Bangun Jiwa Entrepreneur, UPT MKU Polinema Gelar Seminar Nasional

Hadirkan dua narasumber pakar entrepreneur dan juga psikologi.

ADADIMALANG – Sejalan dengan harapan dari Direktur baru Politeknik Negeri Malang (Polinema) yang mengharapkan agar kampus Polinema mulai mengembangkan ekosistem entrepreneur (kewirausahaan) apalagi dalam kondisi pandemi saat ini, Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPT MKU) Polinema menggelar seminar nasional pagi tadi, rabu (06/10/2021).

Dalam seminar nasional yang dilaksanakan secara daring tersebut diambil tema ‘Membangun Jiwa Entrepreneur Mahasiswa Di Era Society 5.0 dan Pandemi Covid-19’ yang diikuti lebih dari 585 peserta.

Dua orang narasumber yang dihadirkan dalam seminar nasional kali ini memiliki bobot yang tidak perlu diragukan lagi, sehingga memancing peserta seminar nasional untuk bertanya dan berdiskusi secara interaktif meski mengikutinya secara daring.

“Saat ini banyak perguruan tinggi yang mulai mengerjakan entrepreneurship. Bahkan aat ini ada kampus memiliki Wakil Rektor yang khusus menangani perihal entrepreneur atau kewirausahaan ini,” ungkap Prof Dr Abdul Mujib M.Ag., M.Si dari UIN Jakarta yang menjadi narasumber pertama.

Menurut pria yang pernah menempuh pendidikan di kota Malang ini, orientasi perguruan tinggi saat ini adalah bekerjasama bersama dunia industri dengan memanfaatkan CSR yang dimiliki dunia industri.

“Perkembangan entrepreneur di perguruan tinggi ini harus dimanfaatkan mahasiswa agar dapat menangkap peluang yang muncul dari perkembangan entrepreneur tersebut. Untuk mewujudkan perguruan tinggi entrepreneur membutuhkan peran semua elemen di kampus untuk membentuk jiwa kewirausahaan semua elemen di perguruan tinggi termasuk mahasiswanya,” ungkap Abdul Mujib.

Narasumber Seminar nasional dari UIN jakarta, Prof Dr Abdul Mujib M.Ag., M.Si
Narasumber Seminar nasional dari UIN jakarta, Prof Dr Abdul Mujib M.Ag., M.Si

Dalam materinya dipaparkan ada empat era dalam perkembangan entrepreneur saat ini yakni era Revolusi Industri 5.0 yang dikenal dengan sebutan new society, era Generasi Z, Pandemi Covid-19 dan era multi tantangan dan peluang.

“Indonesia hingga saat ini masih di tahapan revolusi industri 4.0, sementara Singapur dan Jepang sudah revolusi 5.0. Perkembangan revolusi industri ini akan menjadi sangat destruktif bagi siapa saja yang tidak mau berkembang, namun akan menjadi tantangan dan peluang bagi siapa saja yang mau mengembangkan dirinya termasuk para mahasiswa ini harus memperbanyak penguasaan soft skill selain kemampuan hard skill yang telah banyak diajarkan,” ujar pria yang juga pakar psikologi Islam ini.

Kondisi pandemi yang terjadi menurut Mujib merupakan suatu musibah global yang memaksa setiap orang harus dapat lebih adaptif akibat terjadinya multi krisis baik kesehatan, ekonomi, spiritual dan juga sosial.

“Intinya kita harus mengembangkan jiwa entrepreneur atau kewirausahaan dalam menghadapi pelbagai ketidakpastian yang terjadi saat ini. Entrepreneur atau pengusaha tidak semata-mata mencari keuntungan semata, itu paradigma lama. Paradigma baru pengusaha sukses, konsumen sukses dan semuanya sukses. Untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses kita harus menjadi pribadi yang pandai, berbakat, memiliki ide orisinils, adaptif serta mampu bertahan hidup dalam kondisi apapun menuju Revolusi Industri 5.0,” pungkas Abdul Mujib.

Materi yang tak kalah menarik juga dipaparkan oleh CEO Putra PT Servotech Indonesia, Wahyu Galih Saputro yang juga merupakan alumni Politeknik Negeri Malang.

“Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan menata masa depan kita. yang perlu dilakukan saat ini adalah memulai untuk mengenali diri kita dengan potensi-potensi yang ada atau masih tersembunyi,” ujar pria yang menduduki jabatan penting di beberapa perusahaan ini.

Kondisi terpaksa dan terlatih menurut pria yang akrab disapa Ciput ini akan memaksa seseorang mampu menjadi seorang entrepreneur.

“Pengembangan Jiwa Entrepreneur dapat dilatih dengan tanggap pada kondisi sekitar,mengasah kemandirian, menjadi jembatan komunikasi dan tidak berpikir tentang uang semata. Untuk memulai menjadi seorang entrepreneur dapat memulai dengan mengenali hobi dan kelemahan diri sendiri, mengenali teman dan orang-orang di sekitar kita dan keluar dari zona nyaman tetapi tidak melupakan zona nyamanmu itu,” ungkap Ciput.

Menjadi seorang entrepeneur tersebut dinilai sebagai suatu langkah besar dimana tidak ada yang akan back up apabila kiota melakukan kesalahan atau kegagalan.

“Kesuksesan dan kagagalan kita semuanya dari diri kita sendiri sehingga kita harus benar-benar mempersiapkan dengan baik,” ujar Wahyu Galih Saputro yang memiliki banyak karyawan dari alumni Polinema juga.

Sementara itu, Kepala UPT Mata Kuliah Umum Polinema, Hairus Shandy SH., MH menyampaikan seminar nasional tersebut digelar agar mahasiswa paham tentang entrepreneur meskipun menempuh pendidikan di kampus Politeknik.

“Ini salahsatu wujud kepedulian UPT MKU Polinema kepada para mahasiswa Polinema dan yang lainnya tentang entreprenuer dimana setiap mahasiswa yang berkuliah tidak harus bekerja menjadi seorang pegawai negeri, karyawan industri atau bekerja di birokrasi. Jika entrepreneur telah menjadi jiwa kita akan memunculkan pengusaha-pengusaha muda sehingga akan banyak masyarakat akan turut berdampak saat mahasiswa tersebut mampu berdikari dengan membuka usaha sendiri atau menjadi seorang entrepreneur,” ujar Kepala UPT MKU Polinema.

Hairus Shandy bersyukur UPT MKU Polinema yang dipimpinnya saat ini telah mampu melaksanakan berbagai kegiatan atau keseluruhan program yang telah direncanakan sebelumnya sehingga serapan dananya mampu mencapai 100 persen.

“Alhamdulillah semua program telah terlaksana baik dan sukses dengan animo mahasiswa serta dosen yang tinggi setiap acara yang dilaksanakan. Semoga ke depan akan dapat lebih baik lagi,” pungkas Hairus Shandy SH., MH. (A.Y)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini