Mampu menekan angka pecah atau kerusakan Melon saat pertumbuhan sehingga mendapatkan hasil panen buah Melon dengan ukuran dan rasa yang sama sesuai kebutuhan pasar.

ADADIMALANG – Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar akan buah Melon yang memiliki kualitas premium, tim dosen di Agrotecnopark Universitas Brawijaya (ATP UB) membuat inovasi dalam membudidayakan melon.

Inovasi yang dibuat adalah menerapkan Internet of Things (IOT) dalam pemberian air dan nutrisi dengan cara tetes (irigasi tetes) pada budidaya buah Melon di greenhouse ATP UB Jatikerto kabupaten Malang.

Manager ATP UB, Suyadi SP., MP., menjelaskan perbedaan yang paling mencolok dari budi daya Melon yang dilaksanakan di ATP UB ini menggunakan sistem irigasi tetes.

“Dengan sistem irigasi tetes ini maka tidak ada air yang terbuang dan air serta nutrisi yang diberikan itu sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Suyadi.

Menurut pria yang menjabat sebagai manager ATP untuk bidang pertanian ini, perbedaan yang selanjutnya adalah penggunaan Internet of Things (IOT) guna otomatisasi penetesan air dan nutrisi ke tanaman.

“Dengan menggunakan IOT ini maka kebutuhan air dan nutrisi akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan tanaman (melon) sesuai dengan fase pertumbuhan dan kondisi-kondisi yang ada. Jika tanpa IOT maka pemberian air ataupun nutrisi itu kita menggunakan feeling, salah satu kali saja maka berdampak besar pada pertumbuhan buah ini ke depannya misalkan pecah atau terjadi pembusukan atau yang lainnya,” ungkap pria ramah ini.

https://www.youtube.com/watch?v=mhuQ109BI6g

Sementara itu dosen UB yang juga terlibat dalam mengintegrasikan IOT dalam sistem irigasi tetes yakni Eka Maulana ST., M.Eng menyampaikan untuk mencapai hasil tanaman dengan ukuran dan rasa yang ideal dan optimal maka dibutuhkan suatu teknologi.

“Oleh karena itu kemudian kita integrasikan metode irigasinya yaitu Sistem Irigasi Tetes ini dengan IOT sehingga dapat terjamin pemberian nutrisi dan air sesuai kebutuhan tanaman Melon ini,” ujar Eka Maulana.

Eka Maulana ST., M.Eng menunjukkan sensor dan alat tetes air dan nutrisi yang berbasis IOT
Eka Maulana ST., M.Eng menunjukkan sensor dan alat tetes air dan nutrisi yang berbasis IOT

Selain menggunakan sensor yang akan mengetahui tingkat kelembapan dan cahaya, dalam greenhouse tersebut telah dipasang sistem penyiram baik otomatis ataupun yang analog.

“Jika terjadi kegagalan sistem internet, maka proses irisgasi akan tetap berjalan karena akan tetap ada penetesan secara analog yang telah disetting sesuai jadwal pemberian air dan nutrisi sehingga tidak terjadi potensi kegagalan karena kurang air dan nutrisi. Oleh karena itu tantangan ke depan bagi kita adalah menyiapkan pengamanan yang berlapis dalam sistem IOT yang kita pergunakan itu agar data-data yang kita miliki ini tidak mudah bobol atau diambil orang lain,” ungkap Eka Maulana.

Sebelum mengakhiri wawancara, Eka Maulana menyampaikan bahwa sistem irigasi terkontrol dengan menggunakan IOT yang diterapkan di ATP UB tersebut pada tahun 2020 lalu telah didaftarkan untuk surat HASI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

“Petani atau siapa saja boleh menggunakan sistem ini, tetapi dengan pengurusan HAKI ini maka mengantisipasi agar tidak ada klaim dari pihak lain,” ungkap pria berkacamata ini.

Perlu diketahui, dalam greenhouse yang digunakan dalam pembibitan buah Melon berbasis IOT dengan sistem irigasi tetes tersebut saat ini ditumbuhi lebih dari 800 tanaman Melon dari beberapa varian dimana bibit yang ditanam merupakan bibit yang berasal dari luar Indonesia dengan kualitas premium.

“Kalau jumlahnya lebih dari 800 karena ada yang berisi dua atau hanya satu Melon. Target dari proses budidaya Melon yang ini diharapkan dapat tercapai 1 ton buah Melon saat panen nanti,” ungkap Suyadi yang menyampaikan hingga saat ini tingkat pecah atau kebusukan buah baru mencapai kurang dari satu persen. (A.Y)