Kota Malang – Menghadapi ancaman disintegrasi bangsa, pemuda pemudi Indonesia dinilai memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang digelar Lingkar Studi Pancasila (LSP) Brawijaya dengan tema “Peran Pemuda dalam Merawat Keutuhan NKRI” yang dilaksanakan di Gazebo Resto Tlogomas Kota Malang, Rabu (23/9).
Acara diskusi yang diikuti sekitar 40 peserta ini menghadirkan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Malang, Hutama Budi Hindarta dan akademisi dari Universitas Tribuwana Tunggadewi Kota Malang, Deki Umamur Rais.
Banyaknya komunitas di kalangan pemuda menurut Hutama Budi Hindarta merupakan potensi luar biasa untuk membangun bangsa Indonesia mendatang, baik itu komunitas hobi, komunitas bidang sosial ataupun organisasi kedaerahan.
“Fenomena semacam ini sebenarnya bisa menjadi peluang untuk mempererat integrasi bangsa. Organisasi-organisasi kedaerahan dan berbagai macam komunitas anak muda serta organisasi pergerakan mahasiswa bisa saling berkomunikasi satu-sama lain untuk bertukar ide dan solusi atas berbagai permasalahan di tengah masyarakat hingga nantinya tercipta kolaborasi,” ujar pria yang akrab disapa dengan panggilan Abud ini.
Sementara itu, akademisi kampus Unitri, Deki Umamur Rais menceritakan pengalamannya ketika mengikuti berbagai konferensi ilmiah di beberapa negara ASEAN dimana banyak warga setempat yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan lancar.
“Alasan mereka belajar bahasa Indonesia untuk persiapan mencari peruntungan di Indonesia yang bagi mereka memiliki peluang besar. Namun yang perlu dicatat, meski belajar bahasa Indonesia, meraka tidak kehilangan jati diri kebangsaannya,” tuturnya.
Pengalaman itu menurutnya menjadi peringatan bagi pemuda Indonesia dalam era Masyaakat Ekonomi Asean (MEA) yang membuka peluang bagi tenaga kerja terampil dan profesional dengan mudah keluar masuk lintas negara.
“Ini harus diwaspadai karena nantinya pemuda Indonesia harus bersaing dengan sumberdaya manusia dari negara-negara ASEAN,” terangnya.
Sementara itu, kondisi pemuda Indonesia saat ini cenderung malu beridentitas Indonesia dan malah bangga menggunakan identitas negara lain dengan alasan modernitas, gengsi dan alasan irasional lain.
“Di samping adanya krisis identitas, masalah lain yang mendera pemuda adalah sikap skeptis terhadap permasalahan bangsa yang disebabkan oleh tidak teridentifikasinya musuh bersama dan minimnya tingkat literasi pemuda. Akibatnya, kualitas pemuda Indonesia bisa kalah bersaing dengan pemuda negara ASEAN lain. Berbagai persolaan ini tentunya akan mengancam integrasi bangsa ini,” paparnya.
Untuk itu, Deki menyerukan agar selain meningkatkan literasi, pemuda juga meningkatkan intensitas komunikasi antar pemuda dan juga kolaborasi antar pemuda untuk memulai menyelesaikan berbagai persoalan.
Sementara itu, Ketua LSP Brawijaya Ahmad Rijalluddin menjelaskan diskusi tersebut merupakan wadah untuk pemuda terutama mahasiswa untuk menuangkan ide konstruktif sekaligus meningkatkan kepekaan terhadap permasalahan di masyarakat. (A.Y)