai terjadi resesi ekonomi, mereka dikenal sebagai digital natives, dan menopang beban dari tekanan teman sebaya.
GenZ adalah generasi yang hyper cognitive, kreatif terus menerus, cepat sekali membandingkan data dari berbagai sumber. Mereka dibanjiri informasi, berkomunikasi dengan cara visual dan teks yang singkat, mudah mengintegrasikan pengalaman luring dan daring, berfikir cepat dan tidak jarang susah untuk memfilter informasi yang mereka dapat. Istilah generasi jedag jedug, generasi bar bar dan lain halnya didapatkan pada genZ saat ini. Mereka cenderung memilih group nya dibanding orang tua atau orang yang lebih dewasa disekitarnya. Remaja adalah tahapan perkembangan yang paling banyak missunderstood atau disalahpahami, apa saja penyebab remaja sangat menantang untuk dipahami? Mereka banyak berubah, atau moodswing. Mulai dari perubahan hormon, fisik, bertambahnya gap usia dengan orang tua, hingga tidak jarang perubahan ideologi. Sejatinya pemerintah bahkan banyak organisasi organisasi swasta yang berfokus pada pendampingan remaja supaya mereka siap untuk menuju dan menjadi dewasa. Salah satu upaya untuk mengantarkan mereka adalah “mengenal dan berteman” dengan mereka dengan tidak menghakimi, tidak pula menerima semua keinginan mereka. Menjadi dewasa ditengah tengah mereka adalah tantangan. Bagaiamana caranya kita berteman dengan mereka?
Pertama terbuka dengan mereka, pancing mereka untuk bercerita dan menunjukkan jati dirinya, apa yang mereka butuh, apa yang membuat mereka tidak nyaman. Manfaatkan “kekuatan” mereka dengan keinginan mereka mengubah dunia. berikan kepercayaan, dan lebih banyak mendengarkan mereka. Pada masa perkembangan ini, emosi remaja pun masih tergolong naik turun. Mereka masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya kita yang dewasa kewalahan dengan hal ini. Di usia ini kita juga perlu mulai memberikan edukasi seksual karena anak mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya. Selain itu, mereka akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko tanpa berfikir panjang, sehingga kita wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal hal baru yang diketahuinya, sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya. Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian. Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut pandang berbeda.
Kedua, Mempelajari kebohongan remaja, Seringkali remaja mencoba untuk menutupi beberapa hal dari orang tuanya, guru dan sekitarnya, mereka cenderung untuk berbohong agar tidak diintervensi atau diinterogasi lebih jauh mengenai sesuatu hal. Cobalah untuk mencari tahu secara implisit apa yang sedang berlangsung dan jangan tantang secara frontal jika ada yang mencurigakan. Pelajari hal hal apa yang membuat mereka berbohong dan fokus pada apa yang mereka sembunyikan. Setelah semua informasi sudah di tangan kita, ajak mereka untuk bicara baik-baik. Katakan sejauh mana kita dapat mentolerir kebohongannya dan tanyakan mengapa sampai harus berbohong karena justru membuat situasi menjadi keruh.
Menjadi contoh yang tepat bagi mereka adalah cara kita berteman dengan remaja yang terakhir. Ingin dan meniru apa yang dilakukan orang dewasa adalah kegemaran remaja tanpa kita sadari, mereka akan memakai, membuat, bahkan menerapkan sesuatu yang dipakai oleh kita. mereka cenderung mempunyai idola dan akan mengagungkan idola tersebut. Maka arahkan idola mereka pada sesuatu yang tepat. Berkomunikasi juga kunci penting agar mereka paham mana yang boleh di terapkan dan mana yang tidak dapat diterapkan. Sungguh menjadi teman mereka adalah tantangan yang menyenangkan, bukan?. (*)
*Penulis adalah Guru Pengajar di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School.