ADADIMALANG | Kampus UWG – Dalam acara wisuda ke-84 yang berlangsung penuh khidmat, Universitas Widyagama (UWG) Malang melakukan wisudayang diikuti 460 lulusan dari berbagai program studi (prodi). Acara yang digelar di Kampus 2 UWG ini menghadirkan Dr. Ir. Muhammad Said Didu, seorang tokoh nasional yang juga mantan Sekretaris Kementerian BUMN, sebagai pembicara. Dalam kesempatan tersebut, Said Didu memberikan motivasi kepada para wisudawan untuk terus berkarya dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Selain keberhasilan akademik, para lulusan UWG juga telah menunjukkan prestasi di dunia kerja. Banyak di antaranya yang sudah diterima bekerja di berbagai instansi sebelum acara wisuda berlangsung. Tidak hanya itu, sejumlah mahasiswa UWG juga berhasil meraih prestasi di bidang penelitian dan kewirausahaan. Beberapa mahasiswa bahkan berhasil memperoleh hibah pendanaan melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Sejumlah produk usaha mahasiswa juga dipamerkan dalam KMI Expo 2024 yang diselenggarakan di Universitas Halu Oleo, Kendari, beberapa minggu lalu.
Universitas Widyagama juga turut bangga dengan keberhasilan skema Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), yang memungkinkan sejumlah tokoh penting dari berbagai sektor untuk mendapatkan pengakuan. Di antaranya adalah Freddy Thie, SH, Bupati Kaimana, Papua Barat, Dr. H. Ahmad Hudri, ST, M.AP., Ketua KPU Kota Probolinggo, dan Dadik Wahyu, SH, MH, seorang pegiat ekonomi kreatif.
Rektor UWG, Dr. Anwar Cengkeng, SH., MH., dalam sambutannya mengingatkan para wisudawan untuk terus berkarya dan menjaga nama baik almamater.
“Selamat dan sukses kepada seluruh wisudawan. Tetaplah berkontribusi untuk masyarakat, sekaligus menjaga dan mengharumkan nama baik almamater Universitas Widyagama Malang,” ujarnya.
Di sisi lain, universitas ini terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Terbaru, Program Studi Teknik Informatika UWG berhasil meraih akreditasi “Baik Sekali,” yang merupakan langkah awal dalam upaya meraih akreditasi unggul di tingkat institusi.
Dalam orasi ilmiahnya, Muhammad Said Didu mengingatkan pentingnya kebebasan berpikir di lingkungan kampus. Ia menegaskan bahwa perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat yang bebas dari pengaruh kekuasaan politik.
“Saya melihat Universitas Widyagama memiliki keberanian untuk membuka kampusnya bagi berbagai pemikiran, tanpa dibatasi oleh dinding-dinding kekuasaan,” ungkap Said Didu. Ia menambahkan, kampus yang dikendalikan oleh politik akan sulit mendorong kreativitas dan inovasi karena kebebasan berpikir adalah kunci perkembangan ilmu pengetahuan.
Said Didu juga berbagi pengalaman pribadi yang menggambarkan bahaya jika pemikiran dicampuradukkan dengan politik. “Saya pernah mengalami di salah satu universitas terbesar di Indonesia, ada rektor yang bahkan takut untuk berfoto dengan saya. Ini menunjukkan betapa bahayanya jika pemikiran itu dicampur dengan politik,” ujar Said Didu.
Lebih lanjut, Said Didu mengkritisi proses pemilihan rektor di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang masih melibatkan campur tangan pemerintah, yang menurutnya dapat memengaruhi independensi kampus. Ia membandingkan situasi ini dengan era Presiden Soeharto, yang meskipun otoriter, tetap memberi ruang untuk kebebasan intelektual. “Saya berharap kampus dapat kembali dibebaskan dari politik, seperti yang dilakukan oleh Pak Harto,” kata Said Didu, berharap pemimpin masa depan dapat memberikan kebebasan bagi ilmuwan untuk berkreasi.
Said Didu juga menyoroti penghargaan yang sering diberikan kepada figur populer seperti influencer, yang menurutnya lebih banyak mendapatkan perhatian daripada akademisi atau ilmuwan muda berbakat. “Penghargaan seharusnya diberikan kepada mereka yang benar-benar memberikan kontribusi intelektual, bukan kepada influencer yang kaya raya,” ujarnya dengan tegas. (N2)