Kota Malang – Berbeda dengan kebiasaan kampus yang lain, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) selalu memberikan model pendidikan yang berbeda untuk mahasiswa barunya, baik sejak proses awal Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MABA) atau hingga hari ini. Seperti yang dilakukan hari ini (3/9), untuk memberikan gambaran yang ada di dunia praktek sesungguhnya, FISIP UB mengadakan kuliah umum yang menghadirkan narasumber peneliti senior LIPI yaitu Prof. R. Siti Zuhro MA., Ph.D di gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya yang diikuti sekitar 900 mahasiswa baru FISIP UB.
Dalam kuliah umum dengan tema Otonomi Daerah dan Demokrasi tersebut, R. Siti Zuhro banyak menyampaikan contoh-contoh kongkrit bagaimana kondisi demokrasi mulai dari saat sentralisasi pada era orde baru hingga era otonomi daerah saat ini.
“Pada saat orde baru semuanya tersentral ke pusat sehingga semuanya diboyong ke pusat dan daerah baru akan mendapatkan bagian dari pusat, tetapi berbeda dengan saat ini dimana daerah sudah diberikan kewenangan untuk mengelola daerahnya masing-masing meskipun masih ada sebagian kecil yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat,” ujar R. Siti Zuhro.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa mahasiswa diharapkan bisa menjadi simpul demokrasi yang mencerahkan dan ikut mengawal otonomi daerah agar pelaksanaan demokrasi bisa berjalan dengan benar dan bersih.
“Apa peran mahasiswa terhadap demokrasi dan otonomi daerah? Dalam otonomi daerah bisa kita katakan nyaris tidak hadir porsi mahasiswa di dalamnya, padahal semestinya mahasiswa juga ikut mengawal otonomi daerah dan kalau perlu mendampingi karena ilmu yang dimilikinya itu agar kebijakan yang sudah diaplikasikan ini tidak lepas kontrol,” ujar R. Siti Zuhro.
Mahasiswa diharapkan harus bisa menjadi simpul penggerak demokrasi yang ikut meluruskan otonomi daerah karena basis-basisnya ada di kampus-kampus daerah yang bisa berjejaring untuk memberikan masukan baik kepada eksekutif daerah (Pemda) maupun kepada DPRD agar menjalankan semua amanat dari undang-undang pemerintahan daerah itu secara baik dan sesuai aturan.
“Jadi pelibatan masyarakat lokal termasuk mahasiswa itu wajib hukumnya, karena tanpa sinergi dengan masyarakat daerah pembangunan yang dihasilkan tidak akan sempurna, pembangunan akan tetap di daerah jadi tidak akan ada bedanya sama sekali dengan era yang sebelum otonomi daerah,” ungkap R. Siti Zuhro.
R. Siti Zuhro lebih lanjut memuji mahasiswa FISIP UB yang berani mengajukan pertanyaan, pendapat dan komentar yang cerdas dan memiliki pola pikir yang visioner dalam melihat kondisi demokrasi dan politik yang ada saat ini.
“Wah luar biasa mereka ini, padahal baru semester satu. Kalau saya dulu mungkin sudah tidak berani bicara,” pungkas peneliti senior LIPI tersebut.
Sementara itu, Dekan FISIP UB, Prof. Dr. Unti Ludigdo berharap dengan adanya kuliah tamu tersebut maka bisa memberikan gambaran langsung kepada mahasiswa FISIP UB bagaimana kondisi demokrasi dan otonomi daerah yang ada saat ini.
“Mari kita sama-sama mensukseskan Indonesia melalui pemilihan yang bersih. Mari kita berikrar untuk berusaha melakukan proses kontestasi secara bersih dan benar yang dikawal oleh para mahasiswa FISIP UB,” ungkap Prof. Dr. Unti Ludigdo.
Acara kuliah umum yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB tersebut dimoderatori oleh pengamat politik dari FISIP UB Wawan Sobari, dan berakhir sekitar pukul 15.30 WIB. (A.Y)