Kota Malang – Perkembangan teknologi yang sangat pesat yang berpengaruh kepada perkembangan pembangunan suatu daerah, saat ini dilirik oleh berbagai pemerintah daerah yang kemudian beramai-ramai memboyong konsep Smart City sebagai model kota yang akan dibuatnya.
Namun sebuah kota yang didukung oleh teknologi tdaklah cukup untuk disebut sebagai Smart City, karena masih ada beberapa prasyarat lain yang harus terpenuhi agar sebua kota bisa disebut sebaga kota yang pintar (smart city).
Hal terrsebut disampaikan oleh pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhono Harso Supangkat saat menjadi keynote speaker dalam acara Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif 2017 bertemakan ‘Smart Technology for Enhancing The National Competitiveness’ (Teknologi Cerdas untuk Meningkatkan Daya Saing Nasional) yang dilaksanakan oleh Forum Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) dari empat politeknik, dimana kali ini Politeknik Negeri Malang (Polinema) menjadi tuan rumah
Selain Suhono Harso Supangkat dari ITB yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) dengan materi tentang ‘Smart City untuk mendukung Pembangunan Berkelanjutan’ acara seminar tersebut juga menghadirkan Jeng-Han Li dari Southern Taiwan University of Science and Technology yang mengisi materi tentang ‘Internet of Things System Design in Application of Smart Manufacturing.’
Menurut Suhono, smart city menjadi tantangan bersama mulai dari kepala daerah hingga masyarakat, untuk menemukan solusi inovatif, terintregasi, berkelanjutan untuk menyediakan infrastruktur dan layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya secara efektif dan efisien melalui penerapan manajemen yang baik.
“Hingga saat ini belum ada kota di Indonesia yang sudah bisa disebut sebagai smart city, rata-rata semua kota masih dalam proses menuju ke sana. Sebab kota yang dikatakan smart city itu adalah kota yang bisa mengelola sumber dayanya, sehingga warganya bisa hidup aman, nyaman, dan bahagia berkelanjutan,” ujar Suhono.
Sementara itu, Ketua Pelaksana M. Sarosa menjelaskan bahwa acara seminar nasional tersebut merupakan wadah untuk berkumpulnya para peneliti untuk saling berbagi informasi hasil penelitian dan juga pembentukan networking hingga ada kerjasama penelitian serta bisa menjalin group research.
“Paper yang masuk ada 161 dari 24 perguruan tinggi dan ada 140 paper yang akan dipresentasikan selama 2 hari ini. Diharapkan ada penambahan anggota karena forum LPPM ini masih memiliki empat anggota dari empat Politek,” ujar Sarosa. (A.Y)