
Beri pelatihan, pendampingan hingga pendanaan dari mitra CSR.
ADADIMALANG – Meskipun sempat terkendala adanya pandemi akibat merebaknya virus Corona (Covid-19) hingga pemberlakuan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), semangat dan komitmen menjalankan program pelatihan dan pendampingan masyarakat dari civitas akademika Universitas Brawijaya tidak kendor.
Pelaksanaan program Doktor Mengabdi yang didukung dengan KKN Tematik Mahasiswa Universitas Brawijaya ini dilaksanakan mulai bulan April 2021, namun agak tersendat akibat pelaksanan PPKM yang membatasi kegiatan fisik dan tatap muka bersama. Meski demikian, proses pendampingan tetap dilaksanakan dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan covid-19 hingga saat ini.
“Jadi dalam kegiatan atau program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya kali ini melakukan penelitian dan juga memetakan potensi desa Tawangargo, kecamatan Karangploso Kabupaten Malang ini. Setelah itu kami melakukan need assesment untuk mencari kendala dan apa saja yang dibutuhkan,” ungkap Ketua Program Doktor Mengabdi, Nimas Mayang Sabrina S., STP., MP., Ph.D.

Nimas lebih lanjut menjelaskan,usai need assesment maka tim Doktor Mengabdi bersama mahasiswa yang melakukan KKN Tematik tersebut kemudian melakukan literatur review termasuk wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).
“Dari semua proses yang kita laksanakan tersebut termasuk FGD lalu kita pilih program yang kita tawarkan ke mitra CSR dalam hal pembiayaan yang kali ini sudah ada BRI untuk pembiayaan para pelaku UMKM di desa Tawangargo ini. Sementara dari hasil FGD tersebut kita ketahui tentang perijinan dan pembiayaan yang menjadi dua permasalahan yang selama ini menjadi kendala, sehingga kita laksanakan pelatihan tentang perijinan dan pembiayaan hari ini,” ungkap Mayang yang juga menjadi dosen pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) ini.
https://www.youtube.com/watch?v=d0FtzwC92r0&feature=youtu.be
Kegiatan yang menjadi wujud triplehelix dari pemerintah dan masyarakat desa, akademisi serta pihak industri (BRI) tersebut diharapkan dapat mendukung UMKM yang dijalankan oleh warga desa Tawangargo dalam mewujudkan sebuah Desa Wisata Tawangargo.
“Dari hasil penelitian kami di desa Tawangargo ini memiliki potensi UMKM sebanyak 12 usaha mikro dan ada juga satu dusun yakni dusun Lassah yang memiliki produksi dawet yang terkenal dengan Dawet Lassah yang kami harapkan dapat diangkat menjadi produk dan potensi oleh-oleh yang sangat dinikmati pengunjung karena ciri khas rasa yang dimiliknya,” ungkap Nimas Mayang.
Proses pendampingan dan pelatihan dalam program Doktor Mengabdi yang dilaksanakan oleh LPPM Universitas Brawijaya tersebut mendapat apresiasi dari Kepala Desa Tawangargo yaitu Sukar yang turut memberikan sambutan dalam pembukaan pelatihan perijinan dan pembiayaan UMKM tersebut.
“Terimakasih kepada tim dari tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya yang telah melakukan pendampingan dan pelatihan pelaku UMKM di desa Tawangargo ini, semoga akan dapat meningkatkan UMKM yang sudah dijalankan warga masyarakat di desa kami ini,” ungkap Sukar.
Sementara itu anggota tim Doktor Mengabdi UB yakni Tatiek Koerniawati Andajani, SP., MP., menyampaikan keberhasilan menyediakan BRI sebagai pihak mitra yang akan menyediakan pembiayaan UMKM tidak dapat dilepaskan dari alumni UB yang telah bekerja di BRI yakni Angger Wangsitala, SP dari Fakultas Pertanian UB dan Yudi Muhamad SPT dari Fakultas Peternakan UB.
“Mengenai pelatihan yang kami laksanakan ini harus melihat potensi yang dimiliki oleh desa. Masing-masing dusun memiliki keunggulan atau potensi yang berbeda-beda dimana salahsatunya yakni dusun Lassah memiliki keunggulan dengan produk Dawet yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat setempat. Ada sekitar 100 Kepala keluarga yang memproduksi Dawet Lassah namun sayangnya masih belum terangkat sehingga belum banyak diketahui banyak orang,” ujar dosen fakultas Pertanian UB ini.
Rencananya, tim Doktor mengabdi yang juga beranggotakan Akhmad Muwafik Saleh S.Sos., M.Si, Ibnu Sam Widodo, SH., MH., dan Fenti Nur Addina Islami ini akan melaksanakan pelatihan-pelatihan dengan tema yang dibutuhkan bagi pengembangan UMKM di desa Tawangargo tersebut.
Dalam momen pembukaan pelatihan, salahsatu anggota tim dari FISIP UB yakni Akhmad Muwafik Saleh S.Sos., M.Si, menyampaikan pengalamannya saat menginisiasi dan membangun desa wisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
“Mungkin secara konsep agak berbeda tetapi ada satu benang merah yang sama yakni pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata tersebut yang dapat diterapkan pula di desa Tawangargo ini,” pungkas mantan Wakil Dekan III FISIP UB ini. (A.Y)