Kampus UM | ADADIMALANG.COM – Universitas Negeri Malang (UM) kembali mencetak sejarah dengan mengukuhkan lima guru besar dari berbagai bidang ilmu pada Kamis (17/4/2025). Momen akademik yang berlangsung di Gedung Graha Rektorat UM ini bukan hanya simbol capaian karier tertinggi dalam dunia pendidikan tinggi, tetapi juga menjadi panggung penting bagi kelima profesor untuk menyuarakan gagasan ilmiah yang membumi dan berdampak luas bagi masyarakat.
Kelima guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Agus Timan, M.Pd., Prof. Apif Miptahul Hajji, Ph.D., Prof. Dr. Parlan, M.Si., Prof. Dr. Rachmad Hidayat, M.Si., dan Prof. Dr. Samsul Huda, M.Pd., M.T. Masing-masing memaparkan orasi ilmiah dengan fokus pada isu-isu strategis, mulai dari penguatan pendidikan dasar hingga transformasi manajemen SMK.
Dalam pidatonya, Guru Besar bidang Manajemen Satuan Pendidikan, Prof. Agus Timan menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan satuan pendidikan dasar dan menengah. Ia menyebut, penguatan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah dan organisasi lokal mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih kolaboratif.
“Manajemen pendidikan yang efektif dan partisipatif adalah kunci untuk mewujudkan pendidikan berkualitas,” ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar bidang Teknologi Rekayasa Konstruksi Berwawasan Lingkungan, Prof. Apif Miptahul Hajji, menyoroti pentingnya inventori peralatan konstruksi berbasis energi dan emisi. Ia menyampaikan, di tengah ekspansi infrastruktur yang masif di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dibutuhkan metode penghitungan emisi dan konsumsi energi yang akurat.
“Sektor konstruksi menyumbang emisi besar. Kita butuh data dan model estimasi agar pembangunan bisa tetap berkelanjutan,” kata Prof. Apif.
Lebih ke dunia pedagogi, Guru Besar bidang Metakognisi dalam Pembelajaran Kimia, Prof. Parlan menguraikan strategi pembelajaran metakognitif PDCA sebagai solusi pembelajaran bermakna. Strategi ini melatih siswa untuk merancang, menjalankan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti proses belajar mereka.
“Metakognisi bukan sekadar cara berpikir, tetapi strategi untuk membuat pembelajaran menjadi lebih dalam dan reflektif,” ucapnya.
Tak kalah penting, Guru Besar bidang Psikologi Pendidikan, Prof. Rachmad Hidayat membedah isu krusial mengenai penguatan regulasi diri dan well-being pada generasi Z. Menurutnya, generasi muda saat ini menghadapi tekanan psikososial yang tinggi, sehingga pendidikan perlu memberi ruang untuk membentuk daya tahan mental dan kesejahteraan emosional.
“Pendidikan yang berkualitas harus mencakup aspek kesejahteraan psikologis peserta didik,” jelas Prof. Rachmad.
Terakhir, Guru Besar bidang Pendidikan Kejuruan, Prof. Samsul Huda menegaskan pentingnya revitalisasi pendidikan vokasi, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk menyongsong transformasi pendidikan nasional. Ia menilai, manajemen berbasis kinerja, integrasi industri, dan penguatan kompetensi guru SMK harus menjadi prioritas dalam pembangunan pendidikan vokasi. “SMK harus mampu menyiapkan tenaga kerja yang adaptif terhadap perubahan industri,” tegasnya.
Rektor UM, Prof. Hariyono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan harapan besar terhadap kelima guru besar baru ini. Ia menilai bahwa UM terus berkomitmen memperkuat perannya sebagai kampus yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memberikan solusi nyata terhadap persoalan bangsa.
Dengan bertambahnya lima guru besar ini, Universitas Negeri Malang kini memiliki lebih dari 160 profesor aktif yang tersebar di berbagai bidang keilmuan. Ke depan, UM berkomitmen mendorong peningkatan kualitas riset dan publikasi ilmiah sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap pembangunan Indonesia. (Shel/AY)