ADADIMALANG.COM | Kota Malang – Selain melakukan berbagai program keuangan, salah satu upaya yang terus dilakukan adalah menjalankan berbagai edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Jika masyarakat telah terliterasi dengan baik, maka pemahaman masyarakat dalam hal keuangan akan semakin baik.
Terkait dengan hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk pengembangan Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
Sejak 1 Januari 2024 hingga tanggal 31 Juli 2024 lalu, OJK telah melaksanakan 64 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau 15.938 orang peserta. Upaya literasi keuangan tersebut disertai dengan penguatan program inklusi keuangan yang didukung oleh berbagai pihak, diantaranya melalui sinergi dalam Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) yang melibatkan Kementerian/Lembaga, Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK), akademisi, dan stakeholders lainnya.
Dari sisi layanan konsumen, sampai dengan 31 Juli 2024, OJK telah menerima 992 permintaan layanan konsumen dimana dari permintaan layanan konsumen tersebut sebanyak 389 berasal dari sektor perbankan, 227 berasal dari industri financial technology, 188 berasal dari industri perusahaan pembiayaan, 12 berasal dari industri perusahaan asuransi dan sisanya merupakan layanan sektor pasar modal dan instansi lainnya yang tidak dibawah pengawasan OJK seperti koperasi dan e-commerce. Topik layanan terbanyak masih terkait dengan penipuan (10,18 persen), permasalahan agunan (6,86 persen), dan kesulitan melakukan pelunasan dipercepat (6,25 persen).
Dalam hal pemberantasan kegiatan keuangan ilegal, terdapat 148 pengaduan entitas ilegal yang diterima sejak 1 Januari hingga 31 Juli 2024 dimana 19,59 persen konsumen menyampaikan keluhkan pinjaman yang cair tanpa adanya pengajuan kredit, 18,24 persen konsumen mengalami penipuan, dan 14,86 persen mengeluhkan perilaku penagihan yang disertai dengan teror dan intimidasi.
Untuk rangka mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia sebagai landasan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan ke depan, OJK kembali menyelenggarakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK).
SNLIK kali ini merupakan kali pertama diselenggarakan OJK bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), dimana SNLIK tahun 2024 ini menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen.
SNLIK tahun 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dimana hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia sebesar 39,11 persen sementara indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88 persen.
Kepala OJK Malang, Biger Adzanna Maghribi menyampaikan SNLIK tahun 2024 yang dilakukan di tahun 2023 lalu ini dinilai lebih akurat karena secara kualitas survei tersebut lebih baik.
“Dari hasil SNLIK tersebut diketahui angka literasi meningkat walaupun angka inklusinya terkoreksi, sebenarnya selisih antar keduanya itu semakin menipis yang menunjukkan bahwa kualitas yaitu yang diwakili dengan angka literasi itu meningkat dibandingkan dengan kuantitasnya yang diwakili oleh angka inklusi,” ungkap Biger.
Terkait peningkatan literasi dan juga inklusi tersebut menurut Biger OJK Malang selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk itu termasuk secara masif menggunakan semua kanal baik media sosial, media massa dan juga pertemuan langsung secara fisik dengan stakeholder dan masyarakat luas.
“Kegiatan seperti itu senantiasa dilakukan tidak hanya di wilayah kerja OJK Malang tetapi seluruh Indonesia di 35 kantor OJK yang ada,” pungkas Biger Adzanna Maghribi mengakhiri wawancara. (A.Y)