Hikmah Ramadan Hari Ke 13
ADADIMALANG – Di antara amalan agung yang jangan sampai terlewatkan di bulan Ramadhan ini adalah shalat malam.
Masuk di 10 hari ke dua atau pertengahan bulan Ramadan ini diharapkan semakin ditingkatkan ibadah kita dengan ditambhkan pula melaksanakan ibadah sholat malam.
Tentu kita sering mendengar hadits-hadits tentang keutamaan shalat malam di bulan Ramadhan.
Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Shalat malam secara umum, memiliki keutamaan tersendiri. Seandainya seseorang mengetahui keutamaannya kemudian merenungkannya, tentu ia akan sangat berat untuk tidak mengerjakannya.
Perhatikan sabda Nabi Muhammad SAW : دَأبُ الصَّالِحينَ قَبلكُم
“ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian.”
Demikianlah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat beliau radhiallahu ‘anhum, dan orang-orang yang mengikuti mereka. Mereka tidak meninggalkan shalat malam. Mereka tak luput dari mengerjakannya.
“Tentu kita sangat suka apabila termasuk orang-orang yang dipilih oleh Rab kita. Sebagai orang-orang yang diberi taufik oleh Allah, berdiri di tengah kegelapan malam, di antara jasad manusia lainnya yang tengah tertidur. Kita suka menjadi hamba pilihan Allah ini. Dia beri kita taufik untuk berdiri. Dia kokohkan kita. Kemudian dari lisan kita mengeluarkan sesuatu yang paling dicintai oleh Allah yaitu membaca firman-Nya. Inilah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kita. Mereka mendapatkan kelezatan dalam shalat malam,” ungkap Pengasuh PPIQ Darul Hidayah, Gus Hisa Al Ayyubi.
Gus Hisa lebih lanjut menyampaikan bahwa salah seorang guru Imam Malik bin Anas rahimahullah yaitu Shafwan bin Sulaim rahimahullah hampir-hampir tidak tidur di malam hari. Apabila musim dingin, maka dilakukanlah shalat malam di luar atau di atap rumahnya dengan tujuan agar dinginnya malam tidak membuatnya mengantuk.
Tetapi jika tiba musim panas, maka Shafwan bin Sulaim rahimahullah melakukan sholat malam di bagian dalam rumahnya dengan tujuan agar pengapnya udara menghilangkan rasa kantuknya. Saat pagi tiba, ia berkata, “Ya Allah, ini kesungguhan yang dilakukan Shafwan. Dan Engkau lebih tahu tentang hakikatnya (ikhlas atau tidak).”
Demikian juga keadaan orang-orang shaleh, para ulama dan fuqoha. Syaikh Said al-Kamali menceritakan, “Di antara mereka yang memasuki masjid pada pukul dua malam. Kemudian membaca 5 hizb dalam satu rakaat (1 hizb kurang lebih setengah juz). Demikian keadaan mereka sepanjang malam, hingga adzan subuh. Sementara sebagian kita bagaikan dinding yang roboh. Atau atap yang jatuh.”
“Kebanyakan kita kalau sudah tertidur maka tidak bangun di malam hari. Bahkan hampir luput dari shalat wajib. Seakan kalau tidur tak akan bangun lagi. Lihatlah perbedaan kita dengan mereka. Kita tidak sedang membahas para sahabat. Yang kita bahas adalah orang-orang shaleh yang sezaman dengan kita. Mereka yang kita jumpai hidup di zaman yang sama dengan kita,” ungkap Gus Hisa yang juga pengasuh Majelis Hikmah Islam ini.
Sebagian pemuda jaman sekarang menurut Gus Hisa menunggu nanti jika mereka menikah atau sudah tua baru mau melakukan shalat malam. Mereka menyatakan menunggu sampai rambut putih bersinar di kepala mereka. Di saat seperti inilah nanti kami akan rajin shalat malam, kata mereka. Apakah mereka lupa, bahwa kebiasaan mereka ini akan terwarisi juga oleh anak-anak mereka.
“Kalau Anda tidak membiasakan sesuatu di masa muda sekarang, maka hal itu juga tidak akan menjadi kebiasaan Anda di saat tua. Seorang yang mulia itu karena memiliki adab yang mulia juga. Karena itu, di usia muda sekarang hendaknya Anda membiasakan suatu kebiasaan yang utama. Tentu kita akan sangat bergembira tatkala melihat pemuda-pemuda kita sibuk dengan sesuatu yang mulia. Jangan tunda-tunda untuk melakukan kebaikan,” pungkas Gus Hisa. (A.Y)