Tajir Melintir Bisnis Tanaman Porang
[Yanuar Faisal Waluyo]
Tanaman Porang atau dengan nama latin dikenal sebagai morphopallus muelleri, saat ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Padahal, dahulu Porang dikenall sebagai tanaman liar yang sering kali tumbuh di lahan pertanian warga. Saat ini Porang sudah bisa diolah untuk berbagai macam produk komoditi ekspor kenegara-negara maju seperti Jepang, dan Korea. Sebab, tumbuhan ini dapat menghasilkan berbagai macam produk, dari mulai pangan hingga kosmetik.
Jepang memanfaatkan porang untuk dijadikan pangan yaitu beras porang ( beras shirataki). Porang di manfaat kan sebagai pangan karena manfaat yang dimiliki untuk kualitas hidup yang lebih baik. Sedangkan Korea bisa memanfaatkan porang sebagai bahan untuk kosmetik dan lain lain. Bahkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian RI, meminta anak muda Indonesia untuk bisa mengolah Porang menjadi komoditas seperti tepung, nasi dan lain-lain.
Secara manfaat Porang memiliki kadar karbohidrat glukomanan yang tinggi maka industri pangan memanfaatkan porang untuk orang-orang yang ingin diet. Tak hanya industri pangan industri kosmetik pun memanfaatkannya. Industri senjata pada pembuatan peluru juga memanfaat kan kandungan dalam porang untuk menjadi bahan campurannya. Hal ini dapat membuat porang mempunyai harga jual yang tinggi.
Pasar penjualan porang lebih banyak untuk ekspor. Dikarenakan pengolahan porang di Indonesia belum dimanfaatkan dengan maksimal, dan daya beli sebagian besar masyarakat Indonesia untuk produk dari porang masih belum kuat. Maka dari itu ekspor porang menjadi komoditi besar di pertanian saat ini.
Pertanian porang di Indonesia dapat di katakan tidak stabil mengenai harga bibit yang melonjak tinggi ketika musim tanam. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada regulasi yang mengatur harga bibit porang belum ada. Selain regulasi, penyuluhan untuk penanaman porang jarang di temui di kelompok tani masyarakat Tirtoyudo, Dampit. Harga bibit yang tidak stabil dapat menjadikan petani merugi dan hasil panen yang kurang maksimal.
Dalam masa tanam porang kurang lebih 8 – 11 bulan dapat mengalami kenaikan yang signifikan. Dengan lahan seluas 1 hektar saja porang dapat menghasilkan ratusan juta rupiah. Jika bibit porang perkilo 100rb, isi katak (bibit porang) kurang lebih 100, dan harga jual porang 7,500. Maka keuntungan yang di dapat adalah 750.000 perkilo bibit.
Metode penanaman porang yang tergolong mudah dan tidak berjarak jauh, dapat dikatakan potensi keuntungan dalam pertanian porang sangat tinggi. Minat dan pengetahuan masyarakat akan potensi porang ini sangat minim, sedangkan topografi di Malang tergolong bagus untuk pertanian porang.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan pihaknya tengah menyusun Peraturan Kepala Daerah (Perkada) uuntuk melarang izin ekspor bibit porang atau katak. Hal ini dilakukan untuk membuat nilai jual Porang lebih tinggi. Sebab, jika dijual dalam bentuk mentahan berupa bibit akan merugikan para petani karena bibirnya akan diolah di luar negeri. Maka dari itu regulasi tersebut akan melindungi penjualan bibit Porang ke luar negeri. (*)
* Penulis merupakan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang, tahun 2016.