ADADIMALANG – Gelaran Rapat Kerja dan Lokakarya Apeksi Komwil VI yang dilangsungkan pada 9 Juni lalu di Kota Tidore Kepulauan menjadi panggung bagi Wali Kota Sutiaji.
Wali Kota Malang ini didapuk menjadi salah satu narasumber dan memaparkan konsep Sustainable City atau kota berkelanjutan melalui pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang telah dilakukan di Kota Malang.
Dalam Rapat Kerja yang dilaksanakan di Kantor Wali Kota Tidore tersebut mengusung tema Pemulihan Ekonomi Melalui Transformasi Ekonomi Berkelanjutan, Wali Kota Sutiaji bercerita dan berbagi pengalaman tentang “Sustainable City ala Sutiaji”.
Mengenakan busana casual, Wali Kota Sutiaji memaparkan tentang pentingnya konsep kota berkelanjutan atau kota hijau di wilayah perkotaan. Wali Kota Malang pecinta olahraga Bulutangkis ini menyampaikan bahwa konsep tersebut merupakan buah dari pemikiran yang seharusnya sudah dapat terimplementasi di wilayahnya.
“Sebanyak 56,7% penduduk di negara kita ini tinggal di perkotaan, artinya tata kelola perkotaan memegang peranan penting dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Apalagi dengan luas wilayah Kota Malang yang hanya 114,26 M² dengan jumlah penduduk sebanyak 850 ribuan maka sudah semestinya ini menjadi perhatian kami, utamanya adalah bagaimana sampah rumah tangga ini dapat dikelola dengan baik dan profesional”. Imbuhnya.
Masih dalam paparannya, Wali kota Sutiaji menegaskan konsep kota berkelanjutan masuk dalam bagian visi misi Kota Malang bermartabat dimana fokus pelaksanaannya yaitu tentang pengelolaan dan pemanfaatan sampah di Kota Malang.
“Dari awal terpilih, kami sudah sangat concern tentang bagaimana konsep kota berkelanjutan ini dapat diimplementasikan di Kota Malang. Dari segi penguatan, kami sudah menerbitkan surat edaran tentang pengurangan sampah plastik, kami juga punya banyak peluang dan sekaligus tantangan bagaimana jumlah penduduk yang besar dengan sampah yang dihasilkan dapat kami kelola dan justru memberikan benefit bagi masyarakat dan Kota Malang pada khususnya,” ungkapnya.
Secara rinci disampaikan bahwa dalam pengelolaannya, pihak Pemkot malang berusaha untuk merubah paradigma pengelolaan sampah menjadi lebih terpadu dari hulu ke hilir.
“Kami rubah paradigma pengelolaan menjadi sistem hulu ke hilir artinya hulu adalah sumber sampah sedangkan hilir adalah pemrosesan akhir. Intinya jargon yang tepat adalah bagaimana sampah ini pada akhirnya menjadi berkah. Melalui apa, kami punya Bank Sampah Malang (BSM) yang sampai saat ini Alhamdulillah total nasabah sudah 30 ribu dengan 72 jenis sampah anorganik yang sudah terkelola” jelasnya.
Inovasi di Kota Malang menurut Wali Kota Sutiaji tidak berhenti di BSM saja, tetapi sudah mulai banyak inovasi dan kreativitas untuk menstimulus masyarakat agar lebih peduli dalam pengelolaan sampah ini.
“Alhamdulillah inovasi dari kami tidak berhenti di BSM saja, BSM sudah mendapat pengakuan masuk dalam top 25 inovasi pelayanan publik pada tahun 2015, ada kreativitas melalui sampah ditukar sembako yang digagas di Kelurahan Dinoyo serta Rumah diapers yang dilakukan di Puskesmas Polowijen” ujarnya.
Di bagian akhir paparannya, Wali Kota Sutiaji memaparkan tentang keterlibatan pihak lain dalam kerangka kolaborasi hexahelix yang terus dikembangkan olehnya dan Pemerintah Kota Malang.
“Kolaborasi yang kami kembangkan tidak lagi pentahelix tapi sudah menyentuh hexahelix yang artinya peran serta pihak akan semakin banyak, ada dari perbankan, media massa, bahkan dari UMKM yang ada di Kota Malang semuanya dalam rangka berpartisipasi mensukseskan program dan kebijakan dari pemerintah daerah,” pungkas Wali Kota Sutiaji. (A.Y)