Ciptakan Lingkungan Kampus Yang Sehat, Satgas PPKS STIE Malangkuçeçwara Gelar Sosialisasi HIV/AIDS

Kegiatan Sosialisasi yang digelar oleh Satgas PPKS dan 4 Anti STIE Malangkuçeçwara (Foto : Agus Yuwono)
Kegiatan Sosialisasi yang digelar oleh Satgas PPKS dan 4 Anti STIE Malangkuçeçwara (Foto : Agus Yuwono)
banner 468x60

ADADIMALANG.COM | Kampus ABM – Acap kali orang yang mengidap HIV-AIDS (OHIDA) dijauhi oleh masyarakat dalam kehidupan sosial mereka. Padahal, tindakan tersebut sangatlah keliru. Hal tersebut seperti yang ditegaskan oleh dr. Danny Rivaldi, dokter yang berpraktik di Klinik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkuçeçwara.

Menurut dr Danny, seseorang yang terinfeksi HIV seharusnya mendapatkan dukungan sepenuhnya dan bukan justru dihindari, dimana perlakuan menjauhi semacam itu justru akan memperburuk kondisi mental mereka, yang bisa memicu terjadinya mental breakdown. Mental breakdown adalah kondisi di mana seseorang merasa stres berat dan kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Bacaan Lainnya

dr. Danny menjelaskan bahwa jika penderita HIV mengalami kondisi ini, situasinya akan semakin memburuk. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memberikan semangat dan dukungan kepada mereka agar tetap melanjutkan pengobatan secara berkelanjutan.

“Rata-rata pasien HIV itu pasrah, pengobatan putus ditengah jalan dan kemudian kondisinya semakin memburuk. Jangan dijauhi, karena orang dengan HIV itu rentan mental breakdown,” ujarnya.

Lebih lanjut, Danny menyampaikan bahwa pemahaman masyarakat tentang HIV/AIDS masih banyak yang keliru, yang akhirnya memunculkan stigma negatif terhadap para penderita. Banyak orang yang menghindari mereka karena takut tertular HIV. Padahal, penularan HIV tidak semudah itu.

“Penularan HIV melalui beberapa hal, yaitu cairan tubuh, darah, maupun penularan dari ibu ke bayi. Selain itu, penularan dapat juga terjadi melalui jarum suntik,” ujar Danny.

Ia juga menegaskan bahwa sentuhan seperti keringat, berjabat tangan, berbagi makanan, tempat tinggal, atau alat makan tidak menularkan HIV.

HIV tidak menunjukkan gejala yang khas, atau gejalanya bisa saja mirip dengan penyakit umum lainnya. Oleh karena itu, tanpa pemeriksaan lebih lanjut, seseorang yang mengidap HIV mungkin tidak menyadari dirinya terinfeksi.

“Virus HIV akan terus berkembang dalam tubuh dan akan mulai terasa dampaknya setelah beberapa tahun kedepan,” jelasnya.

dr Danny menekankan bahwa jika seseorang merasa berisiko tinggi atau pernah terlibat dalam perilaku berisiko, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan agar bisa ditangani lebih lanjut.

Mereka yang paling berisiko tertular HIV adalah individu yang sering melakukan hubungan seks bebas dan bergonta-ganti pasangan, serta mereka yang berhubungan seks sesama jenis. Danny menjelaskan bahwa penularan HIV melalui hubungan seks sesama jenis lebih mungkin terjadi karena anatomi tubuh yang memungkinkan virus masuk melalui anogenital.

Selain itu, penggunaan narkoba dengan berbagi jarum suntik atau proses tato yang tidak steril juga meningkatkan risiko tertular HIV.

“Misalnya menggunakan jarum suntik bergantian, proses tato yang tidak steril sangat berisiko,” ujarnya.

Demikian penjelasan dr Danny saat mengisi materi dalam sosialiasi yang digagas oleh Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) STIE Malangkuçeçwara yang diikuti oleh para mahasiswa dan juga undangan di ruang H STIE Malangkuçeçwara hari ini, Jumat (22/11/2024).

Dalam seminar kali ini menghadirkan dua pemateri yakni dr Danny selaku praktisi medis dan juga Dr. Mohamad Soedarman yang merupakan Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) dan 4 Anti STIE Malangkuçeçwara.

“Jadi kegiatan sosialisasi ini dilakukan satgas PPKS dan 4 Anti setiap bulan yang akan diikuti oleh sekitar 120 mahasiswa setiap pertemuannya dengan tujuan utamanya adalah pencegahan terjadinya KEkerasan Seksual dan 4 Anti,” jelas Mohammad Soedarman.

Lebih lanjut, Soedarman menjelaskan bahwa tujuan dari sosialisasi ini bukan hanya untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa, tetapi juga untuk mencetak lulusan yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik serta bebas dari perilaku negatif.

“Mahasiswa sehat jasmani rohani, belajar di kampus juga senang, nyaman dan bahagia tanpa adanya hal-hal yang mengganggu serta semua lulusan menjadi lulusan yang bermartabat,” ujarnya.

Dengan sosialisasi yang intensif seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat memiliki pemahaman yang benar mengenai cara penularan HIV dan dapat menghindari perilaku berisiko, serta menjaga kesehatan mereka secara menyeluruh. (AY)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60