Kota Malang – Mariyati, 65 tahun, mengeluh susah tidur dan persendian nyeri sejak sepekan terakhir. Seorang perawat memeriksa tekanan darah dan detak jantung. Sembari menanyakan keluhan atas penyakit yang dialaminya.Nenek dua cucu ini rutin saban sakit mendatangi klinik Indonesia Media di Jalan Kyai Parseh Jaya 18B, Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang.
Lantas dia tidur di pembaringan, seorang dokter memeriksa lebih lanjut. Setelah pemeriksaan, dia mendapat obat yang harus dikonsumsi setiap hari. Mariyati tak perlu mengeluarkan biaya pengobatan, dia telah menjadi anggota klinik asuransi sampah.
Saban pekan dia cukup mengumpulkan sampah kering seperti kertas, plastik, dan logam. Selain mendapat pelayanan kesehatan primer di klinik, kini dia juga bisa mendapat layanan skunder di rumah sakit. Setelah Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bekerjasama dengan Indonesia Media memberikan pelayanan kesehatan berbasis sampah.
Peserta cukup membayar sampah senilai Rp 10 ribu per bulan untuk pelayanan kelas III. Selebihnya, biaya sebesar Rp 15.500 dibayar melalui dana tanggungjawab sosial perusahaan yang dikelola Indonesia Medika. Seperti diketahui iuran untuk layanan kelas III sebesar Rp 25.500.
“Pembayaran dilakukan secara kolektif,” kata Kepala bidang pelayanan kesehatan primer BPJS Kesehatan Malang, Muji Harianti. Pelayanan yang diperoleh sama dengan peserta BPJS lainnya. Program ini diharapkan bisa menjangkau peserta lebih luas.
“Khusus pelayanan primer pertama dilakukan di klinik Indonesia Medika,” katanya. Sedangkan untuk rujukan akan diteruskan ke sejumlah rumah sakit di Malang. Dia berharap program ini terintegrasi dengan lembaga dan yayasan sosial. Seperti yang dilakukan kerjasama dengan Indonesia Medika.
Terutama sasarannya bagi masyarakat miskin yang belum terdaftar melalui penerima bantuan iuran baik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sehingga targetnya seluruh warga Kabupaten Malang terintegrasi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pembayaran kolektif merupakan program baru yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. Sasarannya mulai pelajar, mahasiswa dan perusahaan yang menyalurkan dana tanggungjawab sosial. Atau dikenal dengan peserta bukan penerima upah.
Program ini diluncurkan sejak Februari 2017. Selain bekerjasama dengan Indonesia Medika, BPJS Kesehatan telah menjajaki kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di Malang. Keuntungan program ini, kata Muji, kepesertaan bisa dilakukan per individu tak harus seluruh anggota keluarga.
Seperti di Perguruan Tinggi cukup mendaftarkan mahasiswa. Pembayaran dilakukan secara kolektif. Caranya dengan membayar satu paket dalam biaya pendidikan selama kuliah. Saat ini sebanyak empat perguruan tinggi yang mengikuti program tersebut.
Saat ini jumlah peserta di Malang yang aktif sebanyak 1,8 juta jiwa. Ditargetkan sampai akhir 2017 meningkat menjadi 2,2 juta jiwa. Sementara pada 2019 seluruh warga Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu sebanyak 3,3 juta jiwa. Total sebanyak 123 klinik layanan primer yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Asuransi Sampah dan Promosi Kesehatan
Program Manager Indonesia Medika, Winda Angela Armytasari, mengakui awalnya asuransi kesehatan sebatas pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan kasus-kasus ringan. Melalui program asuransi sampah setiap peserta membayar sampah yang bisa didaur ulang seharga Rp 10 ribu per bulan. Indonesia Medika juga melibatkan donatur dan relawan aktif. Total sebanyak 40-an relawan aktif, yang terdiri atas para mahasiswa untuk menimbang dan memilah sampah.
Sosialisasi dilakukan melalui kelompok pengajian, pertemuan warga, dan arisan. Berawal dari target kelompok masyarakat di Kelurahan Bumiayu yang dinilai kerap abai dan terbiasa membuang sampah ke sungai. ”Melalui asuransi sampah, kami bisa membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.”
CEO Indonesia Medika Gamal Albinsaid menjelaskan asuransi berbasis sampah dirintis sejak 2013. Program serupa juga tengah dikembangkan di sejumlah daerah dengan metode dan pendekatan sesuai dengan kearifan lokal. Program asuransi sampah yang dikembangkan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada 2011 ini telah diganjar beragam penghargaan.
Salah satunya penghargaan The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur, yang diberikan Pangeran Charles di Inggris. Gamal mengaku tergugah kisah Khairunnisa, anak pemulung yang meninggal di gerobak sampah. Orang tuanya tak mampu membayar pengobatan.
”Pemulung hanya punya sampah untuk membayar,” katanya. Sejak itu, ia menggagas asuransi kesehatan berbayar sampah. Namun, saat itu hanya bisa mendapat layanan untuk pengobatan penyakit ringan. Namun belum bisa menangani pasien yang perlu mendapat penanganan atau rujukan ke Rumah Sakit karena keterbatasan anggaran.
Namun, setelah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pasien bisa mendapat pelayanan sekunder di Rumah Sakit yang ditunjuk. Tahan awal sebanyak 100 dari 230 anggota yang didaftarkan melalui kepesertaan BPJS Kesehatan. Indonesia Media menyeleksi dan memprioritaskan peserta yang sangat membutuhkan.
Selanjutnya, jika donasi dan dana tanggungjawab sosial perusahaan lebih besar semua anggota akan didaftarkan. Indonesia Media juga melayani sedekah sampah. Sehingga bagi masyarakat yang ingin memberikan sedekah dalam bentuk sampah bisa dilayani. Dana yang terkumpul akan disalurkan untuk masyarakat miskin yang membutuhkan layanan kesehatan. Indonesia Media juga menerapkan subsidi silang, pasien yang mampu bisa membayar lebih untuk membantu pasien miskin. Dengan konsep gotong royong diharapkan seluruh masyarakat mendapat layanan kesehatan yang memadai.
Dokter Lailatul Hafrukha usai memeriksa pasien selalu berpesan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Jangan lupa, katanya, sampah kering berupa kertas, plastik dan logam dikumpulkan. “Sampah disetor secara rutin ya,” kata Lailatul mengingatkan para pasien.
Volume Sampah 500 Ton Per Hari
Salah seorang peserta asuransi sampah Maria Ulfa mengaku mendapat banyak manfaat dari program ini. Sejak tiga tahun ini dia aktif menjadi peserta asuransi kesehatan berbasis sampah. Warga RT 2 RW 5 Kelurahan Bumiayu, Kota Malang ini mendaftarkan suami dan kedua anaknya.
“Berobat dan KB juga di sini,” katanya. Dia memiliki tabungan sampah. Rutin setiap Rabu, ada relawan yang mengambil sampah yang dikumpulkan. Saat memeriksa kesehatan, dia tak perlu membayar sampah. Cukup menunjukkan tanda bukti sebagai peserta asuransi sampah.
Dia semakin lega, setelah Indonesia Media bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dia berharap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lengkap. Lantaran sampai saat ini dia belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Baik peserta mandiri maupun peserta penerima bantuan iuran dari pemerintah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Boedi Edy Putranto mendukung pelayanan kesehatan berbasis sampah ini. Total setiap hari produksi sampah di Malang mencapai 500 ton. “Program ini mengurangi sampah ke TPA Supit Urang,” ujarnya.
Berbagai langkah dilakukan untuk mengurangi volume sampah di Malang. Selain asuransi berbasis sampah juga dikembangkan Bank Sampah Malang. Dari total 500 ton setiap hari, sekitar 30 persen diantaranya berupa sampah non organik.
Menabung sampah melalui bank sampah Malang telah melibatkan sebanyak 24 ribu orang. Terdiri dari individu, kelompok, sekolah, instansi dan hotel.Dengan sistem menabung ala Bank Sampah Malang berhasil menekan volume sampah sampai tujuh persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Asih Tri Rachmi juga mendukung asuransi kesehatan Indonesia Medika sekalipun Kota Malang telah menerapkan layanan kesehatan masyarakat gratis. Dia menyatakan siap bekerja sama dan membantu fasilitas agar program tersebut berkembang.
“Program inovasi dari kelompok masyarakat harus terus dikembangkan dan didukung,” ujarnya. (Eko Widianto)