Kepuasan dan kebahagiaan masyarakat menjadi salah satu indikator penting dalam mewujudkan Kota Paripurna.
ADADIMALANG.COM | KOTA MALANG – Perencanaan Kota Paripurna berbasis wise city diharapkan dapat mewujudkan kota terbaik yang menjadi idaman untuk ditempati masyarakat.
Perencanaan Kota Paripurna (PKP) berbasis wise city tersebut menjadi bahasan disertasi dari Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) dimana perencanaan kota yang biasanya bersifat teknokratis akan dapat menuju kota paripurna yang arif dengan menyeimbangkan aspek material dan spiritual.
“Sedikit berbeda dari model-model perencanaan kota berkelanjutan yang mengintegrasikan matra sosial, ekonomi dan lingkungan, model PKP ini melihat posisi kesejahteraan material dan spiritual sebagai tubuh dan roh kota.Ol3h karena itu PKP mengintegrasikan tiga matra yaitu lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan manusia,” jelas Prof. Dr. Ir. Surjono.
Guna menuju Kota Paripurna tersebut menurut Surjono ada empat fase yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan ketahanan, peningkatan kelayakhunian dan peningkatan kebahagiaan.
“Kekuatan dari PKP ini lebih responsif terhadap aspek kebahagiaan yang hakiki meliputi material dan spiritual sebagai outcome pembangunan kota, sesuai dengan kultur bangsa yang berketuhanan, dan membuka ruang kajian yang luas di masa depan. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur apalagi menetapkan standar kebahagiaan spiritual komunitas yang majemuk dan komplek,” katanya.
Menurut pria yang menjadi Profesor aktif ke 16 di FT UB ini, sebagai suatu organisma maka roh dari kota adalah manusia sebagai penduduk kota, sehingga pembangunan kota bukan hanya untuk mengembangkan modal alam, lingkungan binaan, sosial dan manusia dari perspektif fisik material saja melainkan juga dari perspektif kebahagiaan dan spiritual well-being.
Oleh karenanya, kenyamanan warga dari rasa bahagia tinggal di sebuah kota juga menjadi salah satu parameter dari terwujudnya Kota Paripurna yang disebut sebagai kota layak huni tersebut.
Ditanya tentang Kota Malang terkait denga PKP, Surjono menegaskan jika kota malang masih berada di tingkat rata-rata atau belum mencapai kategori kota yang layak huni.
“Posisi Kota Malang itu sama seperti DKI Jakarta. Bagaimana meningkatkan menjadi Kota Paripurna? Salah satunya itu kembali ke masyarakatnya yang kalau merasa puas maka akan meningkatkan nilai kepuasan kota itu. Kota Malang masih ada beberapa kekurangan ya di luar semua potensi yang dimilikinya,” ujar Surjono.
Sayangnya indeks leadership atau model pimpinan sebagai membuat dan menjalankan berbagai kebijakan di sebuah kota yang akan memiliki dampak pada kepuasan atau kebahagiaan masyarakat sebuah kota tersebut disebutkan masih belum menjadi salah satu indikator dari enam indikator penilaian Kota Paripurna tersebut.
Surjono dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-167 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 313 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Univesitas Brawijaya. (A.Y)