ADADIMALANG – Menyadari potensi kopi yang dimiliki di desa Kemiri, kecamatan Jabung, kabupaten Malang membuat lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Tim Pentavictor memilih lokasi tersebut untuk pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat (PKM).
Kegiatan PKM yang merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut dijadikan momen untuk memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya di desa Kemiri tersebut.
Dengan tujuan memberikan manfaat bagi masyarakat dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki di desa Kemiri tersebut, tim Pentavictor menciptakan program Cycle System of Product Industrial Activities (CSPIA) Berbasis IPTEK untuk memberdayakan Stakeholder guna mewujudkan Desa Kemiri Sejahtera.
“Cycle System of Product Industrial Activities (CSPIA) Berbasis IPTEK dalam hal ini menyinergikan semua stakeholder yang ada dalam potensi kopi untuk menghasilkan produk bernilai dengan menggunakan IPTEK. CSPIA ini merupakan solusi dalam membangun sistem ekonomi masyarakat Desa Kemiri dengan cara mengoptimalkan sumber daya lokal potensi kulit kopi,” ungkap Ketua Tim Pentavictor, Haydar Nur Arsyad.
Menurut mahasiswa angkatan tahun 2018 jurusan Kimia UM tersebut, Sistem dan kompetensi yang perlu dioptimalkan untuk dapat mendukung UMKM kulit kopi yang ada di Desa Kemiri dengan memberdayakan stakeholder yang ada di desa Kemiri.
Sementara itu anggota tim yang lain yakni Nisfatul Amarawardani menjelaskan bahwa di desa Kemiri yang menjadi masyarakat mitra dari program CSPIA Berbasis IPTEK tim Pentavictor tersebut diketahui limbah kulit kopi selama ini hanya dijadikan pakan ternak atau dibuang begitu saja.
“Padahal limbah kulit kopi tersebut dapat diolah kembali menjadi sebuah produk yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena rasanya yang unik dan memiliki segudang manfaat,” ujar perempuan yang tengah menempuh pendidikan di jurusan Bioteknologi UM ini.
Perlu diketahui, hasil biji kopi dari perkebunan masyarakat di Desa Kemiri selama satu bulan kurang lebih mencapai 300 ton (30.000 kg) dimana 43,2 persennya merupakan kulit kopi yang menjadi limbah.
Selain kulit kopi yang kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat, Sumber Daya Manusia khususnya PKK Desa Kemiri yang masih kurang aktif dalam kegiatan pemberdayaan desa menjadi permasalahan yang harus diselesaikan pula.
Hal tersebut seperti yang disampaikan Ketua PKK desa Kemiri yakini Tumiasih saat melakukan wawancara dengan tim Pentavictor.
“Melihat potensi dan kendala yang ada tersebut, kami memutuskan sosialisasi CSPIA berbasis IPTEK secara offline kepada kelompok PKK desa Kemiri dan dua kali pelatihan secara online untuk melakukan pengolahan limbah kopi tersebut dan melatih kompetensi entrepreneur seperti Rebranding, Repackaging dan Repositioning (3R) yang berbasis IPTEK,” jelas anggota tim lainnya, Dewi Jalinan Izzah.
Menurut Dewi, salah satu pelatihan yang diberikan dari program CSPIA Berbasis IPTEK adalah membuat produk dari kulit kopi menjadi olahan minuman seduh (teh) yang memiliki nama brand produk TEKOKO.
“Dalam produk olahan minuman seduh tersebut memiliki tiga varian rasa diantaranya rasa original, rasa strawberry, dan juga rasa apel,” ungkap Dewi Jalinan Izzah.
Dengan program CSPIA Berbasis IPTEK tersebut, kelompok PKK desa Kemiri dapat kembali produktif dengan memanfaatkan kopi menjadi produk oleh-oleh khas Desa Kemiri Jabung, kabupaten Malang.
“Kami membentuk anggota PKK desa Kemiri menjadi kader CSPIA Berbasis IPTEK sebagai penggerak untuk melaksanakan program CSPIA Berbasis IPTEK secara mandiri dapat menciptakan usaha yang legal dalam memproduksi kulit kopi menjadi olahan minuman seduh (teh) melalui izin PIRT,” ujar anggota tim Pentavictor lainnya, M. Furqon Hidayatullah.
Perlu diketahui, limbah kulit kopi tersebut harus menjalani empat tahapan agar dapat dinikmati menjadi teh seduhan.
“Kopi dikeringkan secara natural dengan dijemur di bawah sinar matahari lalu ditumbuk untuk memisahkan kulit dari bijinya kemudian kulit kopi dihaluskan dengan menggunakan blender. Hasil blender kulit kopi yang sudah berbentuk serbuk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong teh yang akan ditutup dengan menggunakan mesin press,” jelas Lindia Rizkitasari, salah satu anggota tim Pentavictor lainnya yang dibimbing oleh Dr. Heny Kusdiyanti, S. Pd., M.M ini. (A.Y)