Menempuh jarak 107 kilometer yang diberangkatkan hari ini dari Trowulan Mojokerto menuju Kampus Brawijaya.
ADADIMALANG – Pemberian nama memiliki berbagai tujuan dan juga harapan. Termasuk pemberian nama suatu lembaga atau instansi.
Dalam mengetahui maksud ataupun makna suatu nama, mempelajari sejarah di balik pemberian nama menjadi salah satu yang harus dilakukan.
Hal tersebut juga yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya dalam memperingati Lustrum ke XII atau Dies Natalis ke-60nya dengan melakukan Napak Tilas Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit yang tak bisa dilepaskan dari sejaran nama Brawijaya sebagai rajanya.
Nama Brawijaya tak dapat dilepaskan dari Raden Wijaya dan Majapahit, dimana nama kampus negeri di Kota Malang ini berasal dari kata Bhre atau Bra yang memiliki makna Keturunan dan juga Wijaya yang berasal dari nama Raden Wijaya.
Penggagas napak tilas Raden Wijaya yakni Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S. sebelum pemberangkatan para pelari menyatakan di balik pendirian kerajaan Majapahit tersebut ada cita-cita besar dari Raja Wijaya.
“Salah satunya adalah status Universitas Brawijaya (UB) sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) yang membawa konsekuensi harus bersaing secara global. Hal sama seperti kerajaan Majapahit yang mampu menguasai hingga ke luar Nusantara,” ujar Sasmito Djati yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor IV UB ini.
Sasmito yang juga menjadi pemimpin pelari napak tilas Raden Wijaya ini menjelaskan napak tilas dari Pendopo Agung Trowulan Mojokerto menuju Universitas Brawijaya akan menempuh jarak hingga 107 kilometer yang terbagi dalam 3 etape.
“Setiap etape akan ditempuh dengan jarak yang berbeda-beda di mana napak tilas sini akan berlangsung selama tiga hari hingga tanggal 5 Januari 2023 dengan titik finish di Universitas Brawijaya saat puncak peringatan dies natalis ke-60,” ujar Sasmito yang menjadi pelari tertua dari total 25 orang pelari napak tilas Raden Wijaya.
Napak tilas Raden Wijaya dimulai dengan pemotongan tumpeng oleh Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D. Med.Sc., yang memberikan potongan tumpeng pertamanya kepada Moch. Sasmito Djati sebagai perwakilan pelari dalam kegiatan napak tilas tersebut.
Ketua panitia Napak Tilas Raden Wijaya yakni Nia Kurniawan dalam laporannya menyampaikan kegiatan napak tilas Raden Wijaya tersebut terdiri dari tiga rangkaian yaitu lari napak tilas 107 kilometer, kegiatan kedua penanaman pohon dan charity kepada ojek online perempuan di Kebun Raya Purwodadi pada tanggal 4 Januari.
“Dan pada tanggal 5 Januari 2023 lusa dilaksanakan kirab pelari diiringi Reog ke Samantha Krida Universitas Brawijaya ” ujar Nia Kurniawan dalam laporannya.
Tauladani 3 Spirit Kerajaan Majapahit
Sementara itu dalam sambutannya, Rektor Universitas Brawijaya menyampaikan Universitas Brawijaya sebagai pelopor dan pembaharu di bidang pendidikan sains dan teknologi juga harus inline dengan budaya yang ada.
“Jika tidak sesuai dengan budaya yang ada bisa jadi ilmu dan teknologi yang ada tidak akan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu Universitas Brawijaya sebagai perguruan tinggi tidak hanya mengembangkan teknologi tetapi juga harus memahami budaya,” ungkap Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D. Med.Sc.
Melalui kegiatan napak tilas Raden Wijaya kali ini. Widodo menyampaikan bahwa Universitas Brawijaya menauladani dan akan menjalankan tiga spirit yang telah dijalankan oleh Kerajaan Majapahit sejak dulu kala.
“Tiga spirit itu yang pertama adalah adanya internasionalisasi dimana kerajaan Majapahit diketahui dan disegani hingga di luar wilayah nusantara, hal tersebut juga telah kita jalankan dimana proses dan upaya internasionalisasi UB terus dijalankan,” ungkap Rektor UB.
Bhinneka Tunggal Ika menjadi spirit kedua dari Kerajaan Majapahit, sementara menghormati keberagaman agama menjadi spirit ketiga yang juga ditauladani oleh Universitas Brawijaya.

Kegiatan Lari Napak Tilas hari ini diikuti oleh 25 orang pelari yang berasal dari kalangan mahasiswa, dosen, alumni dan juga Mitra dari Universitas Brawijaya, termasuk masyarakat umum.
Salah satu pelari yakni Nila Furaida adalah pegawai Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan salah satu Mitra dari Universitas Brawijaya mengakui dirinya tidak melakukan persiapan apapun karena mengikuti kegiatan tersebut hanya untuk memeriahkan saja.
“Kalau saya tidak ada persiapan yang bagaimana bagaimana karena saya kan masih newby, beda ama para pelari yang lainnya yang sudah sering mengikuti kegiatan lari dan mendapat prestasi. Pokoknya saya ikut lari untuk bersenang-senang dalam rangka Napak Tilas Raden Wijaya yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dalam rangka Lustrum ke-XII atau Dies Natalis ke-60 tahun ini,” pungkas perempuan yang mengaku masih menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya. (Red)