Kota Malang – Setelah mengisi acara orasi ilmiah di Samanta Krida Universitas Brawijaya (UB), Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati meresmikan Rumah Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya dalam rangka Dies Natalis UB yang ke 55 di tahun ini.
Sri Mulyani yang berjalan bersama Rektor Universitas Brawijaya Moch. Bisri dan tamu undangan dari gedung Samanta Krida langsung disambut dengan nyanyian Indonesia Pusaka dari para penyandang disabilitas yang dipimpin oleh Yohana, salah satu mahasiswa disabilitas dari UB yang pernah sukses di ajang kompetisi pencarian bakat nasional. Rombongan kemudian melanjutkan acara peresmian Rumah Disabilitas UB dengan prosesi pengguntingan pita oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani di hadapan mahasiswa penyandang disabilitas dan juga tamu undangan yang lain.
Usai memotong pita tanda peresmian pengoperasian Rumah Disabilitas tersebut, Sri Mulyani beserta Rektor UB dan tamu undangan melakukan peninjauan pelayanan ke dalam Rumah Disabilitas UB. Beberapa tempat yang dikunjungi langsung Menteri Keuangan dan rombongan antara lain tempat konseling, kantor, berdialog bersama pendamping dan penyandang disabilitas, mendengarkan pembacaan Al Quran oleh penyandang disabilitas mata, hingga menyaksikan secara langsung praktek pengoperasian kursi roda hasil temuan Fakultas Ilmu Komputer (FIP) Universitas Brawijaya yang mampu dijalankan dengan perintah suara.
Setelah proses seremonial peresmian Rumah Disabilitas selesa, Rektor Universitas Brawijaya Moch. Bisri menyatakan bahwa rumah layanan disabilitas yang berisi berbagai layanan bagi para penyandang disabilitas tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian dan keseriusan Universitas Brawijaya dalam hal disabilitas.
“Di Universitas Brawijaya ini animo mahasiswa disabilitas sangat tinggi dan tahun ini diterima 35 orang karena kuotanya dari setiap fakultas juga dibatasi. Melihat animo yang tinggi itulah saya merasa mereka harus difasilitasi lebih dari fasilitas yang ada selama ini sehingga kami berikan rumah layanan disabilitas ini yang memiliki banyak pelayanan seperti konseling dan layanan yang lain,” ujar Rektor UB, Moch. Bisri.
Di dalam kegiatan sehari-harinya di kampus, mahasiswa disabilitas akan didampingi satu hingga dua orang pendamping yang akan membantu aktifitasnya, dimana hingga saat ini Universitas Brawijaya memiliki sekitar 200 orang pendamping mahasiswa disabilitas.
“Informasi yang saya terima, cukup banyak juga mahasiswa penyandang disabilitas Universitas Brawijaya yang lulus cumlaude. Nanti kalau animonya masih tinggi juga di tahun depan, bisa saja jumlah yang diterima akan ditambah,” pungkas Rektor Universitas Brawijaya. (A.Y)