Kota Malang – Dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda di tahun 2018 ini, Universitas Brawijaya mengadakan Dialog Kebangsaan dengan tema ‘Sinergi Semangat Sumpah Pemuda Resolusi Jihad dan Kebudayaan’ pagi hari ini, Senin (05/11).
Acara dialog kebangsaan yang dihadiri sekitar 500 orang yang memenuhi hall gedung Widyaloka Universitas Brawijaya ini, menghadirkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia Imam Nahrawi dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Ahmad Basarah yang mampu membuat para peserta dialog termasuk di dalamnya para guru Pendidikan Kewarganegaraan di Malang Raya untuk tetap berada di tempat duduknya hingga acara selesai. Hal tersebut karena ketiga pemateri yakni Menpora, Wakil Ketua MPR RI dan M. Ali Safa’at dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya mampu memberikan materi yang menarik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar tema dialog kebangsaan tersebut dengan sangat apik dan menyentuh substansi persoalan yang ada.
“90 tahun yang lalu para pemuda bersatu berikrar dalam sumpah pemuda untuk mewujudkan persatuan bangsa Indonesia. Seperti mereka, maka kita seharusnya juga memikirkan apa yang kita lakukan untuk masa depan. Apa yang kita lakukan sekarang harus memberi arti bagi generasi penerus kita nantinya,” ujar Imam Nahrawi.
Keberhasilan Indonesia pada Asian Games beberapa waktu lalu di Indonesia menurut Imam Nahrawi merupakan tonggak sejarah bangsa dalam pembuktian prestasi di bidang olahraga dalam skala internasional.
“Bagaimana sejak pembukaan, pelaksanaan acara hingga penutupan acara semuanya bisa berjalan dengan lancar, aman dan tanpa kendala. Begitupun dengan prestasi atlit-atlit Indonesia yang memperoleh raihan medali di atas target yang telah ditetapkan. Tim Tenis lapangan Indonesia yang selama 16 tahun tidak pernah mendapat medali berhasil meraih medali emas untuk Ganda Campuran Tenis Lapangan . Olahraga menjadi jalan mudah Indonesia menuju Olimpiade 2020 dan tuan rumah event internasional lainnya,” ungkap Imam Nahrawi.
Senada dengan Menpora, Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah berharap generasi muda tidak hanya memperingati hari Sumpah Pemuda semata melainkan juga memaknai arti penting dari Sumpah Pemuda.
“Seperti yang disampaikan oleh Bung Karno, jika pada jaman kolonial bentuk musuh bangsa mudah dilihat, saat ini bentuk penjajahan yang terjadi sulit terdeteksi karena bentuknya lebih pada isu atau pemberitaan yang mengadu domba bangsa sendiri. Indonesia ditakdirkan menjadi negeri kaya raya sehingga membuat bangsa lain melakukan ekspansi, imperialisme dan kolonialisme. Salah satu cara yang dilakukannya adalah politik pecah belah. Bentuk penjajahan saat ini adalah Neo Imperialisme politi Devide Et Impera jilid tiga,” ujar Ahmad Basarah.
Dalam sesi yang berurutan, dosen dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FHUB) yang menjadi pemateri ketiga yakni M. Ali Sa’faat menjelaskan tentang beberapa syarat dasar tercipta persatuan seperti mencari sumber informasi yang benar, sejarah yang merupakan bagian dari identitas bangsa, bahasa sebagai pemersatu, hukum adat yang menjadi tempat identitas nasional bangsa Indonesia, serta perguruan tinggi menjadi institusi kepanduan yang bersifat otonom dan tempat ilmu dikembangkan.
Terkait dengan pelaksanaan Dialog Kebangsaan tersebut, Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani menyatakan kegiatan Dialog Kebangsaan itu merupakan salah satu upaya dari dunia kampus untuk memperkuat rasa nasionalisme para generasi muda khususnya mahasiswa.
“Ini merupakan salah satu upaya kita untuk mengikis dan mempersempit ruang bagi gerakan radikalisme dan doktrin terorisme agar tidak mampu berkembang di wilayah kampus,” ungkap Nuhfil Hanani.
Nuhfil Hanani lebih lanjut menjelaskan selain melaksanakan Dialog Kebangsaan, Universitas Brawijaya melaksanakan upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di beberapa lokasi.
“Selain kita melaksanakan upacara Sumpah Pemuda di Universitas Brawijaya, tim kita yang lain juga melaksanakan Upacara Sumpah Pemuda di bawah laut di pulau Moyo Nusa Tenggara Barat (NTB),” pungkas Nuhfil Hanani. (A.Y)