ADADIMALANG.COM | Kota Malang – Dalam memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus, masyarakat di berbagai daerah banyak yang merayakan dengan menggelar kegiatan karnaval atau yang lazim disebut pawai.
Kegiatan karnaval yang banyak digelar ini rata-rata mengambil tema kemerdekaan, perjuangan hingga menampilkan berbagai budaya daerah di nusantara.
Memasuki bulan Agustus ini, kegiatan karnaval sudah semakin banyak digelar di Malang Raya, dan penampilan berbagai budaya nusantara khususnya Jawa banyak dimunculkan.
Salah satunya pengenaan baju khas nusantara yakni Kebaya yang dilengkapi dengan kain jarik (jarit) banyak dipergunakan oleh para peserta karnaval yang membawakan tarian khas nusantara ataupun tari kreasi modern. Sayangnya, dalam pelaksanaan karnaval tersebut tenyata banyak ditemukan pengenaan baju khas Jawa atau nusantara malah menyalahi pakem yang seharusnya.
Hal tersebut disampaikan oleh pegiat budaya yang merupakan inisiator dan pendiri Kampung Budaya Polowijen (KBP) Malang, Isa Wahyudi.
Menurut pria yang akrab disapa Ki Demang ini, dirinya sangat senang sekali melihat banyak mayarakat yang mengenakan baju khas nusantara sebagai wujud kecintaan atau perhatian pada warisan budaya nusantra.”Saya mencermati tentang penyelenggaraan karnaval yang ternyata banyak lost control dari pantauan panitia. Jadi panitia yang mungkin tidak punya tema tertentu atau tidak ada juklak dan lain sebagainya sehingga ada banyak tampilan-tampilan yang kemudian kurang elok dipandang,” ungkap Ki Demang.
Yang pertama menurut Demang adalah soal pemakaian busana adat Jawa atau mungkin adatnya orang Indonesia pada umumnya seperti busana kebaya dan jarik serta selendang namun ini nampaknya diciderai dengan atraksi peserta karnaval yang menggunakan sewek jarik sang pendek di atas lutut.
“Selain dipergunakan dengan sangat pendek, tanpa memakai dalaman apapun masih diberi sobek’an sehingga paha dan sekitarnya nampak. Saya kira ini sangat disayangkan ada kegiatan-kegiatan atau atraksi seperti itu tapi menggunakan pakaian-pakaian adat Jawa atau pakaian adat nusantara kita tidak pada tempatnya,” ungkap Demang.
Catatan kedua oleh Demang, musik yang dipergunakan dalam mengiringi peserta yang mengenakan baju adat nusantara tersebut adalah musik DJ seolah seperti diskotik berjalan dan mencari saweransepanjang perjalanan.
“Saya kira ini disayangkan, oleh karena itu tolonglah panitia yang menyelenggarakan kegiatan karnaval seperti itu untuk kemudian tidak mengikutsertakan peserta yang menggunakan busana seperti itu. Saya merasa senang Kebaya ikut dipromosikan sebagai pakaian adat tapi sekali lagi pemakaiannya harus tepat. Jangan pakai jarik di atas lutut terus masih dikasih sobekan lagi. Tolonglah dihentikan karena sangat tidak elok,” ungkap pria yang menjabat sebagai Ketua Pokdarwis Kota Malang ini. (A.Y)