ADADIMALANG.COM | Kota Batu – Simposium Pendidikan Kepemimpinan Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Pendidikan Kepemimpinan Perguruan Tinggi (PEMIMPIN) bersama dengan STIE Malangkuçeçwara (ABM) Malang, mendapat apresiasi dari Koordinator Kompetensi Dosen dan Tendik Direktorat Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti), Nafiron Musfiqin Uddin, SE., MM.
Nafiron yang juga menjadi salah satu pemateri simposium yang diikuti 230 orang pimpinan dan perwakilan Perguruan Tinggi Indonesia dan luar negeri ini, simposium yang diselenggarakan oleh STIE Malangkuçeçwara tersebut menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya simposium yang merupakan kegiatan di penghujung hibah yang didanai oleh Erasmus+.
Pria yang ternyata merupakan alumni STIE Malangkuçeçwara dan sempat mengajar di kampus yang didominasi ruang terbuka hijau tersebut dalam paparannya menyampaikan banyaknya program dan kebijakan Ditjen Dikti yang berpengaruh pada dosen dan tenaga pendidik perguruan tinggi yang terkait dengan keberadaan Artificial Intelligence (AI).
“Pertama saya sampaikan apresiasi luar biasa kepada STIE Malangkuçeçwara dimana saya ini juga menjadi bagian dari keluarga besar STIE Malangkuçeçwara karena selain alumni saya juga sempat menjadi dosen dan sempat mengajar di kampus STIE Malangkuçeçwara. Simposium ini menjadi tonggak penentu terhadap perkembangan pendidikan tinggi melalui pola kepemimpinan perguruan tinggi yang berkapasitas sebagai academic leader dan juga sebagai entrepreneur leaders,” ungkap Nafiron.
Dengan berkapasitas sebagai entrepreneur leader, menurut Nafiron akan membuat pimpinan perguruan tinggi ke depan harus mampu mengembangkan perguruan tinggi yang dipimpinnya.
https://youtu.be/haJqnVSZ9hI
“Melalui simposium pendidikan kepemimpinan ini, STIE Malangkuçeçwara telah mempertemukan berbagai macam perguruan tinggi untuk dapat berkolaborasi bersama untuk ke depan dapat maju bersama. Kolaborasi itu sangat penting di dalam pengembangan inovasi,” ujar Nafiron.
Perkembangan teknologi termasuk AI di dalamnya menurut Nafiron tidak dapat dipungkiri membawa perubahan dalam dunia pendidikan, sehingga para dosen sudah harus mulai merubah mindsetnya tidak semata-mata menjadi sumber keilmuan tetapi juga sebagai fasilitator untuk mampu mempengaruhi dan mendorong potensi-potensi yang ada pada mahasiswa yang diajarnya.
“Oleh karena itu ada kebijakan dari pemerintah dalam hal ini Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang justru memberikan dorongan dan keleluasaan dalam proses pembelajaran yang membuka berbagai metodologi pembelajaran sehingga tidak harus di kelas saja dan praktisi-praktisi dapat turut berperan di dalamnya,” ungkap Nafiron. (A.Y)