Perwakilan dari 10 kampus deklarasikan untuk ciptakan suasana kondusif selama Pemilu 2024.
ADADIMALANG.COM | Kota Malang – Sekitar 100 orang perwakilan mahasiswa dari 10 perguruan tinggi di Jawa Timur dari unsur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan lembaga lainnya, berkumpul di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menggelar kegiatan dialog dan diskusi terkait kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu hari Rabu besok (14/02/2024).
Kegiatan dialog yang mengambil tema ‘Pemuda Penentu Pemilu 2024’ di Kontainer Caffe Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut digelar oleh Aliansi Mahasiswa Jawa Timur (AMATIR) dimana salah satu tujuannya adalah menciptakan atau menjaga kondusifitas selama pelaksanaan emilu 2024 besok.
Aliansi Mahasiswa Jawa Timur (AMATIR) yang hadir tersebut merupakan perwakilan mahasiswa dan pengurus BEM serta akademisi dari kampus Universitas Brawijaya, Politeknik Negeri Malang (Polinema), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dalam talkshow kali ini menghadirkan tiga narasumber yakni Gilang Dalu selaku Menteri Luar Negeri BEM UMM, Ahmad Asas Hakiki selaku Presma BEM Polinema, dan Safreza yang merupakan Influencer dari Malang alumni Universitas Brawijaya.
Perwakilan aliansi, Ahmad Asas Hakiki menjelaskan bahwa dialog (talkshow) tersebut digelar agar mahasiswa seJatim dapat mengeluarkan suara atau aspirasinya untuk masa depan bangsa Indonesia. Dimana salah satu ajakan yang digaungkan setelah talkshow tersebut adalah Mahasiswa Datang Ke TPS untuk memberikan hak suara mereka.
“Hari ini kita adakan diskusi berbagai macam hal menjelang Pemilu besok, dimana kita harapkan mahasiswa dapat menjaga kondusifitas menjelang maupun saat Pemilu agar berjalan aman dan lancar,” ujar Asas.
Dengan dialog dan diskusi yang digelar, para mahasiswa dapat mulai menyadari akan besarnya peran pemuda termasuk mahasiswa di dalamnya dalam menentukan arah kemajuan dan pembangunan Indonesia ke depan melalui Pemilu.
“Oleh karena itu pemuda harus ikut terlibat dalam menentukan arah dan tujuan bangsa ini ke depan karena pada tahun 2045 nanti kita akan memegang tonggak bangsa,” kata Asas.
https://youtu.be/JO_HpL73QZo
Sementara itu Gilang Dalu menyampaikan kepedulian mahasiswa untuk mau datang ke TPS dan memberikan hak pilihnya adalah yang terpenting, karena menurutnya saat ini mahasiswa banyak yang mengalami penyakit yang disingkat dengan hepatitis.
“Hepatitis kependekan dari hedonisme, pragmatisme, dan apatisme. Ini yang tumbuh, hedon ketika hidup ingin bergelimang, pragmatis ingin simple, apatis itu tidak peduli. Kita harus sadar sekaligus mengedukasi, bahwa kita patron masyarakat. Jika tidak masuk pada ranah politik, kita tidak bisa membawa masa depan,” ungkap Gilang saat talkshow.
Sementara itu, Safreza memandang bahwa media sosial dan keterbukaan informasi harus disikapi secara bijak oleh mahasiswa yang masuk sebagai generasi z. Terutama momen saat pemilu yang banyak beredar miss informasi dan hoax.
“Sebagai mahasiswa, anak muda, sekaligus generasi z kita harus bisa memfilter informasi. Jika punya filter terhadap informasi maka kita bisa menilai informasi tersebut benar dan baik atau tidak, minimal untuk diri sendiri, terlebih untuk mengedukasi masyarakat umum berkaitan dengan pemilu,” terang Safreza dihadapan mahasiswa.
Usai pelaksanaan dialog, AMATIR dan peserta dialog melaksanakan deklarasi yang berisi lima poin utama yakni mengajak mahasiswa untuk tidak golput dan datang coblos ke TPS karena kehadiran mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pemilu menjadi langkah nyata untuk menentukan arah masa depan.
https://youtu.be/Kt8Q4bfYdDk
Poin kedua adalah menciptakan suasana pemilu yang kondusif dan damai dengan bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan tanpa adanya perpecahan. Poin ketiga, capres dan cawapres adalah putra-putra terbaik bangsa yang harus didukung ketika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Capres dan cawapres merupakan investasi masa depan bagi bangsa.
Poin keempat, mengembalikan kampus sebagai tempat ruang publik yang menjaga kondusifitas akademika di tengah pemilu untuk menciptakan demokrasi yang sehat. Dan poin kelima berbunyi bijak dalam menyaring informasi dengan mewaspadai propaganda atau narasi yang bertujuan mempengaruhi opini, dan menolak praktik money politik yang menyesatkan. (A.Y)