Dosen Universitas Brawijaya Kenalkan Tumbuhan Pewarna Alami Pada Penenun Di Pedalaman Sintang Kalbar

Perempuan penenun di Pedalaman Sintang Kalimantan Barat melihat langsung tanaman pewarna alami bersama tim dosen dari Universitas Brawijaya (Foto : Ist)
Perempuan penenun di Pedalaman Sintang Kalimantan Barat melihat langsung tanaman pewarna alami bersama tim dosen dari Universitas Brawijaya (Foto : Ist)
banner 468x60

ADADIMALANG.COM | Sintang Kalbar – Kabupaten Sintang yang terletak di Kalimantan Barat memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Sebagai kabupaten yang dilalui jalur utama di Kalimantan Barat, Sintang berpotensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisata. Meski demikian, hingga saat ini Kabupaten Sintang masih menghadapi banyak tantangan dalam pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisatanya.

Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya inovasi dalam pengembangan produk souvenir dan pengelolaan lingkungan, terutama masalah sampah yang buruk. Pariwisata di beberapa desa, seperti Desa Ensaid Panjang dan Desa Umin Jaya, belum mampu menggali kearifan lokal secara maksimal, sehingga kontribusinya terhadap perekonomian masyarakat dan pemberdayaan potensi lokal masih terbatas.

Bacaan Lainnya

Salah satu potensi unggulan yang dimiliki adalah produk tenun ikat. Kain tenun merupakan produk seni budaya yang diangkat dari nilai-nilai kearifan lokal dan telah menjadi kegiatan sehari-hari yang ditekuni ibu-ibu di Rumah Betang Desa Ensaid Panjang serta Desa Umin Jaya.

Berangkat dari permasalahan kelesuan sektor pariwisata akibat pandemi COVID-19 dan bencana banjir yang melanda Sintang, Universitas Brawijaya (UB) menggandeng Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sintang untuk menangani permasalahan promosi tenun ikat serta pengelolaan sampah.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengenalan jenis tumbuhan pewarna alami, pelatihan penggunaan tumbuhan pewarna alami untuk mewarnai kain tenun ikat, dan pengenalan pola manajemen pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yakni pada 20 dan 21 September 2024. Pada hari pertama, dilakukan pembinaan terhadap tim pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kelurahan Akcaya, Kecamatan Sintang. Dalam sesi ini, dikenalkan beberapa metode pengelolaan sampah yang efektif dan efisien, baik untuk sampah plastik maupun sampah organik.

Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan tumbuhan pewarna alami kepada ibu-ibu pengrajin tenun ikat. Materi yang disampaikan mencakup pengenalan berbagai jenis pewarna alternatif, seperti kulit akar pohon mengkudu, daun tarum atau indigo, daun lenarik gugur, daun gambir, kulit jangau, kulit kayu gandis, lengkar, kepayang, gaus, tengka, kulit kayu angsana, biji pinang, daun mangga, dan daun suji. Pengenalan ini dilakukan melalui ceramah, demonstrasi langsung, serta inventarisasi tumbuhan di lapangan. Kegiatan tersebut diadakan di Desa Umin Jaya, Kecamatan Dedai, dengan diikuti oleh 30 peserta.

Selain itu, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengenalan bibit tumbuhan pewarna alami dan pelatihan cara menanam serta merawat bibit tersebut. Jenis bibit yang diperkenalkan termasuk mengkudu, daun tarum, daun lenarik gugur, daun gambir, kulit jangau, kulit kayu gandis, lengkar, kepayang, gaus, tengka, kulit kayu angsana, biji pinang, daun mangga, dan daun suji. Penanaman dilakukan di lahan milik masyarakat adat atau lahan desa, dengan jumlah 5 bibit per jenis tanaman.

Tim dari Universitas Brawijaya terdiri atas tiga dosen dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu Prof. Amin Setyo Leksono, Dr. Bagyo Yanuwiadi, dan Dr. Turhadi. Kegiatan ini juga didukung oleh seorang mahasiswa program doktor sekaligus praktisi persampahan, Ir. Renung Rubiyatadji, MM.

Ketua Tim Pengabdian UB, Prof. Amin Setyo Leksono, saat menyampaikan materinya terkait tanaman yang dapat dipergunakan menjadi pewarna alami (Foto : Ist)
Ketua Tim Pengabdian UB, Prof. Amin Setyo Leksono, saat menyampaikan materinya terkait tanaman yang dapat dipergunakan menjadi pewarna alami (Foto : Ist)

Menurut Prof. Amin, kegiatan ini merupakan implementasi dari kerja sama antara Universitas Brawijaya dan Pemerintah Kabupaten Sintang. “Kegiatan ini adalah bentuk pengabdian kami untuk mendukung pemberdayaan masyarakat melalui inovasi yang memadukan kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Prof. Amin. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini didukung oleh pendanaan Hibah Pengabdian Profesor dari Universitas Brawijaya.

Perwakilan dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sintang yakni Sicillia Wenas Rita, S.Sos, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu penenun kain di Desa Umin Jaya.

“Kami sangat mengapresiasi upaya Universitas Brawijaya dalam memperkenalkan tumbuhan pewarna alami dan manajemen sampah. Ini merupakan langkah positif untuk mendukung keberlanjutan industri tenun ikat di Sintang,” kata Rita. Ia juga menambahkan bahwa 30 orang perajin tenun yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan partisipasi aktif. Rita berharap kegiatan serupa dapat terus dilanjutkan untuk meningkatkan promosi dan pengembangan produk kain tenun ikat Sintang. (A.Y)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60