Kota Malang | ADADIMALANG.COM – Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Dr. Chatarina Muliana Girsang, SH., SE., MH., menegaskan pentingnya pembentukan karakter sejak dini untuk mencegah kekerasan dan menjaga kesehatan mental di lingkungan pendidikan.
Hal ini disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional bertema “Pembentukan Karakter untuk Pencegahan Kekerasan dan Pemeliharaan Kesehatan Mental di Lingkungan Pendidikan dari Berbagai Perspektif” yang berlangsung di Politeknik Negeri Malang (POLINEMA) pagi tadi, Rabu (30/04/2025).
Menurut Chatarina, kekerasan di lingkungan sekolah dan kampus seringkali tidak terungkap karena adanya relasi kuasa antara pelaku dan korban. Ia menilai, keberanian untuk berbicara masih menjadi tantangan besar.
“Demokrasi berkaitan erat dengan kebebasan berbicara dan berekspresi. Ketika korban takut speak up, maka hak dasarnya telah dilanggar,” ujarnya.
Chatarina juga mengapresiasi keterlibatan berbagai organisasi atau kelompok dalam Forum Diskusi Nasional kali ini, karena ia menyebut kolaborasi antar masyarakat, lembaga pendidikan, dan pemerintah menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman.
Chatarina dalam paparannya menyampaikan ada enam topik utama yang perlu dibahas dalam hal pencegahan kekerasan dan menjaga kesehatan mental tersebut seperti perlunya kebijakan penanganan kekerasan di pendidikan, pemetaan kasus kekerasan yang ditangani Inspektorat Jenderal, penyebab perilaku kekerasan oleh pelaku, peran perguruan tinggi dalam pencegahan kekerasan, praktik baik di kampus dan tantangan menuju kampus bebas kekerasan.
Chatarina menambahkan bahwa pembentukan karakter yang kuat harus dilakukan sejak PAUD hingga perguruan tinggi, termasuk melalui pemahaman tentang kesetaraan gender dan penggunaan teknologi secara bijak.
Kesehatan mental siswa juga menjadi perhatian utama. Chatarina menyebut beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi mental anak, seperti pola asuh yang kurang, perceraian orang tua, tekanan ekonomi, dan kurangnya komunikasi, khususnya bagi anak-anak yang bersekolah jauh dari rumah.
“Komunikasi antara orang tua dan anak harus terus dijaga. Teknologi bisa jadi jembatan, tetapi perhatian emosional tetap yang utama,” tambahnya.
Ia menutup dengan ajakan agar semua pihak baik orang tua, guru, pemerintah, hingga masyarakat luas bekerja bersama menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. (A.Y)