
Hasil pemetaan yang dilakukan East Ventures di 34 Provinsi dan 24 kota di Indonesia tahun 2020 ini.
ADADIMALANG – Besarnya jumlah penduduk yang menduduki peringkat ke Empat terbesar di dunia, membuat Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial dalam bidang usaha. Termasuk dalam bidang ekonomi digital yang beberapa tahun belakangan ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat.
Salah satu yang tumbuh dan berkembang pesat dalam ekonomi digital di Indonesia akhir-akhir ini adalah munculnya berbaga macam start up dan platform yang membuat terjadinya perubahan dalam berbagai aktivitas masyarakat menjadi lebih mudah dengan adanya pilihan dilakukan secara digital (daring/online).
Dengan potensi 17 ribu pulau yang dimiliki dengan jumlah populasi penduduk melampaui 264 juta jiwa, menjadikan Indonesia sebagai salah satu perekonomian besar di dunia saat ini.
Meyadari perkembangan ekonomi digital di Indonesia yang terus berkembang dengan pesat saat ini membawa perubahan yang signifikan termasuk dalam perekonomian nasional, membuat East Ventures sebagai investor start up tahap awal yang pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 2020 ini telah membuat East Ventures Digital Competitives Index (EV-DCI) sebagai upaya untuk memetakan perkembangan dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh Indonesia di 34 provinsi yang meliputi 24 kota.
Melisa Irene, Partner East Ventures menjelaskan bahwa saat ini East Ventures telah melakukan investasi di 170 start up di Asia dimana 130 start up tersebut lahir dan berkembang di Indonesia dengan dana baik Early Stage Fund dan Growth Fund yang dikelolanya saat ini telah tumbuh menjadi aset hingga senilai US$ 1,2 miliar.
“Dari hasil EV-DCI yang dilakukan pada tahun 2020 ini, secara umum dari skala 0 hingga 100 diketahui Indonesia memperoleh nilai 27,9 yang menunjukkan bahwa daya saing digital d Indonesia masih rendah. Sehingga perlu dilakukan dorongan lagi untuk perkembangan ekonomi digital Indonesia ke depannya,” ungkap Melisa Irene dalam release EV-DCI ke AdaDiMalang.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi salah satu dari 9 pilar yang menjadi alat ukur EV-DCI tersebut diketahui mendapatkan nilai tertinggi sementara dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) dan kewirausahaan justru mendapatkan nilai terendah.
“Ini juga menunjukkan bahwa dari sisi infrastruktur digital yang dibangun atau dimiliki Indonesia tergolong paling siap dalam mendukung perkembangan ekonomi digital, sementara Indonesia masih harus bekerja keras lagi dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kewirausahaan dalam mengikuti perkembangan ekonomi digital yang berkembang pesat di Indonesia saat ini,” ungkap Melisa Irene.
Perkembangan ekonomi digital di Indonesia yang cukup pesat ini tidak dapat dilepaskan dari peningkatan pengguna internet di Indonesia yang juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Bahkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) diketahui ada peningkatan sebesar 10 persen untuk pertumbuhan pengguna internet dari tahun 2018 dengan jumlah penetrasi mencapai 54,7 persen.
Seiring dengan pengguna internet, penggunaan media sosial di Indonesia juga cukup menarik datanya. Dari riset yang dilakukan ‘We Are Social’ pada tahun 2019 lalu diketahui 56 persen masyarakat di Indonesia memiliki media sosial dan aktif menggunakannya untuk aktivitas hariannya.

Dari EV-DCI yang dilakukan East Ventures di tahun 2020 ini peluang bagi ekonomi digital bagi perekonomian Indonesia masih sangatlah besar potensinya untuk terus dikembang, namun masih harus dilakukan berbagai percepatan dan penyiapan di pelbagai instrument pendukungnya.
“Kesiapan dari infrastruktur digital yang telah dibangun atau dimiliki Indonesia saat ini dan didukung tingginya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini membuat Indonesia menjadi pasar yang potensial untuk pengembangan ekonomi digital,” pungkas Melisa Irene. (A.Y)