Menjerap Cinta Untuk Pembiasaan Baik
Pembelajaran jarak jauh bukan lagi menjadi hambatan sebagai pendidik untuk tetap bisa memantau pembiasaan siswa dalam beribadah maupun beredukasi. Beragam perkembangan inovasi teknologi informasi sampai detik ini pun dirasa belum sepenuhnya mampu membantu pendidik untuk dapat memantau maupun mengajak siswa melakukan pembiasaan baik apabila belum mampu mengelola dengan semestinya. Sejalan dengan pemahaman dari Wahyudi dan Suprayitno (2020: 4) bahwa supaya tujuan diciptakannya manusia sebagai makhluk paling mulia di sisi-Nya, maka perlunya peningkatan dalam pengembangan pembiasaan karakter dalam diri manusia perlu terus dipelihara agar terbentuk sifat maupun perilaku yang baik dan terpuji. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pendidik supaya hal tersebut dapat berjalan dengan efektif, diantaranya yaitu memberikan pemahaman pentingnya kejujuran; kedisiplinan; rasa tanggung jawab, ibadah sunah, serta pemanfaatan teknologi pada masing-masing individu siswa.
Pentingnya pendidik memberikan pengertian akan kejujuran. Pendidik perlu memberikan pengantar sekilas terkait fadilat-fadilat yang didapatkan apabila membiasakan berperilaku jujur dari hal-hal kecil. Sikap jujur tidak hanya memberikan manfaat di masa kini, akan tetapi juga memberikan hikmah di masa mendatang. Contoh hal-hal yang mudah diimplementasikan langsung kepada siswa yaitu “lebih baik kalian tidak ceklis apabila memang tidak melakukan shalat duha, zuhur, maupun asar”. Akan tetapi dikemudian hari perlu melakukan refleksi diri dengan cara mengevaluasi serta memperbaiki kelalaian dalam beribadah. Sebelum ceklis di google spreadsheet pastikan kalian sudah melakukan ibadah tersebut. Hal tersebut menunjukkan perilaku Cinta diri sendiri.
Pendidik perlu memberikan sentuhan-sentuhan akan pentingnya kedisiplinan. Pembiasaan berperilaku disiplin bisa dimulai saat ini juga. Pendidik dapat memberikan contoh implementasi dalam kehidupan sehari-hari, serta fadilat-fadilat yang didapatkan di masa saat ini dan mendatang. Pembiasaan disiplin di masa mendatang akan mencerminkan kebiasaan kalian dimasa lalu. Contoh penerapan pembiasaan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu melaksanakan salat tepat waktu, tidak mengakhirkannya. Mudhorot-mudhorot yang akan didapatkan apabila mengakhirkan atau menunda dalam melaksanakan ibadah. Hal tersebut dapat dilihat dari cerminan dalam kehidupan sehari-hari maupun dari aspek lainnya. Hal tersebut menunjukkan perilaku cinta diri sendiri.
Mencoba menyadarkan memahami pentingnya melakukan hal-hal sunnah dalam kehidupan sehari-hari. Banyak fadilat yang bisa kita dapatkan apabila istikamah melakukan pembiasaan ibadah sunah. Hikmah yang bisa didapatkan apabila istiqomah melaksanakan salat sunnah seperti duha; hajat; maupun tahajud yaitu membuat tubuh lebih sehat; ketentraman hati dan pikiran; diangkat derajatnya di sisi Allah; serta doa-doanya mustajab. Hal tersebut menunjukkan perilaku cinta Allah dan Rasul.
Pendidik perlu memberikan penguatan akan pentingnya rasa tanggung jawab. Apa yang sudah kalian lakukan, baik itu secara lisan maupun perbuatan hal tersebut menjadi tanggung jawab kalian masing-masing. Seperti halnya ceklist sholat atau pembelajaran yang lain itu akan menjadi tanggung jawab apa-apa yang sudah dilakukan. Membagi masing-masing siswa untuk menjadi penanggung jawab terhadap presensi kegiatan pagi, pembelajaran, salat, keputrian, dan doa pulang. Apabila ada siswa yang lalai dalam melakukan hal tersebut, penanggung jawab bisa saling mengingatkan. Hal tersebut menunjukkan rasa cinta sesama.
Dari pembiasaan-pembiasaan di atas kita sebagai pendidik dapat memanfaatkan teknologi seperti memantau pelaksanaan shalat sunnah maupun wajib, kehadiran pembelajaran,dan kegiatan tambahan dari sekolah dapat menggunakan ceklis melalui google spreadsheet. Pemanfaatan teknologi pada pembelajaran jarak jauh dapat menggunakan zoom untuk diskusi terkait pembelajaran, mengakses SSDL untuk mengulas materi dan masih banyak lagi. Hal tersebut mengajarkan rasa cinta teknologi.
Untuk dapat menumbuhkan keefektifan dalam melakukan pembelajaran diatas, pendidik dapat mengajak semua siswa untuk menjerap cinta dalam melakukan pembiasaan baik. Hal tersebut berangkat dari refleksi pendidik dimasa pandemi selama 1 tahun disaat mendampingi siswa pembelajaran jarak jauh. Kendala-kendala yang dialami pendidik selama mendampingi siswa pembelajaran jarak jauh yaitu pada saat memantau laporan cek list di whatsApp terkadang ada siswa yang sudah ceklist akan tetapi terlewatkan oleh siswa yang lain, menjadikan beban siswa karena harus copy paste seluruh nama siswa, kejujuran dalam melaporkan keterselesaian salat, kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran, kelalaian siswa dalam melaksanakan ibadah maupun pembelajaran, serta kesadaran dari masing-masing individu siswa. Dari pengalaman tersebut dirasa menjadi hambatan dan kurang efektif.
Pemaparan di atas tidak hanya dapat dilakukan untuk mengontrol pembiasaan beribadah, akan tetapi juga bisa dilakukan untuk memantau keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Cara-cara tersebut tidak hanya memudahkan siswa, akan tetapi juga meringankan pendidik untuk memantau serta mengontrol. Tindakan-tindakan baik tersebut tidak menjadikan pendidik yang terus aktif untuk menjadi lebih baik, akan tetapi juga menumbuhkan kesadaran seluruh siswa juga. Dari sini timbullah simbiosis mutualisme pada pembiasaan baik siswa. Pendidik juga perlu menyampaikan pembelajaran ini jangan dijadikan sebagai paksaan, tetapi juga tanamkan sebagai pembiasan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perlunya pemberian sentuhan fadilat-fadilat serta hikmah yang dapat dipetik dalam melakukan pembiasan baik tersebut dimulai saat ini. Harapannya dengan keistikamahan melakukan pembiasaan baik mulai saat ini dengan rasa cinta akan memberikan candu menjadi generasi pemuda mukhlis. (*)
*Penulis merupakan Guru Pengajar mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School yang dapat dihubungi di alamat surel fadilah02ayun@gmail.com