Kota Malang – Tingginya arus urbanisasi yang masuk ke Kota Malang ditengarai menjadi salah satu penyebab munculnya banyak pemukiman kumuh yang bermunculan saat ini. Hingga saat ini diketahui sejak tahun 2015 telah teridentifikasi ada 608,5 hektar kawasan perumahan dan permukiman kumuh yang tersebar di 29 kelurahan dengan berbagai karakteristiknya dengan ciri yang identik yakni kualitas hidup rendah dan rawan bencana.
Terkait dengan hal tersebut, Calon Wali Kota Malang Petahana (incumbunt) M. Anton terus berupaya memperbanyak Kawasan Bebas Kumuh dan Tangguh Bencana dengan berlandakan pengalaman merintis kampung tematik untuk mengentaskan kawasan kumuh tersebut dengan Penataan Kawasan berbasis komunitas.
“Masyarakat di kawasan kumuh akan dilibatkan secara pro aktif untuk menentukan perbaikan lingkungan tempat tinggalnya yang akan didukung dengan keberlanjutan dukungan dari puluhan perguruan tinggi di Kota Malang, pelaku bisnis, termasuk lembaga-lembaga internasional,” ujar M. Anton usai melakukan blusukan ke Kampung Kedung Luncing, Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Senin (12/03) siang.
Menurut pria yang akrab disapa dengan Abah Anton ini, terobosan tersebut merupakan wujud menerjemahkan platform revolusi mental yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi.
Dengan konsep yang dbuatnya tersebut, beberapa kawasan yang sebelumnya dikenal kumuh kini berubah menarik dan menjadi destinasi wisata baru di Kota Malang seperti Kampung Tridi, Kampung Putih, Kampung Biru Arema, Kampung Topeng, Kampung Payung, Kampung Lampion dan Kampung Kramat.
“Mari bergotong royong karena kekumuhan juga soal mindset, sehingga kami berharap pendekatan partisipatif akan melahirkan berbagai solusi kreatif termasuk melahirkan pendanaan kreatif perbaikan tujuh indikator fisik kekumuhan mulai dari Bangunan tempat tinggal, Jalan, Air Minum, Drainase, Air Limbah, Persampahan hingga pencegahan kebakaran,” ujar Caon Walikota nomor urut 2 ini.
Perlu diketaui, di akhir tahun 2017 lalu Abah Anton dinobatkan sebagai Kepala Daerah Inovatif dan Kreatif atas ide pengembangan kampung-kampung tematik di Kota Malang yang diberikan oleh Property and Bank Magazine yang bekerjasama dengan Asosiasi Penyelenggara Property dan REI pusat.
“Dengan kesadaran kebersamaan, kami berharap pengentasan kekumuhan juga bisa menjangkau aspek non-fisik, perubahan mindset. Arek malang tidak buang sampah sembarangan. Arek malang tidak buang air kotor dan limbah di sungai,” pungkas pemilik jargon Malang APIK (Agamis, Progresif, Insklusif dan Kreatif) tersebut.. (A.Y)