Kampung 3G dan Komunitas Peduli Malang buat komitmen bersama untuk antisipasi banjir

banner 468x60

Kota Malang – Kesuksesan Kampung Glintung Go Green (3G) dalam melaksanakan program water banking movement yang mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari berbagai pihak juga membuat berbagai komunitas mendatangi RW 23 di kota Malang tersebut. Kedatangan perwakilan lembaga atau komunitas tersebut diakui terus terjadi hampir setiap minggunya di Kampung Glintung Go Green (3G), baik dari instansi pendidikan, lembaga pemerintah, swasta hingga lembaga setingkat RT dan RW juga.

Salah satu komunitas yang juga datang ke Kampung 3G adalah Komunitas Peduli Malang, salah satu komunitas besar di sosial media yang memiliki anggota hampir 400 ribu orang.

Bacaan Lainnya

Kedatangan anggota Komunitas Peduli Malang (ASLI) tersebut untuk saling sharing wawasan dan keilmuan tentang apa yang sudah dilakukan Kampung 3G hingga dikenal dan mendapat penghargaan dari banyak pihak saat ini.

Ketua RW 23 yang juga inisiator kelahiran Kampung Glintung Go Green (3G), Bambang Irianto menjelaskan tentang sejarah lahirnya Kampung 3G yang mendapat cibiran dan penolakan dari mayoritas warga Kampung RW 23 dan strategi yang diterapkan untuk merubah mindset masyarakat hingga mau mendukung lahirnya Kampung 3G.

“Saya sempat mendapat julukan baru yaitu Ketua RW ‘Gatot Koco’, Gagal Total Kakean Cocot karena di awal-awal program penghijauan harus dilakukan tapi modal tidak ada. Belum lagi sebutan Ketua RW yang dhzolim,” ujar Bambang Irianto.

Menurut Bambang Irianto, Komunitas Peduli Malang yang mencermati tidak hanya kota Malang saja juga ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi dampak banjir dan datang ke Glintung Go Green sebagai Kampung Konservasi Air.

“Untuk pertama kali saya menjelaskan soal banjir itu secara holistik tidak saja soal air tetapi juga aspek-aspek lingkungan yang lain bahwa pada akhirnya membangun lingkungan termasuk mengatasi banjir itu harus dimulai dengan merubah mindset masyarakat bagaimana kita berperilaku yang bijak mengatasi air atau mengatasi banjir. Oleh karena itu langkah minimal yang disepakati dari pertemun malam hari ini adalah anggota Komunitas Peduli Malang adalah membuat minimal satu biopori di satu rumah,” ujar Bambang Irianto.

Selain membuat kesepakatan satu biopori di satu rumah, Bambang irianto berharap ke depannya Komunitas Peduli Malang juga turut berperan dalam program Zero Run Off dengan cara membuat air hujan atau air kotor dari rumah tidak mengalir ke saluran pembuangan (got) tetapi masuk ke biopori yang sudah dbuat di masing-masing rumah.

“Pemerintah sekarang juga sudah mulai ketat dalam memberikan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dimana yang mengajukan ijin harus menyiapkan sumur resapan (biopori) yang tentunya ini kita dukung tetapi harus konsisten atau harus ada pengawasan dengan demikian Apa yang dilakukan oleh masyarakat oleh pemerintah insya Allah akan berdampak signifikan menghindari Malang menjadi kota banjir,” pungkas Bambang Irianto.

Dalam pertemuan para pelaku Kampung 3G tersebut sekitar 20 orang anggota Komunitas Peduli Malang hadir mulai puul 19.30 hingga 22.55 WIB yang dihadiri oleh Camat Blimbing Muarib dan praktisi dari Fakultas teknik Universitas Brawijaya serta beberapa tokoh masyarakat lainnya. (A.Y)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan