Dinilai ujian dengan gawai masih terlalu menyulitkan siswa.
Kota Malang – Meskipun tahun ini pemerintah telah memberikan kelonggaran pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dengan menggunakan smartphone atau android untuk ujian, namun SMA Negeri 8 kota Malang justru enggan menjalankannya.
Diharapkan dengan kelonggaran yang diberikan tersebut para siswa yang tidak memiliki laptop tidak perlu mengantre menggunakan fasilitas komputer sekolah untuk mengikuti USBN dan USBN bisa dilaksanakan bersama dalam satu sesi.
Namun di SMA Negeri 8 kota Malang, kelonggaran tersebut justru tidak dimanfaatkan karena jumlah komputer yang memadai untuk digunakan sejumlah siswa yang akan mengikuti ujian.
Kepala Sekolah SMA Negeri 8 kota Malang, Anis Isrofin menjelaskan bahwa mengikuti ujian dengan menggunakan gawai dirasakan terlalu menyulitkan siswa.
“Kasihan para siswa, kekecilan layarnya sehingga enggak bisa fokus,” ucapnya kepada awak media ketika dikunjungi di SMA Negeri 8 Malang.
Anis juga menambahkan memang ada sebagian sekolah yang menerapkan pemakaian gawai untuk ujian, namun tidak ditempatnya.
Anis menjelaskan bahwa saat ini ada 281 siswa SMAN 8 Malang yakni 152 jurusan MIPA, 96 IPS dan 23 Bahasa yang masih ditambah dengan delapan sub rayon dari lima sekolah swasta sehingga total peserta ujian mencapai 569 orang siswa.
Untuk itu, pihaknya merancang pelaksanaan USBN ini menjadi dua sesi dengan model laporan USBN yang langsung terkoneksi dengan provinsi.
“Nanti setelah selesai nilainya akan langsung akses ke provinsi. Semua sekolah nanti langsung aksesnya ke provinsi,” pungkasnya. (Jaz)