Abdul Wahib Muhaimin dan Rudianto dikukuhkan sebagai profesor hari ini.
ADADIMALANG – Menyelesaikan hasil penelitian tentang keinginan konsumsi generasi milenial oleh Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, MS membuahkan hasil dengan pengukuhkan dirinya sebagai profesor di bidang Ilmu Majemen Agribisnis.
Abdul Wahib Muhaimin menjadi profesor ke-30 dari Fakultas Pertanian dan profesor aktif ke-168 di Universitas Brawijaya (UB). Sementara Dr. Rudianto, MA dikukuhkan sebagai profesor aktif ke-14 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan profesor aktif ke-169 di UB di bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Saat pengukuhan, Abdul Wahib Muhaimin menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul ‘Mutu Keinginan dan Healthy Food Choice dalam Hubungannya dengan kepuasan dan Kesehatan Konsumen Makanan Milenial’
Disampaikan oleh Muhaimin, pesatnya pertumbuhan makanan cepat saji di tengah masyarakat dan diikuti oleh dominasi generasi milenial yang mempunyai karakteritik keinginan makan berlebihan hingga lepas kontrol telah menimbulkan berbagai dampak negatif.
“Salah satu dampak negarif yang muncul adalah semakin banyaknya serangan jantung, stroke dan diabetes pada generasi milenial atau yang berusia di bawah 30 tahun Hal ini tentunya mengundang keprihatinannya untuk kemudian memfokuskn pada pengembangan gagasan ke depan tentang konsep Healthy Food Choice bagi Generasi Milenial,” ujar Muhaimin.
Perilaku konsumen terhadap makanan milineal tidak hanya didasari oleh karakteristik konsumen dan lingkungannya semata, psikologis konsumen, proses pengambilan keputusan berdasarkan kesadaran akan keinginan dan kebutuhan, kepuasan sebelumnya dan faktor usia dan kesehatan dari konsumen tersebut juga menjadi faktor yang mempengaruhi.
“Keinginan, kesadaran dan kesehatan konsumen makanan milenial berhubungan erat dengan usia konsumen. Semakin tinggi tingkat kesadaran berdampak terhadap kesehatan konsumen di masa mendatang sehingga mampu menciptakan keseimbangan input makanan dan output kesehatan secara berkelanjutan,” ungkap Muhaimin.
Keunggulan model Healthy Food Choice memperkuat hubungan antara faktor psikologi konsumen dan efisiensi input makanan dan output kesehatan jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan kepuasan, kesehatan dan kesejahteraan konsumen makanan milenial secara berkesinambungan.
Di tengah pesatnya pembelian makanan secara online, Muhaimin menyarankan agar pemilik kafe, kedai dan mall menyertakan informasi di website yang dimiliki tentang pentingnya pengendalian keinginan yang berlebih-lebihan waktu makan demi menjaga kesehatan generasi yang akan datang.
Meningkatnya wawasan kesadaran tentang pilihan makanan sehat (rendah kolesterol) pada generasi milenial, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif bertambahnya serangan jantung, stroke dan diabetes yang mulai banyak menyerang generasi muda di bawah usia 30 tahun.
Restorasi Ekosistem Daerah Pesisir Mencegah Kerusakan Alam
Sementara itu di momen yang sama, Prof. Dr. Rudianto, MA menyampaikan orasi ilmiah dengan judul ‘Model Restorasi Ekosistem Mangrove Desa Pesisir Untuk Mengatasi kerusakan Pesisir Akibat Perubahan Iklim dan Proses Antropogenik’.
Banyaknya pemangkasan Mangrove yang dapat berdampak pada rusaknya daerah pesisir selama ini tidak mendapatkan banyak dukungan untuk pelestariannya.
Dalam mengatasi hal tersebut, Rudianto menawarkan model Restorasi Ekosistem Mangrove Desa Pesisir (REMDP) sebagai jawaban dari upaya pencegahan perubahan iklim dan kerusakan pesisir yang ditimbulkan akibat proses antrophogenik.
Komitmen PBB untuk mendorong setiap negara melakukan restorasi pesisir menurut Rudianto harus menjadi acuan untuk memperbaiki kerusakan pesisir termasuk mencegah akan tenggelamnya kawasan pesisir di masa yang akan datang.
“Model REMDP merupakan metode dan teknik restorasi ekosistem hutan mangrove yang bersifat terpadu dan harus dilakukan dengan mengedepankan aspek teknis, aspek kelembagaan dan aspek pembiayaan berbasis desa pesisir dengan pendekatan co-management. Dari ketiga aspek tersebut perlu didorong partisipasi masyarakat sebagai pilar keberhasilan restorasi ekosistem pesisir. Pemerintah perlu memiliki konsep yang jelas, yang komprehensif dan terukur untuk menangani kerusakan pesisir berbasis desa pesisir,” ungkapnya.
Dengan menggunakan model REMDP, diharapkan menjawab upaya untuk mencegah terjadinya kebencanaan di wilayah pesisir terutama mulai banyak tenggelamnya wilayah pesisir.
“Model REMDP menggunakan Model co-management berdasarkan pengelolaan partisipatif, kolaboratif atau pengelolaan berbasis masyarakat. Model ini melibatkan unsur masyarakat, pemerintah dan swasta. Masyarakat memanfaatkan, memelihara, melindungi, dan ikut merestorasi hutan mangrove. Pemerintah pemegang mandat atas perintah undang-undang melakukan pengelolaan sumberdaya pesisir seperti hutan magrove. Sedangkan swasta ikut berkontribusi melestarikan hutan mangrove melalui pembiayaan restorasi. Model kelembagaan untuk restorasi ekosistem pesisir berbasis co-management,” jelasnya.
Keunggulan model REMDP menurut Rudianto mendorong semua pemangku kepentingan untuk berkomitmen melaksanakan pemulihan lingkungan pesisir mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi sampai pemerintah Kota/Kabupaten dan pemerintah Desa/Kelurahan.
“Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk kerja kobarorasi memulihkan kawasan pesisir dengan pendekatan aspek teknis, aspek kelembagaan dan aspek pembiayaan. Sedangkan kelemahan REMDP terletak pada ketidak pahaman para pemangku kepentingan tentang pentingnya bertindak secara kolaborasi untuk merestorasi kerusakan pesisir termasuk keterbatasan pembiayaan yang bersumber dari pelbagai macam sumber pendanaan,” ungkap Rudianto. (A.Y)